dengan kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2014 adalah tingkat pendidikan dari perawat pelaksana
yang mayoritas masih D-III sehingga mereka kurang terpapar dengan motode daily log.
Hasibuan 1994, menyebutkan bahwa beban kerja adalah upaya merinci komponen komponen dan target volume pekerjaan dalam satuan waktu dan satuan
hasil tertentu. Pengukuran beban kerja dengan dengan daily log hanya mengukur beban kerja secara kuantitatif, dan mempunyai kelemahan dimana tidak semua
perawat mampu menuliskan apa yang telah dilakukannya.
Jadi dari kesimpulan diatas, peneliti berasumsi bahwa rendahnya beban kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Langsa bisa disebabkan oleh
jumlah tenaga perawat pelaksana yang berlebih dan kurangnya kemampuan perawat pelaksana untuk menuliskan apa yang telah dilakukannya di form daily
log.
5.3. Kinerja Perawat Pelaksana
Kinerja perawat pelaksana adalah hasil kerja yang dicapai oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Langsa. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dengan kategori baik 62,3.
Hasil penelitian tidak sesuai dengan hasil penelitian Pandawa 2007
tentang determinan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate yang
mengungkapkan bahwa mayoritas perawat pelaksana mempunyai kinerja kurang baik dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Begitu juga dengan penelitian
Universitas Sumatera Utara
yang dilakukan oleh Faisal 2009 yang mengungkapkan bahwa sebanyak 58,2 kinerja perawat pelaksana di rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh adalah rendah dan hal ini disebabkan oleh rendahnya motivasi dari perawat pelaksana.
Menurut Mangkunegara 2000, kinerja merupakan prestasi yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan dan sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan kerja individu maupun
kerja kelompok personil. Penampilan hasil kerja tidak terbatas pada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga kepada
keseluruhan jajaran personil dalam organisasi. Menurut Davis 1996 faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja
adalah faktor kemampuan dan motivasi. Secara psikologis, kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality
Knowledge+Skill. Peningkatan pengetahuan dan pelayanan pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit, membawa konsekuensi kepada suatu
manajemen pengelolaan secara efektif dan efisien dalam memenuhi tuntutan kebutuhan pelayanan yang optimal, artinya perawat sangat dituntut mempunyai
kinerja yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga dapat menguntungkan semua pihak baik pasien, tenaga kesehatan maupun bagi rumah
sakit. Mengacu pada hasil uji logistik, didapatkan bahwa faktor motivasi
instrinsiklah sangat mempengaruhi kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Langsa yaitu bisa meningkatkan kinerjanya sebesar 18 . Hal ini
Universitas Sumatera Utara
mungkin disebabkan oleh latar belakang budaya yang masih dipegang kuat oleh perawat pelaksana di RSUD Langsa, dimana masyarakat masih menganggap
bahwa yang dinamakan bekerja itu adalah bekerja pada instansi pemerintah walaupun statusnya adalah tenaga bakti, sedangkan pekerjaan wiraswasta
dianggap tidak bekerja.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN