122
3. Eksekusi Pelaku Khalwat di Aceh Wilayatul Hisbah kerap ditunjuk hakim sebagai algojo di
dalam penghukuman ta’zir bagi pelanggar Qanun khalwat. Sebagaimana tugas Wilayutul Hisbah secara historis dan praktis
fiqhiyah,
259
Wilayatul Hisbah dalam Qanun ditugaskan untuk melakukan penyelidikan, jika menemukan pelaku khalwat di dalam masyarakat,
melaporkan kepada penyidik untuk ditindak lanjuti. Wilayatul Hisbah dapat mengajukan gugatan bila hasil laporannya tidak ditindak lanjuti.
Hasil penyidikan tim penyidik kadang kala tersangka dilepaskan jika tidak bersalah, atau ditahan bila terlibat praktek khalwat untuk menerima
proses perkara lebih lanjut. Bila seseorang ternyata terlibat dalam pelanggaran Qanun
maka hakim akan
mengambil keputusan penghukuman yang dikenal dengan nama uqubat.
Di beritakan Media Massa, Wakil Komandan Operasi WH Aceh Safruddin
mengatakan bahwa
Wilayatul Hisbah polisi syariatWH Provinsi Aceh mengamankan sepasang insan berlainan jenis
karena diduga berbuat mesum dan melanggar qanun syariat Islam. Kedua pelaku itu diamankan untuk menghindari amukan warga, karena yang
menangkap mereka adalah warga masyarakat. Pasangan berinisial MY umur 51 tahun dan Mai umur 31
tahun ditangkap warga saat berduaan di sebuah gubuk persawahan Gampong desa Lam Lubuk, Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh
besar.
Setelah ditangkap diserahkan ke polsek Ingin Jaya untuk menghindari amukan massa, kemudian mereka warga menghubungi
Satuan Polisi Pamongpraja PP dan WH Aceh untuk menyerahkan kedua tersangka. Dikatakan, dalam pemeriksaan kedua tersangka
mengakui perbuatannya. Mai, tersangka perempuan, kata Safruddin, mengaku melakukan hubungan itu atas perintah mantan suaminya
berinisial S. Sebenarnya Mai dan S telah bercerai, namun S kemudian menyuruh bekas isterinya itu berhubungan dengan MY. S percaya kalau
mantan isterinya itu sudah berhubungan dengan lelaki lain, dia bisa
259
Iin Solikhin, “”Wilayah Hisbah dalam Tinjauan Historis Pemerintahan Islam,” Jurnal Studi Islam dan Budaya, Vol 3 No 1 Jan-Jun 2005, 1. Lihat juga
Kamāl Muhammad `Īsā, Aqd}
īyah wa Qud}āh fi Rih{āb al-Islām, 510.
Lihat juga
Sulaiman Abdurrahman Al-Hageel, Human Rights in Islam and Refutation of Miscoseived Allegations Assosiated with These Rights, 56.
123
kembali sebagai suami Mai yang
sah. Petugas
WH mencari S untuk meminta
keterangan atas tuduhan itu. Menurut
Safruddin, kedua insan berlainan jenis itu
melanggar Qanun No. 14 Tahun
2003 tentang
khalwatmesum dan terancam dikenai hukuman cambuk. “Namun kita masih membuka peluang agar kadua insan ini diselesaikan secara
pembinaan,” ujar dia. Pasca ditangkap bermesum, pasangan non muhrim memilih tinggal di Kantor Satpol PP dan WH karena takut kembali ke
kampungnya.
260
Selain itu media massa juga kerap menampilkan gambar pelaku khalwat yang dieksekusi seperti terlihat pada gambar 3.3.
Gambar 3.3:
Sejumlah kasus tindak pidana khalwat tersebut, merupakan contoh-contoh kasus yang terjadi pada tahun 2010. Syamsuhadi Irsyad
mencatat bahwa pada tahun 2007 Mahkamah Syariyah KabupatenKota se-Prov. Aceh telah menerima kasus khalwat sebanyak 27 kasus dan
memutuskan 20 kasus. Sedangkan yang mengajukan banding pada tahun itu juga sebanyak 2 kasus dan memutuskan 2 kasus juga. Pada tahun
260
Wahyu Hidayat, “WH Amankan Pasangan Mesum, “ Waspada, 02 Augustus 2010 , 8.
261
Http:www.aceh.tribune.comnewsview36721pijay-cambuk-lima- pelanggar-syariat, diakses
tanggal 7 Agustus 2010.
Gambar 3.3 menunjukkan seorang algojo
sedang mengeksekusi
cambuk seorang pelaku khalwat di
Pidie Jaya.
Pencambukan dilangsungkan di halaman Mesjid
Tgk Chik di tanggal 6 Agustus 2010.
261
124
2008 kasus yang sama diterima sebanyak 9 kasus dan diputuskan sebanyak 9 kasus juga. Sedangkan yang mengajukan banding nihil tidak
ada.
262
Keseluruhan data terkait dengn kasus jinayat Aceh di dalam dua tahun itu diperlihatkan di dalam tabel 3.6 dan 3.7.
Tabel 3.6: Perkara [Jinayat] di Mahkamah Syariyah Kabupaten Kota se-Provinsi NAD Tahun 2007
dan Tahun 2008 yang Menyangkut dengan Jenis Perkara dan Jumlah Perkara. No.
Jenis perkara Tahun 2007
Tahun 2008 Diterima
Diputuskan Diterima
Diputuskan a.
KhamarMin. Keras 13
[14] 13 8
8 b.
MaisirPerjudian 18
13 38
38 c
Khalwat 27
20 9
9 Jumlah
58 47
55 55
Keterangan: Selama tahun 2007 perkara jinayah Mahkamah Syariyah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam yang diterima sebanyak 58 perkara. Sedangkan kasus dapat diputuskan cuma 47 perkara. Sementara tahun 2008 sebanyak 55 kasus, dan dapat diputuskan
semuanya.
Tabel 3.7: Perkara Banding [Jinayat] Mahkamah Syariyah Provinsi NAD Tahun 2007 dan Tahun
2008. No.
Jenis perkara Tahun 2007
Tahun 2008 Diterima
Diputuskan Diterima
Diputuskan a.
KhamarMin. Keras 2
2 -
- b.
MaisirPerjudian 7
7 2
2 c
Khalwat 2
2 -
- Jumlah
11 11
2 2
Keterangan:
262
Syamsuhadi Irsyad, Mahkamah Syar‘ iyah dalam System Peradilan
Nasional, 45.s
125
Selama tahun 2007 perkara banding jinayah Mahkamah Syariyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang diterima sebanyak 11 perkara. Semua kasus tersebut dapat diputuskan pada
tahun itu juga. Demikian juga yang terjadi pada tahun 2008.
263
Keseluruhan data sampel kasus termasuk yang dicatat Syamsuhadi, baik hukuman
h}add maupun hukuman ta‘zir ` bagi
pelaku pelanggaran jinayah yang telah diatur oleh Qanun-qanun tersebut, dikukuhkan lagi di dalam Bab Peralihan UU No. 11 Tahun
2006. Di dalam UU ini dikatakan bahwa peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Aceh yang berupa Qanun-qanun dianggap sah untuk
diberlakukan, kecuali peraturan-perundang-undangan yang jelas dihapus oleh UU yang baru tersebut. Selain itu, upaya-upaya untuk
penyempurnaan qanun-qanun tersebut terus ditingkatkan, seperti penyusunan rancangan Kompilasi Hukum Jinayat KHJ pada tahun
2008.
264
Hukum perundang-undangan lainnya yang berlaku di Indonesia juga tidak melakukan pembatalan.
265
Khusus menyangkut dengan pelanggaran Qanun No. 14 Tahun 2003, tabel 3.8 menunjukkan bahwa keempat madhhab Fiqh sunni
menganggap sesuai dengan Fiqh bila sesorang yang melakukan khalwat dihukum dengan
ta‘zir cambuk sebanyak 3-9 kali, atau menanggung denda 2,5-10 juta.
266
Pihak yang ikut serta di dalam membantu terselenggaranya praktek khalwat seperti menyediakan fasilitas,
melindungi, mempromosikan dan lain-lain dikenakan hukuman ta‘zir
antara denda dan penjara. Karena menurut Fiqh hukuman cambuk, denda, dan penjara termasuk ke dalam hukuman yang dapat diterapkan
pemerintah uli al-amr. Dalam hal ini Qanun merupakan aturan yang
diterapkan pemerintah Aceh-Indonesia.
267
263
Syamsuhadi Irsyad, Mahkamah Syar‘ iyah dalam System Peradilan
Nasional, 45.
264
Alyasa‘Abu Bakar, Penerapan Syariat Islam di Aceh: Upaya Penyusunan Fiqh dalam Negara Bangsa, 106-168.
265
Bab XL Pasal 269 Ayat 1 UU No. 11 Tahun 2006 menyatakan: Peraturan perundang-undangan yang ada pada saat Undang-Undang ini
diundangkan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.
266
‘
Abdu al-Qadir ‘Udah, al- Tashrī’ al-Jinā’ī al-Islāmī Muqāranan bi al-
Qānūn al-Wad}’ī, 154.
267
Lihat ‘Abd al-Rah}man - al Jaziri, al-Fiqh ‘ala al- Madhahib al-Arba‘ah ,
Jilid 5, 307-309
126
Table 3.8: Hukum Jarimah Mesum dalam Perspektif Fiqh:
No Pelaku
tindak tindak
pidanajari- mah
Hukuman dan Kesesuaiannya dengan HAM Hukuman
Perspektif HAM
Ta‘zir
Cambuk
Ta‘zir
Kurungan
Ta‘zir
Denda H
ana fi
ay ah
M al
ik iy
ah S
ha fi
iya h
H ana
b il
ah M
az h
ab L
ai nny
a
1 Pelaku
mesum 3-9 kali
- 2,5 – 10
juta Ss
Ss Ss
Ss Ss
2 Penyedia
fasilitas -
3 bulan- 1 tahun
5 – 15 juta
Ss Ss
Ss Ss
Ss 3
Pelindung -
Sda Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss 4
Promotor Sda
Ss Ss
Ss Ss
Ss Ss
5 Pemberi
Izin -
Sda Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss Catatan: Bentuk jarimah: melakukan khalwatmesum, menyediakan fasilitas, dan
melindungi
127
BAB
PELAKSANAAN HUKUM JINAYAT DI
ACEH DALAM PERSPEKTIF
HAM
4
A. Pelaksanaan Qanun No. 12 Tahun 2003
1. Qanun dan Hukum Perundang-undangan RI lainnya
Telah dikatakan sebelumnya, Qanun bylaw Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah Peraturan Daerah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, yang dapat mengenyampingkan peraturan perundang- undangan yang lain dengan mengikuti asas lex specialis derogaat lex
generalis. Mahkamah Agung Republik Indonesia memiliki wewenang untuk melakukan uji materiil terhadap Qanun Aceh. Dalam
merealisasikan hak otonomi khusus sebagaimana dimaksudkan dalam UU No. 18 Tahun 2001, pemerintah Pusat berkewajiban memfasilitasi
dan mengoptimalkan perannya dalam rangka percepatan pelaksanaan otonomi khusus yang diberikan kepada Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
268
Qanun No. 12 Tahun 2003 tentang Minuman Khamar dan Sejenisnya secara substantif tidak memiliki perbedaaan dengan produk
perundang-undangan lainnya. Pengaturan Qanun hanya menunjukkan adanya kekhususan yang disahkan untuk Aceh di kancah dunia hukum
Indonesia. Namun Qanun tetap melandaskanmempertimbangkan produk perundang-undangan lain dalam konsiderannya. Hal tersebut merupakan
suatu logika hukum dan etika yuridis dalam penyusunan suatu hukum
268
UU No. 11 Tahun 2006 Bab XVII Pasal 125, 126, dan 127. Lihat juga Keputusan Mahkamah Agung RI No. KMA070SKX2004 tanggal 6 Oktober 2004
tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan dari Peradilan Umum kepada Mahkamah Syar‘iyah di Prov. NAD.