Perhitungan steepest Descent Pengolahan Data 1. Penetuan Koefisien b

selanjutnya yaitu tahap steepest descent, tahap yang bertujuan untuk mencari setting baru untuk percobaan selanjutnya. Tahapan selanjutnya adalah tahap steepest descent yaitu tahap yang bertujuan untuk mencari setting baru untuk percobaan selanjutnya. Pengujian dilakukan dengan uji F karena dalam uji F membandingkan 2 parameter dari 2 populasi yaitu rata-rata kadar COD chemical oxygen demand.

5.2.3. Perhitungan steepest Descent

Steepest descent adalah suatu prosedur pergerakan fungsi pada titik yang diberikan yaitu x dengan arah kemiringan negatif yang akan memberikan nilai maksimum lokal dari fungsi yang diminimisasi. Adapun perhitungan metode steepest descent ini dapat dilihat pada Tabel 5.5. Perhitungan Pergerakan Level Pada Metode Steepest Descent. Tabel 5.5. Perhitungan Pergerakan Level Pada Metode Steepest Descent Prosedur X 1 X 2 X 3 1 Perubahan relatif pada unit desain b i b 1 b 2 b 3 2 Unit origin 1 unit desain A +1 - A -1 2 B +1 - B -1 2 C +1 - C -1 2 3 Perubahan relatif pada unit origin 1 1 2 1 1 2 2 2 1 3 2 3 4 Perubahan per n pada variabel I ∆ 3 1 3 1 3 2 2 1 3 3 2 3 Keterangan : A +1 = Nilai level tinggi konsentrasi alumunium sulfat A -1 = Nilai level rendah konsentrasi alumunium sulfat Universitas Sumatera Utara B +1 = Nilai level tinggi waktu pengadukan B -1 = Nilai level rendah waktu pengadukan C +1 = Nilai level tinggi kecepatan pengadukan C -1 = Nilai level rendah kecepatan pengadukan Pengumpulan data percobaan steepest descent dilakukan pada tanggal 20 Nopember 2010. Hasil pengumpulan data dapat dilihat seperti pada Tabel 5.6. Perhitungan Pergerakan Level Pada Metode Steepest Descent. Tabel 5.6. Perhitungan Pergerakan Level Pada Metode Steepest Descent. Prosedur X 1 X 2 X 3 Perubahan relatif pada unit desain b i 2,36 2,36 2,61 Unit origin 1 unit desain 5 5 10 Perubahan relatif pada unit origin 11.8 11.8 26.1 Perubahan per n pada variabel I ∆ 2 2 5 Pergerakan Steepest Descent X 1 X 2 X 3 Hasil Percobaan Pergerakan level awal origin = 0 10 15 70 Pergerakan level 0 + n ∆ ; n = 1 12 17 75 58 Pergerakan level 0 + n ∆ ; n = 2 19 80 51 Pergerakan level 0 + n ∆ ; n = 3 16 21 85 49 Pergerakan level 0 + n ∆ ; n = 4 18 23 90 46 Pergerakan level 0 + n ∆ ; n = 5 20 25 95 40 Pergerakan level 0 + n ∆ ; n = 6 22 27 100 38 Pergerakan level 0 + n ∆ ; n = 7 24 29 105 35 Pergerakan level 0 + n ∆ ; n = 8 26 31 110 39 Universitas Sumatera Utara Dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan penentuan titik origin untuk penelitian selanjutnya dengan tujuan membuat model orde kedua. Untuk n = 1, percobaan dilakukan pada konsentrasi koagulan X 1 = 12 ppm, waktu pengadukan X 2 = 17 menit dan kecepatan pengadukan X 3 = 75 rpm, dimana hasil percobaan menghasilkan kadar COD chemical oxygen demand sebesar 58 ppm. Demikian seterusnya untuk percobaan selanjutnya. Titik origin ditentukan berdasarkan kepada pergerakan level yang memberikan kadar COD chemical oxygen demand yang paling minimum yaitu pada pergerakan level n = 7, dimana X 1 = 24 ppm ; X 2 = 29 menit ; X 3 = 105 rpm dengan kadar COD sebesar 35 ppm.

5.2.4. Penentuan Model Orde Kedua 1. Pembuatan Central Composit Design