5. Menghindari pemborosan sumber daya secara luas.
3.4. Hasil Penelitian Terdahulu
3.4.1. Aplikasi Six Sigma Dmaic Dan Kaizen Sebagai Metode Pengendalian
Dan Perbaikan Kualitas Produk
Salah satu contoh dari penelitian sebelumnya Susetyo, Joko, 2011pada perusahaan penghasil kaos yang diberi nama sebagai kaos Dadung. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui kemampuan proses berdasarkan produk cacat yang ada dengan pendekatan six sigma yang kemudian dilakukan pengendalian dengan
menganalisis penyebab kecacatan menggunakan seven tools serta mengupayakan perbaikan berkesinambungan dengan alat implementasi kaizen berupa Kaizen
Five-Step Plan, 5W dan 1H, dan Five-M Checklis. Setelah dilakukan pengolahan data didapat nilai DPMO yang dimana dari hasil yang didapat diartikan bahwa
dari satu juta kesempatan masih terdapat kemungkinan produk yang dihasilkan mengalami kecacatan. Perusahaan berada pada tingkat 4,11-sigma dengan CTQ
Critical To Quality yang paling banyak menimbulkan cacat yaitu Dek. Dari hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa penyebab utama kecacatan adalah faktor
manusia, dan berdasarkan alat-alat impelementasi kaizen maka kebijakan utama yang harus dijalankan oleh pihak perusahaan yaitu pengawasan atau kontrol yang
lebih ketat di segala bidang. 3.4.2.
Penerapan Metode Six Sigma Dengan Konsep DmaicSebagai Alat Pengendali Kualitas.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian lainnya Wahyani, widhy, 2010 dilakukan pada perusahaan indurstri rokok. Dalam dunia industri rokok, pengendalian kualitas
merupakan kunci dalam mempertahankan loyalitas konsumen. Bagi perusahaan dengan melakukan pengendalian kualitas diharapkan dapat meraih tujuan
perusahaan, terkait dengan tingkat pendapatan perusahaan. Hal inilah yang mendasari tujuan perusahaan rokok ini untuk melakukan upaya perbaikan dalam
aktivitas produksinya, terutama dalam mengendalikan kualitas guna menurunkan produk cacat. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengendalian
kualitas adalah Six Sigma dengan konsep DMAIC. Six Sigma dipilih sebagai pendekatan terhadap masalah yang terjadi di perusahaan rokok tersebut karena
selain sebagai alat manajemen terkini dan sifatnya yang flexibel, dimana bertujuan untuk menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk dan
menghilangkan biaya yang tidak perlu. Six Sigma merupakan comprehensive system, karena merupakan strategi dan alat yang berkonsep disiplin ilmu untuk
mencapai dan mendukung kesuksesan bisnis, dimana terfokus pada peningkatan kepuasan pelanggan. Adapun kesuksesan peningkatan kualitas dan kinerja bisnis
perusahaan ini, tergantung dari kemampuan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang terjadi, sehingga dengan penerapan filosofi Six Sigma
di perusahaan rokok ini, diharapkan dapat menurunkan produk cacat. Dari hasil analisa yang dikendalikan dengan metode Six Sigma dengan
konsep DMAIC diketahui bahwa perusahaan masih mampu dan kompetitif untuk menghasilkan produk jadi diatas target kinerja serta memiliki kesempatan untuk
menetapakan proyek Six Sigma. Dengan metode ini diharapakan tingkat
Universitas Sumatera Utara
kegagalan menuju nol zero defect.Namun diperlukan upaya giat untuk peningkatan kualitas.Dari analisa yang dilakukan dalam tindakan perbaikan
diketahui bahwa tingkat RPN Risk Potensial Number masih cukup tinggi. Dan RPN yang tertinggi adalah pada proses making dan yang terendah pada proses
bandrol.
3.4.3.
Usulan Rencana Perbaikan Kualitas Produk Penyangga Duduk Jok Sepeda Motor Dengan Pendekatan Metode Kaizen
Pengendalian kualitas merupakan suatu metodologi pengumpulan dan analisa data kualitas, serta menentukan dan menginterpretasikan pengukuran-
pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri guna menjaga konsistensi kualitas dari suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan
ekspektasi pelanggan. Upaya penelitian kali ini
Ferdiansyah, Herdiyan, 2009,
difokuskan pada salah satu produk yang memiliki kualitas terburuk dengan kata lain, produk yang memiliki frekuensi cacat tertinggi di perusahaan pembuat
penyangga duduk, dengan menggunakan metode kaizen 5W+1H. Kaizen 5W+1H, pendekatan kaizen biasanya digunakan untuk menyusun langkah-
langkah perbaikan, apabila sebab-sebabnya telah diketahui, kemudian memilih langkah-langkah perbaikan dengan mengacu pada what Apa, why mengapa,
where dimana, when kapan, who siapa dan how bagaimana. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, produk yang memiliki
frekuensi cacat tertinggi adalah penyangga duduk handle seat. Hasil identifikasi jenis cacat berdasarkan persentase tertingggi atau dominan di penyangga duduk
Universitas Sumatera Utara
selama bulan Juli 2007 adalah jenis cacat yang diakibatkan oleh cacat rambut
. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap sistem kerja yang dilakukan oleh
pekerja. Dari sistem kerja ini dilakukan pengamatan terhadap jenis kecacatan produk yang terjadi dan dilkakukan analisis faktor-faktor penyebab kecacatan produk. Untuk
melihat tingkat kecacatan produk pada perusahaan ini dilakukan dengan menggunakan metode seven tools, setelah didapatkan tingtkat kecacatan dan jenis
kecacatan apa yang tertinggi, maka dilakukanlah perbaikan secara berkesinambungan dengan menggunakan metode kaizen. Menurut penelitian yang dilakukan kecacatan
tertinggi terjadi pada penyangga duduk. Dan kemudian dilakukan perbaikan pada sistem kerja dalam proses pembuatan penyangga duduk dengan metode kaizen.
BAB IV
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian