Eksekusi Tindak Pidana Khamar di Aceh

97 wajib menegakkan h}add setelah ada pengakuan dan saksi-saksi. Sedangkan hakim adalah perpanjangan tangan imam pemimpin dalam memutuskan pengeksekusian pelaku tindak pidana. Hakim telah memiliki hak kebebasan dalam memutuskan hukuman terhadap pelaku setelah pengangkatannya oleh imam pemimpin. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menegakkan hukum h}add memerlukan kekuasaan dan kemampuan. Kemampuan adalah kekuasaan. Karena itu, pelaksanaan hukuman diwajibkan atas para pemegang kekuasaan dan para wakilnya. Alasan lain, tidak pernah dilakukan hukuman terhadap orang merdeka pada masa Nabi Saw kecuali dengan seizinnya. Demikian pula yang dilakukan oleh khalifah-khalifah sesudahnya. Karena itu tidak boleh dilakukan kecuali dengan seizin imam penguasa. 203

3. Eksekusi Tindak Pidana Khamar di Aceh

Ada beberpa peristiwa pelanggaran tindak pidana minuman keras khamar yang terjadi di Aceh yang dicambuk di panggung pengeksekusian. Diantaranya, pertama terjadi di Aceh Tengah, dan kedua di Aceh Barat. Pertama, dari Takengon Aceh Tengah dilaporkan sebanyak tujuh pemuda yang terbukti meminum minuman haram divonis Mahkamah Syar‘iyah Takengon dengan hukum cambuk. Ketujuh tersangka terbukti melanggar Pasal 26 Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD No. 12 Tahun 2003 tentang Minuman Khamar dan sejenisnya yang dihukum ‘uq ubat masing-masing 40 kali cambukan— di antara terhukum terdapat anak mantan bupati, Mustafa M. Tamy. Terhadap pencambukan anaknya, Mustfa M. Tamy mengatakan mendukung proses hukum Islam di Aceh Tengah dan Provnsi NAD, dan sangat memahami bahwa hukum tidak memandang strata serta status sosial masyarakat. Keseluruhan pemuda yang dicambuk itu masing-masing Andi Akmal bin Mustafa M. Tamy umur 34 tahun anak mantan bupati Aceh Tengah Mustafa M. Tamy, Danil Harahap umur 35 tahun, Iwan Pelita bin Abdurrahman umur 35 tahun, Meidi Radian bin Rasyidin umur 25 tahun, Iwan Syahputra bin Jamaluddin umur 18 tahun, Anjas Beni bin Kiran umur 22 tahun, dan Yusra bin Sudarto umur 18 tahun. Mereka 203 Ab u Malik Kamal bin al-Sayyid Salim, S}ah}ih} Fiqh al-Sunnah, H}udud, Jin āyāt dan Diyat, Jual Beli, Terj., 8-9. 98 menjalani pencambukan di depan tribun barat Lapangan Olahraga Musara Alun masing-masing sebanyak 40 kali cambukan. Proses pencambukan itu disaksikan ribuan warga Kabupaten Aceh Tengah. Di Aceh Tengah, pasca pemberlakuan Qanun-qanun syariat Islam, sebanyak lima kali digelar acara pencambukan dengan jumlah terpidana pelanggar syariat sebanyak 29 orang sesuai pendataan pada tahun 2005. Sebagaimana pemberitaan Media Massa, tujuh terpidana cambuk itu ditangkap petugas Reskrim Unit Narkoba, di sebuah rumah kecantikan Meidi Salon Jalan Rumah Sakit Datu Beru, Kampung Gunung Bukit, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah. Bersama dengan tertangkap tujuh pelanggar syariat Islam itu, polisi menyita barang bukti 10 botol kosong minuman keras merek Scouth, satu botol minuman keras merek Contreau yang juga sudah kosong, dan satu unit mobil Mitsubhisi Kuda Nopol BG-2459-NK, semua barang bukti itu juga dihadirkan di Mahkamah Syar‘iyah. 204 Kedua, kasus terjadi di kabupaten Aceh Barat. Ada 15 terpidana syariat pelanggar syariat Islam di Kabupaten Aceh Barat, Aceh, dieksekusi hukuman cambuk. Mereka tertangkap personel Wilayatul Hisbah Polisi Syariat karena pelanggaran mesum, khalwat, berjudi, dan minuman khamar dan sejenisnya. Keputusan hukuman cambuk dipastikan setelah 15 orang itu disidang dan mendapat vonis dari Mahkamah Syariah Meulaboh, Aceh Barat. Dari 15 terpidana pelanggaran syariat itu akan dieksekusi secara bertahap. Tahap pertama rencananya dicambuk lima orang terpidana dari berbagai kasus pelanggaran. Jumlah cambukan setiap mereka juga berbeda yakni sesuai kesalahan dan dan putusan Mahkamah Syariyah. Sebagaimana diberitakan media massa, kepala Dinas Syariat Islam, Kabupaten Aceh Barat, M. Nur Djuned, mengatakan kepastian hukuman telah ada hanya saja menentukan waktu dan berkoordinasi dengan muspida serta pihak penegak hukum lainnya. Harian Media Indonesia mencatat bahwa hukuman cambuk bagi pelanggar syariat sering dilakukan di depan umum seperti di lapangan dan halaman masjid setelah salat Jumat. Eksekusi berlangsung di atas panggung. Personelalgojo yang ditentukan harus memakai penutup wajah. Jumlah 204 Lihat Anmin, “Penjudi dan anak mantan bupati dicambuk”, Serambi Indonesia, 1, 24 September 2005 dalam http:www.aceh-eye.orga-eye-news- item.as?NewsID=1861diakses 20 Desember 2010. 99 cambukan berkisar 5-20 kali dengan menggunakan rotan atau alat cambuk khusus. 205 Selain contoh kasus tindak pidana khamar tersebut, media massa kadang kala mempublikasikan gambar terhukum seperti terlihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1: Sumber: http:pesanrakyat.blogspot.com 2011014-konsumen-tuak-di- aceh-besar-di-cambuk.html Beberapa kasus tersebut terjadi di Aceh sejak Qanun tentang Jinayat diberlakukan. Menurut data penelitian Syamsuhadi Irsyad bahwa pada tahun 2007 Mahkamah Syariyah KabupatenKota se-Prov. Aceh telah menerima kasus khamar sebanyak 13 kasus dan memutuskan 14 kasus. Sedangkan yang mengajukan banding pada tahun itu juga sebanyak 2 kasus dan memutuskan juga 2 kasus. Syamsuhadi Irsyad juga mencatat bahwa pada tahun 2008 kasus khamar yang sama diterima Mahkamah sebanyak 8 kasus dan diputuskan sebanyak 8 kasus juga. Sedangkan yang mengajukan banding nihil tidak ada. 207 205 Amiruddin Abdullah , “ 15 Pelanggar Syariat di Aceh Divonis Hukum Cambuk,” Media Indonesia,12 Mei 2010, dalam http:www.15-Pelanggar-Syariat-di- Aceh-Divonis-Hukum-Cambuk-htm diakses 15 Mei 2010. 206 “4 Konsumen Tuak di Aceh Besar Di Cambuk 40 Kali”, Pesan Rakyat, 28 Januari 2011 dalam http:pesanrakyat.blogspot.com2011014-konsumen-tuak-di- aceh-besar-di-cambuk.html, diakses 29 Januari 2011. 207 Syamsuhadi Irsyad, Mahkamah Syar‘ iyah dalam System Peradilan Nasional, 45. Gambar 3.1 menunjukkan seorang algojo sedang mengeksekusi seorang peminum kamar di Aceh di kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar yang tertangkap pada 12 Desember 2010. Pencambukan dilakukan sebanyak 40 kali yang digelar di lingkungan Mesjid Agung Al-Munawwarah Kota Jantho, Aceh Besar pada 28 Januari 2011. 206 100 Dari sampel pengeksekusian yang dipaparkan media massa tersebut dapat dikatakan bahwa pengaturanpelaksanaan Qanun tidak jauh berbeda dengan fiqh. Memang fiqh memiliki penafsiran yang luas berdasarkan prinsip ta‘ aqqulī di samping prinsip ta‘abbudī. Prinsip ta‘abbudi merupakan pelaksanaan hukum Islam berdasarkan kepatuhan pada ketentuan hukum Tuhan dalam rangka merealisasikan ketundukan kepada-Nya. Sedangkan ta‘aqquli merupakan penafsiran dari teks kitab suci dan sunnah Nabi Saw melalui proses ijtihad dengan cara menggali hukum yang tidak disebutkan secara langsung oleh kitab suci dan sunnah nabi Saw. Maka demikian yang dijalankan Mahkamah Syariyah Aceh Barat, provinsi Aceh—dalam merealisasikan Qanun Aceh. 208 Denagn demikian, ada beberapa kesesusuaian dan kemiripan antara ketentuan Fiqh dengan qanun No. 12 Tahun 2003 ini, bila ada penyimpangan dari Fiqh, berat kemungkinan, hanya diakibatkan kelalaian para pelaksana Qanun di lapangan. Para fuqaha telah banyak membahas tentang pandangan para imam mazhab tentang khamar. Pandangan mereka memiliki landasan hukum yang jelas dalam menetapkan hukum yang berkaitan dengan khamar di dalam Islam, sehingga menjadi pedoman bagi umat Islam dalam menegakkan hukuman terhadap pelaku jarimah khamar.

B. Pelaksanaan Qanun No. 13 Tahun 2003 1. Uqubat Judi Menurut Qanun