fisik maupun psikis yang mencakup rasa takut, rasa bersalah, cemas, marah, sedih, putus asa dan bosan yang dapat berasal dari individu yang berada di sekitar
lingkungan kerja kita baik dalam maupun dari luar organisasi Semua sumber budaya organisasi berpendapat sama bahwa sumber budaya
sebagai input utama adalah pendiri founder organisasi. Pembentukan organisasi oleh pendirinya didasarkan pada visi pendiri itu. Pendiri organisasi memandang
dunia disekitar menurut nilai yang termuat dalam budaya pribadi kelompoknya merumuskan visinya ramalan dan poyeksi tentang apa yang akan dan dapat
terjadi dan masukan visi itu kedalam organisasi. Budaya Organisasi merupakan bagian dari lingkungan internal yang tidak
terpisahkan dengan perusahaan yang terdiri atas seperangkat asumsi, keyakinan dan nilai-nilai bersama yang dianut oleh anggota organisasi perusahan yang
digunakan untuk mengatur dan mengarahkan perilaku sesuai dengan fungsi yang diharapkan Gordon, 2002 : 374.
Falsafah dari pendiri organisasi dikembangkan dari asumsi–asumsi dasar, kebiasaan–kebiasaan kepercayaan yang melalui proses sosialisasi yang akan
terbentuk menjadi aturan tidak tertulis yang dipakai sebagai pedoman dalam bekerja untuk menyelesaikan tugas dalam mencapai tujuan perusahaan.
2. Sumber-sumber Stres
a. Faktor Lingkungan
Tepat seperti ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari suatu organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres dikalangan
para karyawan dalam organisasi tersebut. Perubahan dalam daur bisnis
Universitas Sumatera Utara
menciptakan ketidakpastian ekonomis. Bila ekonomi itu mengerut, orang menjadi mencemaskan keamanan mereka. Ketidakpastian politik tidak
cenderung menciptakan stres diantara orang Amerika Utara sebanyak seperti di negari-negari seperti Haiti atau Irak. Alasan yang jelas adalah
bahwa Amerika Serikat dan Kanada mempunyai sistem politik yang stabil dimana perubahan lazimnya dilaksanakan dalam suatu cara yang tertib.
Namun ancaman dan perubahan politik, bahkan dalam negara seperti Amerika Serikat dan Kanada, dapat menyebabkan stres. Inovasi baru dapat
membuat keterampilan dan pengalaman seorang karyawan usang dalam waktu yang sangat pendek. Oleh karna itu ketidakpastian teknologis
merupakan tipe ketiga yang dapat menyebabkan stres. b.
Faktor Organisasional Banyak sekali faktor didalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.
Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, seorang bos
yang menuntut dan tidak peka, serta rekan sekerja yang tidak menyenangkan merupakan beberapa contoh. Tuntutan peran berhubungan
dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu. Konflik peran
menciptakan harapan-harapan hampir tidak bisa dirujukkan atau dipuaskan. Peran yang kelebihan beban dialami bila karyawan itu
diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan oleh waktu.
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor Individual
Lazimnya individual bekerja 40-50 jam sepekan. Pengalaman dan masalah
dijumpai orang diluar jam kerja yang lebih dari 120 jam tiap pekan dapat meluber kesetiap pekerjaan. Maka kategori akhir kita mencakup faktor-
faktor dalam kehidupan pribadi karyawan. Terutama sekali faktor-faktor ini adalah isu keluarga, masalah ekonomi pribadi, dan karakteristik
kepribadian yang inheren. Survei nasional secara konsisten, menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi.
Berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya suatu hubungan, dan kesulitan disiplin pada anak-anak adalah contoh masalah hubungan yang
menciptakan stres bagi para karyawan, yang lalu terbawa sampai ke
tempat kerja. Robbins, 2007 : 372
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai hubungan antara stres, penyebab dan akibatnya maka kita perlu mengembangkan suatu modul yang
terpadu mengenai stres dan pekerjaan. Karena kita membahas pengaruh stres pekerjaan terhadap perilaku produktif dalam organisasi maka dapat dilihat dari
model gambar dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Model stres pekerjaan dalam organisasi Stres dalam Pekerjaan
Stres yang Dialami
KonsekuensiAkibat
Subyektif Kegelisahan
Perilaku Mudah terkena kecelakaan
Kognitif Tidak mampu mengambil
keputusan Kehilangan kosentrasi
Fisiologis Tekanan darah naik
Kehilangan konsentrasi Organisasi
Produktifitas rendah
Sumber : Gibson, Ivancevich, Donelly 1996 : 168 3. Kiat Menghadapi Stres
Stres bukan sesuatu yang tidak bisa dihindari. Beberapa kiat yang ditawarkan dalam menghadapi stres antara lain :
a. Berpikir positif, dengan selalu berpikir positif setiap tekanan dalam pekerjaan
akan dihadapi dengan optimistik dan bukan pesimistik. b.
Relaksasi, dengan relaksasi pikiran dan hati akan lebih rileks dalam menghadapi tekanan. Berjalan disekitar kantor, menarik napas dalam-dalam,
mendengarkan musik bahkan bercanda dengan rekan kerja merupakan relaksasi yang dilakukan setiap saat tanpa harus memakan waktu kerja.
Keorganisasian Iklim, teknologi, gaya
kepemimpinan, kurang partisipasi, kebijakan yang
kurang jelas Perbedaan individu
Usia, kelamin, persepsi, pendidikan, kesehatan,
fisik, pengalaman kerja Individu pekerjaan
Konflik peran, beban kerja yang terlalu berat, tidak ada
kemajuan karir
Kelompok Hubungan kurang baik
dengan rekan kerja dan lingkungan sekitarnya atasan
dan bawahan
Luar Organisasi Keluarga, diri pribadi,
ekonomi
Universitas Sumatera Utara
c. Keseimbangan antara urusan rumah tangga dan urusan pekerjaan dengan
menjaga keseimbangan problema rumah tangga dan problema pekerjaan maka seseorang berpeluang menurunkan tekanan pada diri seseorang.
d. Manajemen waktu, dengan mengalokasikan waktu kerja dan menetapkan skala
prioritas diharapkan dapat mengurangi tekanan pekerjaan terutama saat volume pekerjaan banyak dan sedang ada deadline.
e. Pengambilan jarak terhadap emosi, bersikap emosi adalah hal yang manusiawi
namun emosi haruslah proporcional. Dalam keadaan tertekan seseorang mudah mengumbar emosi, hal inilah yang sepatutnya dihindari.
4. Pengertian Perilaku Produktif