Uji Homogenitas Angket Uji Hipotesis Uji t Independent
pembelajarannya sedangkan kelas X
9
sebagai kelas kontrol yang berjumlah 32 peserta didik dan tidak diberi perlakuan hanya menggunakan model pembelajaran
konvensional dalam proses pembelajarannya dengan materi pencemaran lingkungan. Peserta didik yang terlibat sebagai sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 68
peserta didik. Pada setiap kelas baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberikan tes dengan butir soal yang sama. Kemudian, peneliti juga memberikan
angket
Self Regulation
pada peserta didik untuk mengetahui kemandirian diri yang dimiliki kedua kelas tersebut. Materi yang diajarkan adalah pencemaran lingkungan,
untuk mengumpulkan data-data pengujian hipotesis, peneliti mengajarkan materi pencemaran lingkungan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen masing- masing
sebanyak 3 kali pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan dilaksanakan untuk proses belajar mengajar dan 1 kali pertemuan dilaksanakan untuk evaluasi atau tes akhir peserta
didik sebagai data penelitian dengan bentuk tes essay. Soal tes akhir adalah instrumen yang sesuai dengan kriteria soal kemampuan
berpikir kreatif, penulis membuat soal sebanyak 20 butir soal kemudian soal tersebut di validasi isi oleh validator dari jurusan pendidikan biologi yaitu Ibu Aulia
Novitasari, M.Pd, dan Ibu Fatimatuzzahra, S.Pd, M.Sc, setelah divalidasi oleh kedua validator dari jurusan pendidikan biologi, soal yang terpakai sebanyak 15 butir soal
dari 20 butir soal, setelah selesai divalidasi ke 15 butir soal tersebut diuji cobakan di kelas X1 IPA 1 SMA N 8 Bandar Lampung yang telah mempelajari materi
pencemaran lingkungan.
Berdasarkan hasil tes uji coba pada kelas XI IPA 1 dari 15 butir soal setelah diuji validitas yang dapat dinyatakan valid terdapat 11 butir soal, setelah diuji
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah 10 butir soal. Hal ini karena pada uji daya pembeda soal yang
dinyatakan tidak dapat dipakai Jelek berjumlah 5 butir soal, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa soal yang digunakan untuk penelitian ini adalah 10 butir soal.
Berdasarkan analisis persentase ketercapaian indikator kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan model
pembelajaran
Creatif Problem Solving
diperoleh hasil rata-rata ketercapaian indikator kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen yaitu 81,86 sedangkan hasil
rata-rata ketercapaian indikator kemampuan berpikir kreatif pada kelas kontrol, yaitu 72,66.
Setelah dilakukan analisis, ada beberapa hal yang menyebabkan kemampuan berfikir kreatif peserta didik kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.
Salah satu faktor penyebabnya adalah proses pembelajaran di dalam kelas, kenyataan ini disebabkan oleh proses pembelajaran, karena pada proses pembelajarannya
metode konvensional lebih terpusat kepada pendidik. Pendidik memberikan proses pembelajaran yang prosedural seperti pemberian materi secara rinci, sedangkan
peserta didik hanya mengerjakan latihan soal dan tidak belajar berpendapat untuk menjelaskan sebuah konsep, sehingga kemampuan berfikir kreatif peserta didik
kurang terlatih. Berbeda dengan proses pembelajaran yang diterapkan pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
Creative Problem Solving
yang