menginginkan tugas yang diemban dilaksanakan tidak tumpang tindih sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit. Pengakuan atas hasil
kerja perawat oleh pimpinan akan memacu perawat untuk selalu berbuat yang lebih baik dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
Jadi dari kesimpulan diatas, peneliti berasumsi bahwa paradigma yang selama ini berkembang adalah kenaikan pendapatan imbalan dan pemberian
insentif bonus secara otomatis akan dibarengi dengan kenaikan produktivitas kinerja. Kenyataannya tidaklah selalu demikian imbalan bukan satu-satunya
faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja perawat. Tingkat keterampilan perawat dan teknologi yang digunakan adalah dua faktor penting lainnya yang
mempengaruhi kinerja perawat. Kemudian faktor –faktor seperti sikap dari pimpinan, cara mereka memperlakukan perawat dan lingkungan kerja fisik dan
psikologis, serta kultur korporasi juga merupakan faktor yang penting dalam kinerja perawat.
5.2. Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji statistik Chi-square diperoleh diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara beban
kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2014.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tambunan 2002 di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, yang menyatakan bahwa ada
hubungan bermakna antara beban kerja perawat dengan pelaksanaan praktek keperawatan. Penelitian Minarsih 2011 juga menyatakan bahwa ada hubungan
Universitas Sumatera Utara
anatara beban kerja perawat dengan produktivitas kerja perawat di Instalasi Rawat Inap A non bedah RSUP dr. M. Djamil Padang.
Bertolak belakangnya hasil penelitian ini dengan penelitian penelitian sebelumnya bisa saja disebabkan oleh jumlah perawat pelaksana yang ada di
Rumah Sakit Umum Daerah langsa yang melebihi standar nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, melalui peraturan
Menteri Kesehatan nomor 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit, dimana dalam undang–undang tersebut dinyatakan bahwa ratio jumlah perawat dengan
tempat tidur untuk rumah sakit kelas B adalah 1: 1. RSUD Langsa adalah rumah sakit umum daerah kelas B dengan jumlah tempat tidur adalah 309 buah,
sedangkan perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap saat ini adalah 336 orang, sehingga terjadi kelebihan tenaga Profil RSUD Langsa 2013
Kelebihan jumlah tenaga dapat diatasi dengan cara memperluas pekerjaan dan memperkaya pekerjaan. Perluasan pekerjaan berarti memberikan tambahan
aktivitas dengan level yang sama kepada semua perawat pelaksana sehingga meningkatkan jumlah aktivitas yang mereka lakukan misalnya dengan
mewajibkan setiap perawat untuk melakukan penkes kepada pasien ataupun keluarga pasien. Memperkaya pekerjaan berarti merencanakan kembali pekerjaan
dengan cara meningkatkan kesempatan perawat pelaksana untuk mengalami perasaan bertanggung jawab, pencapaian pertumbuhan dan pengakuan. Perluasan
pekerjaan dan pengayaan pekerjaan juga dapat membantu mengurangi besarnya jumlah penggunaan waktu yang tidak produktif oleh perawat Novera, 2010
Hal lain yang menurut peneliti juga berhubungan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara beban kerja
Universitas Sumatera Utara
dengan kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2014 adalah tingkat pendidikan dari perawat pelaksana
yang mayoritas masih D-III sehingga mereka kurang terpapar dengan motode daily log.
Hasibuan 1994, menyebutkan bahwa beban kerja adalah upaya merinci komponen komponen dan target volume pekerjaan dalam satuan waktu dan satuan
hasil tertentu. Pengukuran beban kerja dengan dengan daily log hanya mengukur beban kerja secara kuantitatif, dan mempunyai kelemahan dimana tidak semua
perawat mampu menuliskan apa yang telah dilakukannya.
Jadi dari kesimpulan diatas, peneliti berasumsi bahwa rendahnya beban kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Langsa bisa disebabkan oleh
jumlah tenaga perawat pelaksana yang berlebih dan kurangnya kemampuan perawat pelaksana untuk menuliskan apa yang telah dilakukannya di form daily
log.
5.3. Kinerja Perawat Pelaksana