159
Menyangkut dengan keadilan hukum CDHRI menyatakan bahwa bahwa penegakan hukum mesti tanpa diskriminasi dan dituntut
berpedoman kepada syariat Islam. Dikatakan dalam Pasal 22:
“1 Everyone shall have the right to express his opinion freely in such manner as would not be contrary to the principles
of the Shariah; 2 Everyone shall have the right to advocate what is right, and propagate what is good, and warn against what is
wrong and evil according to the norms of Islamic Shariah; 3 Information is a vital necessity to society. It may not be exploited
or misused in such a way as may violate sanctities and the dignity of Prophets, undermine moral and ethical Values or disintegrate,
corrupt or harm society or weaken its fait; 4 It is not permitted to excite nationalistic or doctrinal hatred or to do anything that
may be an incitement to any form or racial discrimination”.
341
Dalam pasal-pasal terakhir dikatakan bahwa semua kebebasan individu mesti merujuk kepada syariat Islam, dan dapat dilakukan
penafsiran terhadap apa yang dinyatakan dalam nas}s} teks kitab suci Al-
Quran dan H{adith sebagai kitab sumber syariat Islam. Hal ini
sebagaimana terungkap dalam Pasal 24: “All the rights and freedoms stipulated in this Declaration are subject to the Islamic Shariah”. Di
dalam Pasal 25 juga dikatakan: “The Islamic Shariah is the only source of reference for the explanation or clarification of any of the articles of
this Declaration.
”
342
b. Pandangan UIDHR 1981
Deklarasi Islam Universal Hak Asasi Manusia The Universal Islamic Declaration of Human RightsUIDHR ini dicetuskan 21 Dhul
Qāidah 1401 bertepatan dengan 19 September 1981. Konsep HAM ini mengkritisi The Universal Declaration of Human Rights 1948 karena
melihat pada latar belakang historis munculnya The Universal Declaration of Human Rights 1948 yakni adanya pengaruh Judeo-
Cristian sebagai refleksi dari Perang Dunia Kedua. Juga dilatarbelakangi sikap kesewenang-wenangan raja terhadap kaum
341
CDHRI 1990 Pasal 22 Ayat 1-4.
342
CDHRI 1990 Pasal 24 dan 25.
160
protelar para tuan tanah di Inggris, yang mengakibatkan lahirnya piagam Magna Charta 1912. DIUHR ini memiliki 23 pasal dengan
pasal-pasal yang relevan dengan Islam.
Di antara pasal yang menyangkut dengan Hukum Islam Jinayat, dapat dilihat dalam bab IV The Universal Islamic Declaration
of Human Rights ini yang membahas tentang hak keadilan right to justice yang dilengkapi 6 pasal. Bab V tentang keadilan dalam
pengadilan hukum right to fair trial, dan bab VII mengenai hak perlindungan terhadap penyiksaaan right to protection against torture.
Di dalam UIDHR 1981 terkandung 11 macam hak manusia yang mendasar.
343
Dikatakan dalam Bab IV tentang Hak untuk Keadilan, bahwa setiap orang berhak untuk diperlakukan sesuai dengan hukum kitab suci,
dan hanya sesuai dengan hukum. Setiap orang tidak hanya menerima hak tetapi juga menjalakan kewajiban dalam menyatakan protes melawan
ketidakadilan. Setiap orang berhak untuk penyelesaian perkara melalui proses hukum yang diatur oleh UU seperti mengenai cedera pribadi yang
disebabkan pihak lain tanpa alasan yang dibenarkan menurut hukum. Orang berhak menerima ganti rugi, berhak untuk membela diri terhadap
setiap tuduhan yang tidak disukai terhadap dirinya dengan memperoleh putusan yang adil di depan pengadilan peradilan independen dalam
peneyelesaian sengketa dengan penguasa yang memiliki otoritas public atau orang lain.
Di dalam bab tersebut juga diatur tentang hak dan kewajiban setiap orang untuk membela hak-hak orang lain dan masyarakat pada
umumnya h}isbah. Tidak seorang akan didiskriminasi saat berusaha
untuk membela hak-hak pribadi dan publik. Bab tersebut juga mengatur hak dan kewajiban setiap muslim untuk menolak untuk mematuhi setiap
perintah yang bertentangan dengan UU, tidak peduli dari siapa perintah tersebut diterbitkan.
344
Tentang Hak untuk memperoleh peradilan yang adil trial fair dikatakan dalam Bab V
The Universal Islamic Declaration of Human Rights
.
343
Ann Elizabeth Mayer, Islam and Human Rights Tradition and Politics, 3rd Edition Colorado: Westview, 1999, 76.
344
Lihat DIUHR 1981 Bab IV.
161
Dikatakan bahwa bahwa tidak seorangpun akan divonis bersalah karena melakukan kejahatan dan membuat dikenakan hukuman kecuali setelah
terbukti bersalah di depan pengadilan peradilan independen. Tidak seorangpun akan divonis bersalah kecuali setelah pengadilan yang adil
dan setelah kesempatan yang wajar untuk pertahanan telah diberikan kepadanya. Hukuman akan diberikan sesuai dengan UU tersebut, secara
proporsional dengan adanya kenyataan pelanggaran dan dengan memperhatikan keadaan kondisi di mana perbuatan tersebut dilakukan.
Suatu perbuatan tidak boleh dianggap sebagai kejahatan kecuali jika ditetapkan dalam kata-kata Hukum yang jelas. Tanggung jawab atas
kejahatan yang dilakukan seseorangsutu pihak tidak dapat diperluas kepada anggota lain dari keluarga atau kelompok, yang tidak dinyatakan
secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam pelaksanaan kejahatan tersebut.
345
Tentang Hak Perlindungan terhadap Penyiksaan dikatakan dalam Bab VII, bahwa tidak seorangpun akan menjadi sasaran penyiksaan
dalam pikiran atau tubuh, atau rusak, atau diancam dengan cedera baik untuk dirinya sendiri atau kepada siapapun yang berhubungan dengan
atau dimiliki kekerabatan dengan dia, atau secara paksa dibuat untuk mengakui komisi kejahatan, atau terpaksa untuk menyetujui suatu
tindakan yang merugikan kepentingannya.
346
Al-Hageel membagikan kebebasan individu ke dalam tiga kebebasan utama yang telah dijamin Islam yaitu: 1 Kebebasan berfikir
dan mengungkapkan pendapat Freedom of thought and expression in Islam; 2 Kebebasan beragama dalam Islam Religious freedom in
Islam dan 3 kebebasan memiliki harta dalam Islam freedom to private property in Islam. Maka hukuman
h}udud terhadap peminum khamar dan tindak pidana lainnya dalam Islam adalah bertujuan untuk
melindungi hak-hak asasi manusia dan untuk mencapai keadilan yang absulut, sebagimana yang ditetapkan sang pencipta. Ia juga membagikan
konsep peradilan ke dalam tiga konsep peradilan Islam yang berfungsibergerak secara harmonis satu sama lain, yaitu: 1 Sistem
peradilan yang normal the normal judiciary system; 2 Sistem
345
DIUHR 1981 Bab V.
346
DIUHR 1981 Bab VII.
162
pertimbangan keluahan the grievance system; dan Sistem rehabilitasi umum general rehabilitation system—
hisbah system.
347
Ketiga system tersebut bila dikaitkan dengan Qanun Aceh tentang khamar dapat dikatakan bahwa sistem peradilan yang normal
berarti peradilan Islam menegakkan keadilan untuk semua pihak, dengan tidak membeda-bedakan status dan posisi pihak yang bersangkutan.
Sistem pertimbangan keluhan berarti melihat perkara hukum dengan pertimbangan kondisi dan situasi dan prosesi peradilan. Selanjutnya
sistem rehabilitasi umum bermakna bahwa dalam rangka menegakkan amal makruf dan nahi munkar melakukan –penyelidikan-penyelidikan
dan pengawasan-pengawasan
h}isbah. Senada dengan Al-Hageel, R. Michael mengatakan badan hisbah
adalah badan yang mengontrol dan mengawasi implemntasi syariah sebagaimana terdapat gambaran Pasal 20 Qanun No. 5 Tahun 2000.
Badan hisbah ini dikenal sebagai Wilayatul Hisbah. Peran dari badan ini secara panjang tidak didefinisikan dalam Qanun ini. Mahkamah Syariyah
diberikan kewenagan untuk mengatur personalia wilayatul
h}isbah
348
dan muh}tasib dalam proses perekrutan dan peneyelidikan kasus, baik Hukum
Acara perdata maupun tindak pidana.
349
Sedangkan wewenang pengangkatan adalah di tangan gubernur Aceh.
350
Pembentukan lembaga ini tidak terlepas dari dampak historis pengamalan hukum Islam. Iin Solikhin telah mengutarakan tugas badan
ini berdasarkan sejarah, sebagaimana ungkapannya:
347
Sulaiman Abdurrahman Al-Hageel, Human Rights in Islam and Refutation of Miscoseived Allegations Assosiated with These Rights, 56 dan 107. Lihat juga Pasal
10-12 UDHR 1948.
348
R. Michael Feener, Islamic law in Contemporary Indonesia Ideas and Institution, 247.
349
Pengawasan h}isbah terhadap tindak pidana kriminal dinyatakan dalam
Qanun No. 12 Tahun 2003 Pasal 16, Qanun No 13 Tahun 2003 Pasal 14, dan Qanun No. 14 Tahun 2003 Pasal 13.
350
Dalam melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan qanun ini, Gubernur, BupatiWalikota membentuk Wilayatul Hisbah. Susunan dan kedudukan
Wilayatul Hisbah diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan Gubernur setelah mendengar pendapat Majelis Permusyawaratan Ulama setempat. Lihat Qanun No. 12
Tahun 2003 Pasal 16 Ayat 2 dan 3.
163
“Wilayah Hisbah is a jurisdiction institute
qad}a’ orienting to advocate righteous deed and prevent the evil one.
During Prophet SAW and khalifah al-Rasyidin periods, this institute still merged on khalifahs government power, although
afterwards Prophet SAW and khalifah al-Rasyidin delegate this authority to several people. Later then, at period of Daulah
Umaiyyah and Abbasiyah Wilayah Hisbah separated from khalifahs government power. In execution of its duty, this
institute had given authority to executing punishment
tazir to lawbreaker”. “Wilayah Hisbah adalah lembaga peradilan yang
berorientasi pada penganjuran berbuat baik dan pelarangan dari berbuat munkar seseorang. Selama masa Nabi Saw dan khalifah
al-Rasyidin mendelegasikan kewenangan ini kepada sejumlah orang. Kemudian, pada masa Daulah Umayah dan Abbasiyah
Wilayah Hisbah dipisahkan dari kekuasaan khalifah. Di dalam pengeksekusian tugas ini, lembaga ini telah memberikan
hukuman eksekusi ta‘
zir kepada pelanggar hukum yang ringan”.
351
Selain pertimbangan his }bah general rehabilitation system yang
dikatatakan
Al-Hageel
,
352
pertimbangan keluhan, yang dikatakannya
351
Iin Solikhin, “Wilayah Hisbah dalam Tinjauan Historis Pemerintahan Islam,” Jurnal Studi Islam dan Budaya, Vol. 3 No. 1 Jan-Jun 2005, 1-5.
352
Peran Wilatul Hisbah yang diungkapkan Qanun No. 12 Tahun 2003 tercantum dalam pasal 17, 18 dan 19:
Pasal 17: 1 Dalam melaksanakan fungsi pengawasannya, Pejabat Wilayatul Hisbah
sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 Pasal16 yang mengetahui pelaku pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai
Pasal 8, menyampaikan laporan secara tertulis kepada penyidik;
2 Dalam melaksanakan fungsi pembinaannya, Pejabat Wilayatul hisbah dapat memberi peringatan dan pembinaan terlebih dahulu kepada pelaku sebelum
menyerahkan laporannya kepada penyidik. Pasal 18:
Pejabat Wilayatul Hisbah wajib menyampaikan laporan kepada penyidik tentang telah dilakukan peringatan dan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat 2. Pasal 19:
Wilayatul Hisbah dapat mengajukan gugatan praperadilan kepada Mahkamah apabila laporannya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal 17 tidak
164
tersebut juga dapat dibaca pada Pasal 32 Qanun ini yang mengatakan: 1 Pelaksanaan ‘uq
ubat dilakukan segera setelah putusan hakim mempunyai kekuatan hukum tetap; dan 2 Penundaan pelaksanaan
‘uq ubat hanya dapat dilakukan berdasarkan penetapan dari Kepala
Kejaksaan apabila terdapat hal-hal yang membahayakan terhukum setelah mendapat keterangan dokter yang berwenang.
353
Memang kadang kala terjadi ketimpangan-ketimpangan dalam proses pelaksanaan Qanun ini. Penegakan hukum memiliki resiko bagi
semua pihak yang terlibat di dalamnya. Namun sebagimana semboyan “di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung,” maka tidak mustahil
pelanggaran-pelanggaran akan terjadi baik disengaja ataupun tidak oleh pihak yang terlibat dalam pemrosesan perkara. Untuk itu keahlian dan
etika hukum pada oknum-oknum yang yang bersangkutan sangat diperlukan.
Dalam konteks ini, penanggung jawab terhadap kesepakatan HAM internasional bukan dipikul pemerintah Aceh semata tetapi oleh
pemerintah Indonesia, karena Aceh bagian dari Indonesia. Komnas HAM dapat melakukan negosiasi dengan Mahkamah Agung terhadap perkara
yang menyangkut dengan penegakan hukum cambuk bagi pelaku khamar di Aceh, tanpa mengabaikan hak Otonomi yang diberikan kepada Aceh.
Semua pihak dapat berpedoman kepada Hukum perundang-undangan yang berlaku.
354
Bukan hanya di Aceh, telah dialami Sudan bahwa upaya untuk menerapkan syariat sudah dihadapkan dengan kontroversi, kekerasan,
bahkan peperangan seperti perang saudara Sudan yang ke-2--
Second Sudanese Civil War
yang berkaitan dengan perselisihan antara syariah dan konsep-konsep internasional, terutama menyangkut dengan hak-hak
manusia
human rights
yang berkenaan dengan hak wanita, non-muslim,
ditindaklanjuti oleh penyidik tanpa suatu alasan yang sah setelah jangka waktu 2 dua bulan sejak laporan diterima penyidik.
Peran yang sama juga dikatakan juga dalam Qanun No 13, Pasal 15 dan Qanun No. 14 Tahun 2003.
353
Lihat Qanun No. 12 Tahun 2003 Pasal 23 Ayat 1 dan 2.
354
Lihat Keputusan Mahkamah Agung RI No. KMA070SKX2004 tanggal 6 Oktober 2004 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan dari Peradilan Umum kepada
Mahkamah Syar‘iyah di Prov. NAD.
165
dan penodaan agama blasphemy.
355
Memang aspek bertentangan utama antara syariah dengan HAM adalah yang berkaitan dengan hukuman
h}udud h}udud
punishments yang berupa pemotongan, rajam, dan pencambukan flogging dan
beheading
hukuman mati. Larangan qazaf dan murtad
apostasy
juga merupakan pengecualian dari konsep yang dikenal di dunia internasional tentang kebebasan beragama
religious freedom
.
356
OKI telah merampungkan Deklarasi Kairo tentang hak-hak asasi manusia dalam Islam
Cairo Declaration on Human Rights in Islam
CDHRI yang sesuai dengan penafsiran syariah.
357
Tabel 4.1 menunjukkan adanya kesesuaian dan ketidak sesuaian antara Qanun No 12 Tahun 2003 dengan HAM. Hukum cambuk menurut
UDHR 1948 tdak sesuai dengan HAM. Menurut Mayer, tidak ada pertentangan antara ICCPR 1966 dengan hukum cambuk, sedangkan
Komnas HAM RI mengatakan pertentangan. Selain Komnas, CEDAW juga tidak setuju dengan hukum cambuk. Sedangkan CAT, CDHRI dan
DIUHR menyetujui bahwa hukum cambuk dalam Qanun khamar setidak bertentangan dengan HAM. Keseluruhan Deklarasi dan kovenan HAM
ini mengakui setuju terhadap penghukuman selain cambuk yang diatur Qanun Aceh ini.
Tabel 4.1.
Kesesuaian dan Ketidaksesuaian antara Qanun Khamar dengan ketentuan HAM
No Pelaku
pidanaja- rimah
Hukuman Kesesuaiannya dengan HAM Hukuman
Perspektif HAM H{add
cam- buk
Ta‘z ir
kurungn
Ta‘z ir
denda U
D H
R ICCPR
C E
D A
W C
A T
D I
U H
R CD
HR I
M a
y e
r
Kom- nas
HAM RI
355
David Littman, “Universal Human Rights and Human Rights in Islam, The Journal Midstream New York, FebruaryMarch 1999, 13.
356
Ann Elizabeth Mayer, Islam and Human Rights Tradition and Politics, 16.
357
Lihat http:www Islamic Law of the WorldLaw.htm
diakses tanggal 18 Agustus 2010.
166
1 Peminum
40 x cambuk
- -
Ts Ss
Ts Ts
Ss Ss
Ss 2
Produsen -
3 bulan 1 tahun
25-75 juta rupiah
Ss Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss 3
Penyedia -
Sda Sda
Ss Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss 4
Penjual -
Sda Sda
Ss Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss 5
Pemasok -
Sda Sda
Ss Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss 6
Pengangkut -
Sda Sda
Ss Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss 7
Penyimpan -
Sda Sda
Ss Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss 8
Penimbun -
Sda Sda
Ss Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss 9
Pedagang -
Sda Sda
Ss Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss 10
Penghadiah -
Sda Sda
Ss Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss 11
Promotor -
Sda Sda
Ss Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss 12
Pemberi izin
- sda
Sda Ss
Ss Ss
Ss Ss
Ss Ss
Keterangan Bentuk jarimah: meminum, memproduksi, menyediakan, menjual, mengangkut, menyimpan,
menimbun, memperdagangkan, menghadiahkan dan mempromosikan; Ts = Tidak Sesuai; dan Ss = Sesuai.
B. Pelaksanaan Qanun No. 13 Tahun 2003 1. Qanun dan Hukum Perundang-undangan lainnya.