Kondisi Penyaluran Kredit UMKM Agribisnis di BNI

b. Sektor kehutanan dan pemotongan kayu logging c. Sektor perburuan d. Sektor sarana pertanian. Untuk segmentasi usaha pertanian itu sendiri, kredit yang disalurkan melalui BNI berada pada mapping dark green yang artinya sektor ini masih diperbolehkan dalam segi penyaluran kredit. Bagi Kabupaten Karawang, penyaluran kredit UMKM potensial untuk pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah. Iklim usaha yang potensial ini membuat lembaga keuangan berproyeksi bahwa penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah UMKM akan menjadi suatu yang profitable. Dalam teknis penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR, terdapat beberapa permasalahan mengenai kredit usaha mikro, kecil dan menengah UMKM dan proses penyaluran kredit tersebut seperti Kredit Usaha Rakyat KUR dan produk BNI sendiri yakni BNI Wirausaha BWU. Permasalahan yang ditinjau dari sisi perbankan selaku penyalur dana antara lain: a. Debitur merupakan debitur baru dan tidak sedang menerima kredit. b. Aksesibilitas penyaluran dana ke masyarakat di tingkat desa maupun kelurahan dirasakan masih kurang. c. Karakter masyarakat peminjam kredit yang lebih senang membayar tidak sekaligus, seperti : membayar Rp 1.500.000 satu juta lima ratus ribu rupiah per bulan lebih berat daripada sebesar Rp. 100.000 seratus ribu rupiah per hari. 74 d. Tingkat bunga yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan bank konvensional lain. Sistem Informasi Debitur SID yang dibuktikan dengan hasil BI Checking menyulitkan bagi bank mendapatkan debitur. Sebaliknya bagi debitur yang telah mendapatkan kredit baik dalam bentuk kredit konsumsi, kredit investasi dan kredit modal kerja menjadi penghalang untuk permohonan Kredit Usaha Rakyat KUR padahal mereka sangat membutuhkan modal usaha. Selain itu definisi debitur baru telah menutup peluang bagi debitur yang sedang menerima kredit dari lembaga perbankan atau kredit program pemerintah untuk mengajukan Kredit Usaha Rakyat KUR atau sehingga solusi yang dilaksanakan oleh pihak bank adalah memberikan skim pinjaman komersial lain kepada calon debitur tersebut. Selain permasalahan mengenai status calon debitur, masalah lain yakni mengenai aksesibilitas penyaluran dana ke masyarakat di tingkat Desa maupun Kelurahan masih kurang sehingga perlu dilakukan penambahan bank penyalur. Hal ini diperlukan mengingat jumlah bank penyalur yang ada sekarang dirasakan sangat terbatas bila menginginkan Kredit Usaha Rakyat KUR lebih merakyat terutama dalam menjangkau calon debitur sektor pertanian dan perikanan. Keberadaan Unit Kredit Kecil UKC dan Sentra Kredit Kecil SKC sebagian besar berada di kantor cabang BNI tingkat Kabupaten maupun Kecamatan. Oleh karena itu, masyarakat yang berada di Desa maupun Kelurahan kurang dapat terjangkau oleh pihak BNI. Lain halnya dengan aksesibilitas salah satu bank BUMN yang sudah lama dikenal oleh rakyat karena aksesnya yang merata hingga ke tingkat pedesaan. Bila 75 pihak BNI menambah Unit Kredit Kecil UKC untuk memenuhi kebutuhan penyaluran dana masyarakat, maka perlu ditinjau ulang mengenai urgensinya. Hal ini erat kaitannya dengan penambahan sumber daya manusia SDM dan beban biaya yang akan dikeluarkan untuk operasionalisasi kantor tersebut. Adapun solusi yang ditawarkan untuk sementara waktu yakni dengan diadakannya kerja sama dengan pihak bank perkreditan rakyat yang dapat menjangkau hingga ke tingkat Desa dan Kelurahan. Selain itu perlu terus dilaksanakannya metode jemput bola kepada usaha – usaha usaha mikro, kecil dan menengah UMKM yang berada di tingkat pedesaan dan berpotensi untuk disalurkannya kredit kepada usaha tersebut. Permasalahan ketiga yakni mengenai karakter masyarakat peminjam yang lebih senang membayar secara rutin per hari dengan nominal yang lebih kecil dibandingkan pembayaran sekaligus per bulan. Mengingat karakter masyarakat daerah yang seperti itu, maka pihak perbankan hanya memaklumi sambil terus melakukan penagihan cicilan pinjaman dengan rutin setiap bulannya. Hal ini lebih efektif dibandingkan mengikuti karakteristik masyarakat untuk menagih setiap hari. Perlu diketahui bahwa batasan kemampuan pihak bank dalam penagihan dikarenakan sumber daya manusia dari tiap Unit Kredit Kecil yang terbatas. Pertimbangan akan tingkat bunga yang cukup tinggi juga menjadi permasalahan di kalangan perbankan. Dimana tingkat bunga dari Kredit Usaha Rakyat KUR yang berkisar 16 efektif dan BNI Wirausaha BWU sekitar 17 - 18 flat cukup tinggi dibandingkan tingkat bunga di bank lain yakni sekitar 12 efektif. Tingkat bunga yang tinggi akan menyulitkan debitur dalam pengembalian 76 pinjaman terkait persaingan bisnis yang cukup ketat sehingga menekan perolehan laba. Oleh sebab itu pengenaan tingkat bunga kredit haruslah layak dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian modal yang ditanamkan dalam suatu usaha. Pada Unit Kredit Kecil UKC BNI Cabang Karawang, penyaluran kredit kepada sektor agribisnis tidak terlalu banyak. Hal ini dikarenakan penyaluran kredit terkait dengan permohonan kredit itu sendiri. Penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah UMKM dari pihak BNI yang telah disalurkan antara lain mayoritas disalurkan ke sektor perdagangan umum. Sedangkan yang berkaitan dengan penelitian ini yakni untuk sektor agribisnis, kredit usaha mikro, kecil dan menengah UMKM yang telah disalurkan oleh pihak BNI yakni kepada bidang perdagangan beras dan sarana produksi pertanian saprotan. Secara umum dapat dilihat bahwa penyaluran kredit yang dilakukan oleh pihak BNI sebagian besar berasal dari pengajuan kredit dari calon debitur walaupun usaha untuk mencari prospek calon debitur pun tetap dilakukan dengan beberapa cara seperti menawarkan kredit dan partisipasi dalam pameran usaha mikro, kecil dan menengah UMKM baik tingkat regional maupun nasional. Kredit Usaha Rakyat KUR merupakan kredit program yang ditawarkan untuk koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah UMKM dengan komposisi perbandingan penjaminan antara pemerintah dengan perbankan sebesar 70 : 30 dengan bunga maksimum 16 per tahun efektif serta jumlah kredit maksimum Rp. 500.000.000 lima ratus ribu rupiah per debitur. Program Kredit Usaha Rakyat KUR memang bukan produk satu institusi pemerintah saja. 77 Akibatnya, realisasi program Kredit Usaha Rakyat KUR sangat bergantung pada koordinasi antarinstitusi. Saat ini penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR terhambat dengan tidak sejalannya kebijakan antar institusi. Pengawasan pengusaha bermodal kecil tetap diperlakukan sama seperti investor kelas kakap. Salah satunya penerapan kebijakan baru BI yang mengatur mekanisme penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR. Sementara itu dana-dana perbankan konvensional, yang memiliki likuiditas sangat cukup masih tetap kurang menarik bagi para pelaku bisnis usaha mikro, kecil dan menengah UMKM. Selain aspek formalitas yang masih sulit dipenuhi seperti aspek jaminan dan proposal kelayakan usaha, bunga kredit perbankan pun saat ini masih dianggap terlalu mewah. Menurunnya bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI di bawah 7 ternyata tidak serta-merta menurunkan bunga bank penyalur kredit di lapangan. Dengan demikian, likuiditas besar yang tersedia itu tidak mampu secara signifikan memberikan kontribusi pada perkembangan usaha para pelaku bisnis mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Indikasi rendahnya penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah UMKM kepada sektor agribisnis cukup disayangkan mengingat potensi usaha UMKM di daerah Kabupaten Karawang sebagian besar masih berskala usaha rumah tangga dan pertanian masih menjadi tumpuan hidup sebagian besar pelaku usaha UMKM di daerah tersebut. Usaha mikro, kecil dan menengah UMKM yang berada di daerah Kabupaten Karawang umumnya berupa usaha penggilingan padi organik, usaha olahan herbal seperti jahe instan, temulawak instan, kunyit 78 instan, usaha makanan olahan seperti kue kering, tepung roti, rangginang, pengolahan escargot olahan bekicot, kue semprong, usaha pengolahan telur asin, usaha pengolahan madu hutan, kerajinan tangan handicraft yang berupa kerajinan rotan dan pahatan kayu, usaha konveksi jaket, usaha pembuatan bola sepak dan kerajinan boneka anak. Sebagai bahan evaluasi dari perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah UMKM di Karawang adalah publisitas informasi produk UMKM yang baik sehingga produk UMKM Kabupaten Karawang dapat dikenal dengan baik dan meningkatkan kapasitas penjualan. Selain publisitas informasi produk UMKM, diperlukan juga pendekatan kerja sama antar daerah sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengalokasian sumber daya. Kerja sama antar daerah dalam pengembangan UMKM ini dapat menumbuhkan iklim usaha kondusif secara regional, mengelola pemasaran bersama, meningkatkan akses baik pembiayaan, informasi maupun teknologi bagi UMKM. Pendekatan kegiatan dapat dilakukan secara regional karena kekuatan kewilayahan dalam mengembangkan UMKM diperlukan untuk membentuk skala ekonomi yang besar dan tidak terpisah secara kedaerahan. Kerja sama beberapa KabupatenKota yang tergabung dalam suatu daerah diharapkan mampu mengerahkan seluruh potensi wilayah dalam semangat kebersamaan pengembangan UMKM. 79

5.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit UMKM

Agribisnis Dalam melakukan penyaluran kredit UMKM, pihak perbankan biasanya melakukan analisis kepada calon debitur yang mencakup Character, Capacity, Capital , Collateral, Conditions dan Constrains. Oleh karena itu, ke enam faktor di atas diduga memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis di Unit Kredit Kecil UKC dan Sentra Kredit Kecil SKC BNI. Besar pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel Character, Capacity, Capital , Collateral, Conditions dan Constrains terhadap penyaluran kredit UMKM agribisnis di Unit Kredit Kecil UKC dan Sentra Kredit Kecil SKC BNI dapat dilihat di tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi penyaluran kredit UMKM Agribisnis No Variabel Koefisien Regresi t hitung Signifikan 1 2 3 4 5 6 7 Konstanta Character Capacity Capital Collateral Condition Constrains 13,638 0,381 -0,475 0,519 -0,508 0,324 0,653 2,451 2,826 4,554 3,468 4,017 2,599 4,349 0,029 0,014 0,001 0,004 0,001 0,022 0,000 R Square R Square adj 0, 889 0, 837 F hitung Durbin-Watson 17,290 1,879 Keterangan : signifikan pada taraf 5 persen. 80 Berdasarkan Tabel 3 tersebut, maka dapat dibuat persamaan regresi berganda untuk faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM Agribisnis sebagai berikut : Y = 13,368 + 0,381 X 1 - 0,475 X 2 + 0,519 X 3 - 0,508 X 4 – 0,324 X 5 + 0,653 X 6 + e i Pada model persamaan analisis regresi berganda tersebut, diperoleh nilai konstanta sebesar 13,368. Artinya bila faktor lain dianggap nol, maka penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis di Unit Kredit Kecil UKC dan Sentra Kredit Kecil SKC BNI sebesar 13,368 rupiah. Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien dari masing-masing variabel dalam model memiliki tanda yang sesuai dengan hipotesis dan ada pula yang memiliki tanda yang tidak sesuai dengan hipotesis. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM Agribisnis diantaranya adalah : a. Character X 1 Dari hasil regresi yang dilakukan, koefisien dari character bernilai positif sebesar 0,381. Angka ini menunjukkan hubungan yang searah dengan penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis.Artinya apabila character debitur naik sebesar sepuluh ribu poin maka penyaluran kredit UMKM Agribisnis akan naik sebesar Rp. 3.810 tiga ribu delapan ratus sepuluh rupiah begitupun bila tanda koefisien terjadi sebaliknya. Hal ini berdampak dari semakin baiknya karakter debitur maka akan semakin meningkatkan penyaluran kredit, sehingga pihak perbankan akan cukup 81