32
madhhab  fiqh    saja.
56
Berbagai  perkembangan  hukum  menunjukkan bahwa sosio-kultural Aceh sekarang belum terlepas dari bingkai sejarah
pra-kemerdekaan 1945 dan pra-penjajahan 1297-1903 M.
57
b.
Aspek sosio-yuridis
Sebelum membahas tentang aspek yuridis yang berkaitan dengan kehidupam  masyarakat  Aceh  terlebih  dahulu  dipaparkan  aspek  teoritis
yang berkenaan dengan hukum yuridis itu sendiri. Secara  umum,    menyangkut  dengan  teori  hukum,    penelitian  ini
ingin  mengutip  cuplikan  dari  sebuah  Wikipedia  menyatakan  macam- macam  istilahungkapan  yang  menggambarkan  keumuman  hukum  di
dunia. Hukum-hukum tersebut antara lain: 1.  Hukum  Perjanjian  Contract  Law  menggatur  segala  sesuatu,  mulai
dari perjanjian  membeli  satu tiket bus sampai dngan perdagangan di pasar-pasar yang terjangkautertentu.
2.  Hukum  Hak  Kepemilikan  Property  Law  berarti  hukum  yang mengatur  hak  dan  kewajiban  yang  berkaitan  dengan  transfer  hak
milik dari seseorang kepada orang yang dituju.
3.  Hukum  Kepercayaan  Trust  Law  permohonan  asset  yang
diperuntukkan untuk investasi  dan pengamanan uang. 4.  Hukum PenyiksaanPelukaan   Tort Law  menyatakan tuntutan pada
ganti  rugi  compensation  jika  suatu  hak  seseorang    atau  harta kekayaannya diganggu harmed.
5.  Hukum tindak pidana criminal law  memberikan sarana dengan cara
Negara  dapat  memproses  si  penjahat itu,  suatu  perkara
dikriminalisasikan;
56
Wawancara    pribadi  dengan  Ibrahim  Kaoy  Ketua  Majlis  Adat  Aceh, Banda  Aceh,  30  Juli  2008  mengenai  pengetahuan  qadi  terhadap  madhhab  fiqh.
Wawancara ini bukan dalam kontek penelitian, namun berdasarkan pengalaman peneliti selama  berada  di  Aceh.  Lihat  juga  Idri  STAIN  Pamangkasan,  Indonesia,  “Religious
Court in Indonesia History and Prospect,” Journal of Indonesian Islam, Vol. 3 Number 2,  Desember  2009,  302.  Sistem  lembaga  peradilan  Islam  pra-kemerdekaan  dan  pra-
penjajahan juga berbeda, yakni Mahkamah Syariyah pasca MoU  Helsinki 2005 berada dalam  koridor  hukum  nasional  RIdi  bawah  payung  hukum  tertingggi  UUD  1945  RI.
Sedangkan pra-penjajahan tunduk di bawah ke-sultan-an penguasa. Lihat UU No. 11 Tahun 2006 bab  XVIII tentang Mahkamah Syar‘iyah pasal 128, 132,  135, 136,  dan
137.
57
Syamsuhadi  Irsyad,  Mahkamah  Syariyah  dalam  Sistem  Peradilan  Nasional Jakarta:  Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009, 101.
33
6.  Hukum  Konstitusi Constitutional Law    memberikan kerangka  bagi pembuatan  hukum,  perlindungan  terhadap  hak  manusia  human
rights dan pilihan dari suatu perwakilan politik.
7.  Hukum  Administrasi  Administrative  Law  digunakan  untuk
meninjau kembali keputusan  dari badan-badan pemerintah. 8.  Hukum  internasional  international  law    mengatur  urusan-urusan  di
antara  negara-negara yang berdaulat sovereign nation states  dalam aktifitas  yang  berhubungan  dengan  perdagangan  trade  sampai
mengatur wilayah aksi militer.
Macam-macam  hukum  tersebut  menunjukkan  bahwa  banyak sector    hidup  dan  kehidupan  manusia  yang  memerlukan  hukum  sebagai
alat  pengontrol  kegiatan-kegiatan  manusia.  Aristoteles,  philosof  Yunani Greek  philosopher—350 SM  mengatakan,  “  peraturan  dari  suatu
undang–undang  adalah  lebih  baik  dari  peraturan  banyak  individu—the rule of law is better than the rule of any individual.
58
Bila  dikaitkan  dengan  agama  maka  hukum  akan  melahirkan penamaan hukum  agama religious law. Hukum agama secara eksplisit
adalah  hukum  yang      berdasarkan  persepsi  agama  religious  precepts, seperti  Halaka    agama  Yahudi  Jewish  Halakha  dan  syariat  Islam
Islamic  Sharia—yang  keduanya  dimaknai  sebagai  jalan  untuk  diikuti the path to follow—sementara hukum  agama  Kristen Christian  canon
law  juga  berlaku    pada  sejumlah  masyarakat  gereja.  Implikasi  suatu agama terhadap hukum kerap tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata
unalterability, sebab kata-kata Tuhan tidak dapat ditetapkan oleh hakim maupun pemerintah cannot be amended or legislated against by judges
or  governments.  Bagaimanapun  sebuah  system  hukum  legal  system yang  mendetil  memerlukan  campur  tangan  manusia.  Dalam  agama
Kristen,  Hukum  perundangan  Canon  law  hanya    digunakan  oleh sejumlah  juru  tulis    di    Roman  Catholic  Church,  the  Eastern  Orthodox
Church dan Anglican Communion.
59
Torah  atau  Perjanjian  Lama  Old  Testament  di  dalam  the Pentateuch  or  Five  Books  of  Moses  juga  mengandung  peraturan    dasar
basic  code  dari  hukum  Yahudi  Jewish  law,  yang  diamalkan  oleh
58
Lihat http:  en.wikipedia.orgwiki.Islamic
Law  of  the  WorldLaw.htm diakses  tanggal 18 Agustus 2010.
59
Lihat http:en.wikipedia.orgwiki.Islamic
Law  of  the  WorldLaw.htm diakses tanggal 18 Agustus 2010.  Lihat juga Qs. al-
Maidah [5]:32
34
sejumlah  masyarakat  Yuhudi.  Halaka  adalah  kode  peraturan  dari hukum  Yahudi  a  code  of  Jewish  law  yang  meringkaskan  sejumlah
penafsiran Talmut. Celakanya, Hukum Israel  Israeli Law  mengizinkan para individu litigants untuk menggunakan hukum-hukum agama hanya
jika  mereka  perlu  atau  mereka  pilih,  bahkan  memutar  balikkan isikandungan kitab suci.
60
Al-Quran juga memiliki sejumlah undang-undang yang bertindak sebagai  sumber  bagi  sumber-sumber  hukum  selanjutnya  melalui
penafsiran  through interpretation, qiy as reasoning by analogy, Ijma`
consensus  and  precedent.  Perkara  yang  utama  ini    meliputi  sebuah tubuh hukum yang dikenal dengan  Sharia dan  Fiqh.
Istilah  “hukum  Islam”  terambil  dari  istilah  “fiqh  al-Isl am”  yang
mencakup  ‘ ibādāt,  mu‘amalāt,  ah}wāl  al-Shakhs}īyah,  dan  al-Jināyah.
61
Sedangkan    makna  “hukum”  secara  umum  juga  berarti  sebuah  sistem Undang-undang  a system of rules.
Di dalam aspek Jinayah, para pakar hukum Islam membagikan  perkara Jinayat
h}udud
ke  dalam    8  delapan  aspek.
Empat  imam  madhhab  Fiqh Sunn
i  sepakat  bahwa  tindak  pidana  dalam  Islam  terdiri  dari  7  aspek. Keseluruhan
aspek
tersebut adalah: 1 Tindak pidana riddah apostasy; 2  tindak  pidana  khamar  drinking  wine;  3    Tindak  pidana  z
inā mesumadultery;
4 tindak
pidana penuduhan
qazaffalse accusation;  5  tindak  pidana  pemberontakan
bughwahh}irabah;  6 tindak  pidana  pencurian;  7  tindak  pidana  penyamunan
qat}’u  al- t}ar
īqrobbery;
62
dan 8 tindak pidana pembunuhan.
63
60
Qs. al-Baqarah [2]: 79.
ﻼﻴﻠﻗ ﺎﻨﲦ ﻪﺑ ﺍﻭﺮﺘﺸﻴﻟ ﷲﺍ ﺪﻨﻋ ﻦﻣ ﺍﺬﻫ ﻥﻮﻟﻮﻘﻳ ﰒ ﻢﻬﻳﺪﻳﺎﺑ ﺏ ﺎﺘﻜﻟﺍ ﻥﻮﺒﺘﻜﻳ ﻦﻳﺬﻠﻟ ﻞﻳﻮﻓ ,
ﻞﻳﻮﻓ ﻥﻮﺒﺴﻜﻳ ﺎﳑ ﻢﳍ ﻞﻳﻭﻭ ﻢﻬﻳﺪﻳﺍ ﺖﺒﺘﻛ ﺎﳑ ﻢﳍ
.
“Kecelakaan  telah  menimpa  orang-orang  yang  menulis  al-Kitab  dengan tangan-tangan mereka sendiri, kemudian  mengatakan kitab ini dari sisi Allah,  agar
memperoleh  keuntungan  sedikit  dalam  kehidupan  dunia.  Maka  kecelakaan  bagi mereka karena  apa  yang  mereka  tulis,  dan  kecelakaan  bagi  mereka karena  apa  yang
mereka lakukan.”
61
Abd  Shomad,  Hukum  Islam  Penormaan  Prinsip  Syariah  dalam  Hukum Indonesia, cet. 1 Jakarta: Kencana Prenada Media Group,  2010,  25.
62
Muhammad  ‘Atha  Alsid  Sidahmad,  the  Hudud  the  Seven  Spesific  Criminal Law and Their Mandatory Punishment Petaling Jaya, Eagle Sdn., Bhd., 1995, 36.
35
Abdurrahman  I.  Doi  dalam  Shari‘ah  the  Islamic  Law  juga menyebutkan 8 delapan penggolongan  jinayat. Dari delapan tersebut ia
tidak  menyebutkan  tindak pidana penyamunan qat}‘u al-t}ariqrobbery.
Ia hanya menambahkan dengan tindak pidana lari dari medan peperangan al-f
irār  min  al-zah}frunning  away  from  the  battle  field  in  jihad.
64
Menurut  qaidah  fiqhiyah,  untuk  penghukuman  bagi  pelaku  jinayat, terdapat  hukuman
qis}as}  dan  diat.
65
Selain  itu    ada  juga  yang  diterapkan h}add  dan  ta‘
zīr.
66
Pandangan  ini  disetujui  ‘ Abdul  Qadīr  ‘Udah  dalam
kitabnya al- Tashrī‘ al-Jinā’i al-Islami.
63
1  Riddah  secara  bahasa lugawi    berarti  menarik  diri  dari  sesuatu  dan
berpindah darinya. Menurut Istilah syariat, riddah  adalah sikap seseorang muslim yang menyebabkan  kekafirannya,  baik  berupa  perkataan,  perbuatan,  meninggalkan  sesuatu
kewajiban,  keyakinan maupun keraguan , bila bila syarat-syaratnya terpenuhi; 2 Zin a
mempunyai dua pengertian luqgaw i: fujur kekejian, dan
d}aiyiq penyempitan.  Zina juga dimaknai untuk sebutan bagi perbuatan  persetubuhan dengan wanita yang bukan
isteri;  3  Qazaf  adalah  al-ramy  melempar.    Firman  Allah  SWT:  “aniqzi  fihi  fi  al- tabuti faqzi fiihi fi al-yammi” berarti: “letakkanlah ia Musa di dalam peti, kemudian
lemparkanlah  hanyutkan  ia  ke  sungai  Nil”.  Qs. T{aha:  39
; 4
H{ir ābah
perampokan secara bahasa , berasal dari kata al- h}arb perang, lawan kata dari as-silm
–dengan  menfatah  huruf    ra’
—
yang  artinya  al-salbu  permpasan. H}araba  fulanan
malahu, artinya merampas harta si fulan. Obyeknya disebut mahrub atau h ārib
orang yang  dirampas; 5
Mencuri adalah mengambil sesuatu yang bukan miliknya secara sembunyi-sembunyi. Menurut istilah adalah mengambil harta yang terjaga milik orang
lain dan mengeluarkannya dari tempat penyimpanannya tanpa ada kerancuan shubhat di  dalamnya  dan  dilakukan  secara  sembunyi-sembunyi
;  dan  6  Al-qatl pembunuhan  ialah  tindakan  yang  dilakukan  oleh  manusia  untuk
menghilangkan    nyawa,  atau  hilangnya    nyawa  manusia  akibat  tindakan manusia lainnya. Lihat
S{ah{ih Fiqh Sunnah, 280.
64
Do,  I.  Abdurrahman,  Shari‘ah  the  Islamic  Law  Kuala  Lumpur:  A.S. Noordeen, 2002, 229-267.
65
Al-di yat  adalah  bentuh  jama‘  dari  al-diyah.  Secara  bahasa  adalah    bentuk
ma s}dar  dari  lafal  wada‘ah  al-
qātil,  yadahu  diatan,  bila  wali  pembunuh  memberikan tebusan  nyawa  atau  selainnya  kepada  korban  atau  walinya  karena  disebabkan  oleh
jinayat  tindak  pidana  jiwa  korban  atau  selainnya.  Ada  juga  yang  mengatakan  bahwa al-qatl sinonim dengan diyat. Lihat
S{ah}ih Fiqh Sunnah, 342.
66
Jinayat  selain  pembunuhan  adalah  setiap  tindakan  haram  yang  dilakukan
terhadap anggota tubuh,  baik dengan cara memotong, melukai, maupun menghilangkan fungsinya.  Jinayat  selain  pembunuhan  ada  dua  macam.  Pertama,  jinayat  yang
mengharuskan qisās. Kedua, jinayat yang mengharuskan diyat dan lainnya. Lihat  Sahih
Fiqh Sunnah, 319.
36
Abu  Ishaq  al-S hat}ibi  dalam  kitabnya  al-
Muwāfaqāt  fi  Us}ul  al- Sharī‘ah menyebutkan  lima perkara yang disuruh lindungi dalam Islam.
Lima perkara tersebut dinamakan al-d}aruriyat al-khamsah lima perkara
yang asasi,  yaitu 1 h}ifz} al-
dīn, perlindungan agama, 2 h}ifz} al-nafs perlindungan  jiwa,
67
3 h}ifz}  al-‘aqli  perlindungan  akal,  4  h}ifz}  al-
nasl  perlindungan  keturunan,  dan  5 h}ifz}  al-
māl  perlindungan  harta benda. Abd. Shomad menggabungkan antara
h}ifz} al- dīn dan h}ifz} al-‘ird}
menjadi satu bagian dari lima perkara tersebut.
68
Adapun  perkara  hukum  dalam  sejarah  Aceh,  pasca  terbentuknya Indonesia tahun 1945, pemerintah Pusat mengeluarkan UU Provinsi UU
No.  24  Tahun  1956    yang  mengembalikan  Aceh  menjadi  “provinsi Aceh”—sebagaimana  telah  disinggung  di  atas.  UU  tersebut  turut
menyatakan  bahwa  sosio-kultural  Aceh  yang  terdiri  dari    suku  Aceh, suku  Gayo,  suku  Alas,  suku  Aneuk  Jameie,  suku  Kluet,  suku  Tamiang,
suku-suku  di  berbagai  kepulauan,  dan  suku  lain,  yang  dalam perkembangan  selanjutnya  dihuni  juga  oleh  para  pendatang.      Refleksi
dari sejumlah UU yang menyangkut denan pemekaran wilayah provinsi dan kabupatenkota di Indonesia pasca tahun 1998, provinsi  Aceh pada
saat  ini  mekar  menjadi 13 tiga  belas kabupaten  yaitu  Kabupaten  Aceh Timur,  Aceh  Utara,  Bireuen,  Pidie,  Aceh  Besar,  Aceh  Barat,  Simeuleu,
Aceh  Selatan,  Aceh  Singkil,  Aceh  Tenggara,  dan  Aceh  Tengah,  serta  4 empat  kota  yaitu  Kota  Banda  Aceh,  Sabang,  Lhokseumawe,  dan
Langsa.  Sedangkan  sekarangpasca  MoU  Helsinki  15  Agustus  2005 jumlah kabupaten di Aceh sudah sudah mencapai  23 kabupatenkota.
Konsep  UU  tersebut  menyatakan  bahwa    secara  geogafis  Aceh terletak di ujung utara Pulau Sumatera mempunyai batas-batas: a. sebelah
utara dengan Selat Malaka; b. sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera
67
Perkara  hak  perlindungan  jiwa  hifz  al-nafs  di  Aceh,  walaupun  tidak diqanunkan,  sudah  ada  kebijakan  yang  bernuansa  ke  arah    penegakan  hukuman  diyat
dalam  praktek  pembunuhan.  Pemerintah  RI, misalnya,  merasa  bertanggung  jawab  atas terbunuhnya  warga  sipil  yang  tidak  berdosa  dalam  konflik  Aceh  dengan  memberikan
dana diyat. Dikatakan Azwar Abu Bakar, mantan Plt. Gubernur Aceh,  Program dana diyat yang digagasnya,  diterapkan pada 2002. Dananya baca; dana diyat bersumber
dari APBA yang ketika itu mendapat tambahan dana lebih dari Rp 1 triliun bersamaan dengan  disahkannya  UU  No.  18  Tahun  2001  tentang  Otonomi  Khusus  Aceh.  Lihat
Azwar  Abu  Bakar:  “Santunan  Korban  Konflik  Tetap  Diperjuangkan:  Dana  Diyat Diberikan Selama 8 Tahun’’,  Serambi Indonesia, 30 September 2010, 1.
68
Abd.  Shomad,  Hukum  Islam:  Penormaan  Prinsip  Syariah  dalam  Hukum Indonesia, 89.
37
Utara; c. sebelah timur dengan Selat Malaka; dan d. sebelah barat dengan Samudra Indonesia.
69
Sejak pasca kemerdekaan maupun sekarang hukum positif  yang  diterapkan  di  Indonesia  adalah  banyak  menggunakan
peninggalan  Belanda  yang  menurut  sejumlah  pakar  hukum  Indonesia masih  relevan  dengan  jiwa  masyarakat  Indonesia  yang  majemuk.
Memang sejak zaman Belanda telah ada  lembaga qad}i untuk menangani
perkara  perdata  masyarakat  Islam,  yang  kemudian  diperbaharui  sedikit demi sedikit oleh putra–putra Indonesia di dalam kurun waktu tiga orde
pemerintahan    hingga  telah  mengarah  kepada  penciptaan  supremasi hukum pada saat sekarang ini.
70
Kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan  pada  masa orde lama menitikberatkan pada sistem yang terpusat centralistic dipandang
sebagai  sumber  bagi  munculnya  ketidakadilan  dalam  kehidupan berbangsa  dan  bernegara.
71
Kondisi  yang  demikian    mengakibatkan munculnya  pergolakan  masyarakat  di  Provinsi  Daerah  Istimewa  Aceh
yang dapat memanifestasikan berbagai bentuk reaksi di berbagai belahan wilayah  Indonesia.  Namun    permasalahan  gejolak  ini  dapat  dipecahkan
oleh pemerintah Pusat dengan berbagai kebijakan  agar tidak mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di  awal  orde  reformasi  tahun  1998  terdapat  perubahan kebijakan  penyelenggaraan  pemerintahan  daerah  bagi  Provinsi  Daerah
Istimewa  Aceh.  Sidang  Umum  Majelis  Permusyawaratan  Rakyat  1999 yang  diketuai  oleh  Amien  Rais  telah  mengamanatkan  dalam  Ketetapan
Majelis  Permusyawaratan  Rakyat  No.  IVMPR1999,  antara  lain memberikan Otonomi Khusus kepada Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
Sidang  Tahunan  Majelis  Permusyawaratan  Rakyat  Republik Indonesia  Tahun  2000  juga  telah  dilakukan  perubahan  kedua  terhadap
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, antara lain dikatakan  dalam  Pasal  18B  Ayat  1  bahwa  negara    mengakui  dan
menghormati  satuan  satuan  pemerintahan  daerah  yang  bersifat  khusus
69
Lihat Republik Indonesia, UU No. 24 Tahun 1956 Bab I Pasal 1.
70
Perbagai  peraturan  perdata  yang  menyangkut  Hukum  keluarga  Islam  telah mendapat pengesahan dari pemerintahan Belanda, seperti Undang–Undang perkawinan,
namun hukum pidana tetap berlaku KUHP.
71
Pemerintah  Orde  Baru  mengesahkan  UU  No.  5  Tahun  1974  tentang pemerintahan di daerah. Dengan UU ini kewenangan pemuka adat Law Center Aceh
yang  telah  dilestarikan  secara  turun-temurun  terhapus,  sehingga  menimbulkan  gejolak hiruk-pikuk tahun 1976-2005.
38
atau  bersifat  istimewa  yang  diatur  dengan  undang-undang.  Selain  itu, Ketetapan  Majelis  Permusyawaratan  Rakyat  Republik  Indonesia  No.
IVMPR2000  juga  telah  merekomendasikan  agar  Undang-undang tentang Otonomi  Khusus  bagi Daerah Istimewa  Aceh dapat dikeluarkan
selambat-lambatnya  bulan  Mei  2001.  Maka  tepatnya  tahun  2001 Pemerintah mensahkan UU No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi khusus
bagi Daerah Istimewa Aceh sebagai  Nanggroe Aceh Darussalam.
72
Pengesahan  hak  otonomi  dan  keistimewaan  bagi  Aceh menunjukkan  bahwa  sejarah  panjang  keberadaan  masyarakat  Aceh  di
bumi  Nusantara,  memperlihatkan  kehidupan  bermasyarakat,  berbangsa, dan  bernegara  di  daerah  tersebut  telah  mampu  menata  kehidupan
kemasyarakatan  yang  unik,  egaliter  dan    berkeseimbangan  dalam menyiapkan  kehidupan  duniawi  dan  ukhrawi.  Masyarakat  Aceh  tunduk
dan taat kepada ajaran Islam  serta  memperhatikan  fatwa dan  bimbingan ulama. Penghayatan terhadap ajaran Islam kemudian melahirkan budaya
Aceh yang tercermin dalam kehidupan adat yang mendapat gelar serambi Mekkah  karena  dari  wilayah  inilah  kaum  muslimin  dari  wilayah  lain
berangkat  ke  tanah  suci  Mekkah  untuk  menunaikan  rukun  Islam  yang kelima.  Gelar  ini  merupakan  realisasi  penyatuan  antara  3  tiga  perkara
hukum Islam, pendidikan, dan adat-istiadat sosio-yuridis Aceh. Dengan perkataan  lain,  meskipun  sebelum  kedatangan  Islam  abad  ke-7  di
Samudra  Pasai  masyarakat  masih    beragama  Hindu,  namun    pengaruh keislaman lebih kental dalam kesejarahan Aceh.
Berlandaskan  kepada  UU  No.  22  1999  tentang  Pemerintahan Daerah  dan  UU  No.  44  Tahun  1999  tentang  Penyelenggaraan
Keistimewaan  Propinsi  Daerah  Istimewa  Aceh,  pengaturan  tentang Pelaksanaan Syariat Islam diatur dalam suatu Peraturan Daerah. Dampak
dari  berbagai  UU  yang  Islami  tersebut  menjelma  ke  dalam  berbagai legislasi  hukum  lainnya  yang  bernuansa  Islami  untuk  diterapkan  dalam
berbagai  pelosok  Aceh.  Di  Aceh  Barat  misalnya  bupati  Ramli  telah mengesahkan  Peraturan  Bupati  Perbub  yang  menekankan  pentingnya
busana  muslimah  yang  dikenal  dengan  Perbub  “tentang  pakaian muslimah.”
73
Gubernur  Aceh  juga  pernah  mengeluarkan  Perda  No.  2
72
Alyasa‘  Abu  Bakar,  Penerapan  Syariat  Islam  di  Aceh:  Upaya  Penyusunan Fiqh dalam Negara Bangsa,  31. Lihat juga UUD 1945 Pasal 18B Ayat 1.
73
“Bupati Teken Perbub Rok,”  Serambi Indonesia,  tanggal 13 Maret 2010, 1. Lihat juga Muhammad Yani, “Saran untuk Bupati Aceh Barat”, Serambi Indonesia, 28
39
Tahun  2000  tentang  pembentukan  Majlis  Permusyawaratan  Ulama. Bahkan berbagai pengalaman yuridis-historis bagi otonomi Aceh menjadi
peluang  realistis  ketika    UU  No.  11  Tahun  2006  tentang  pemerintahan Aceh. Kebijakan hukum perundang-undangan yang berlaku dan konsep-
konsep fatwa ulama dapat disosialisasikan dalam rangka pelestarian adat keislaman  yang  diturunkan  secara  turun-temurun  dari  para  pendahulu.
Dengan perkataan  lain, upaya pencegahan praktek kriminal dan  maksiat yang melanggar dengan syariat juga dapat mengalami tensi penurunan.
Berdasarkan  hukum  menurut  persepsi  agama  maka  keberadaan hukum  Islam  di  di  Aceh-Indonesia  khususnya  dan  di  dunia  umumnya,
sama  halnya  dengan  eksistensi  hukum  suatu  agama  di  suatu  Negara  di dunia.  Sejak  zaman  globalisasi  tiba  pada  abad  ke-20  seiring  dengan
mulainya  milenium  ke-3  manusia    sulit  membedakan  praktek  hukum suatu agama di dunia. Dunia dapat   melihat realitas pengamalan  hukum
Islam  pada  Negara-negara  yang  manyoritas  penduduknya  muslim  dan memiliki  agama  Islam  sebagai  agama  resmi  Negara  state’s  official
religion. Sedangkan Indonesia sebagai suatu Negara yang yang didirikan pasca  penjajahan  dan  imperialisme  Jepang  dan  Eropa,  bukan  sebuah
Negara Islam meskipun penduduknya mayoritas muslim.
74
Kesulitan  dalam  menerapkan  hukum  Islam  akan  dialami  oleh banyak  Negara  monyoritas  muslim  yang  pernah  dijajah.  Indonesia  juga
memiliki banyak kendala bila melaksanakan hukum Islam. Bahkan lebih sulit  jika  membentuk  Negara  Islam.  Kesulitan  utama  adalah  disebabkan
konsensus  pada  awal  berdirinya  Negara  Indonesia  yang  bukan berideologi  Islam,  namun  Pancasila.  Dengan  perkataan  lain  Indonesia
adalah “Negara bangsa” bukan Negara agama.
Pemerintahan  Islam  pada  Kekhalifahan    Turki  Usmani  yang terletak
di dataran
Eropa juga
mengalami kesulitan
dalam mengaplikasikan  hukum  Islam.  Sebagian  kalangan  memahami  bahwa
hukum  Islam  memiliki  banyak  kontradiksi  di  dalamnya.  Pemahaman kontradiktif ini juga ikut menyulitkan penerapan hukum Islam itu sendiri.
Fenomena ini membuat Kemal Attarturk presiden Turki meleburkannya
Juli  2010,  4.  Lihat  juga  “Hukum  dan  Kriminalitas”,  Gatra.Com,  tanggal  9  Desember 2010,  1  dalam  http:www.gatra.comartikel.php?id=143697    diakses  tanggal  15-02-
2011.
74
Lihat http:www
. List of Muslim Moyarity Countries.
40
Khilafah Islamiyah Turki Usmani menjadi Negara sekuler tahun 1924.
75
Setelah  itu  Turki  menjadi  Negara  sekular  yang  memisahkan    hukum agama  dan  hukum  negara  hingga    sekarang  ini.  Bahkan  pemerintahan
dunia  Islam  hanya  berbentuk  kesultanan-kesultanankerajaan-kerajaan dan Negara-negara kebangsaan nasionalisme seperti Indonesia.
Paham  nasionalis  ini  membawa  dampak  pada  kebijakan pemerintahan  Indonesia.  Pemerintah  Orde  Lama  Indonesia  telah
menghilangkan upaya-upaya bangsa Indonesia dalam mendirikan negara Islam NII. Kesultanan Aceh, setelah bergabung dengan Indonesia,  ikut
menjadi menjadi kawasan yang berpaham nasionalis secular juga pada tahun 1948. Aceh mengalami pengggabungan bersama dengan  kerajaan-
kerajaan  Islam  Melayu  lainnya  di  nusantara  dalam  wadah  Negara Indonesia.  Abdul  Qadir  Jailani  mengatakan  bahwa  Nasionalisme  juga
salah satu bentuk sekularime suatu Negara.
76
Oleh kerena itu upaya-upaya penerapan syariat Islam tidak dapat dilangsungkan dengan cepat seperti membalikkan telapak tangan, namun
pihak  legislatif  menenerapkannya  melalui  penyusunan  Undang-undang Islami  yang  memiliki  nuansa  representatif  bagi  seluruh  bangsa.
Keinginan  masyarakat  untuk  mendirikan  Negara  Islam  juga  tidak  dapat dilaksanakan.  Negara  melawan  setiap  aksi  yang  melawan  ideologi
Negara Pancasia, seperti aksi pembentukan NII oleh Aceh dan beberapa daerah lainnya pada tahun 1950-an.
Sebenarnya, Hukum Islam  yang  ingin diterapkan  di  Aceh adalah sebagaimana  di  Negara–negara  Islam  lainnya  di  dunia,  yakni  meliputi
semua  aspek  hukum  Islam  termasuk  jinayat,  yang  selama  ini  semua tindak  pidana  ditangani  Kitab  Hukum  Tindak  Pidana  peninggalan
Belanda. Tujuan tersebut dalam rangka untuk menuju penerapan syariat Islam  secara
kaffah  menyeluruh.  Penerapan  hukum  Jinayat  secara kaffah  bertujuan untuk pencegahan praktek kriminal dalam masyarakat.
Karena  Hukum  Jin āyāt   juga  memiliki  motif,  ciri-ciri dan sifat khusus
sebagaimana karakter hukum kriminal  lainnya. Amir Muallimin, dengan didukung  oleh  Ketua  Mahkamah  Konstitusi  RI  Mohd.  Mahfud  MD
menulis  dalam  bukunya  Konfigurasi  Pemikiran  Hukum  Islam.  Ia
75
Richard  C.  Martin,  Ensycclopedy  of  Islam  and  the  Muslim  World,  Vol.  1 New York: Macmillan Reference USA, 2003,  387.
76
Abdul  Qadir  Jailani,  Islamisme  Versus  Sekularisme  Jakarta:  Yayasan Pengkajian Islam Madinah al-Munawwarah, 1999, 16.
41
mengatakan bahwa motif utama hukum ialah sensitif terhadap sangsi dan untuk menciptakan kepatuhan di kalangan masyarakat.
77
Berdasarkan  uraian  di  atas,  implementasi  hukum  Islam  di  Aceh- Indonesia  tidak  mesti    melibatkan  banyak  kemponen  muslim  untuk
membentuk  suatu  Negara  Islam  dalam  pengamalan  Hukum  Islam  pada saat sekarang ini. Karena di zaman modern  ini upaya ini akan mendapat
kecaman  dari  berbagai  Negara  bangsa,  tidak  terkecuali  dari  kalangan umat  Islam  Indonesia  sendiri.  Muhammad  Arkoun
—
dalam      Islam:  to Reform  or  to  Subvert?
—
mengatakan  bahwa  suatu  kekeliruan    sejarah yang
disesalkan the
apologetic historical
confusion bila
mengembalikan tradisi Islam kepada regime Islam seperti  “rejim Islam” Iran  yang  dibentuk  oleh  Khomeini  sejak  1978.  Pembentukan  regime
berlawanan dengan  haluan  para  ilmuwan politik  baru, para sejarahwan, dan para philosof di  zaman demokratisasi global.
78
B.  Sejarah Otonomi Khusus Aceh