71
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
a. Data keluhan MSDs hanya berdasarkan keluhan responden yang dapat bersifat
subjektif, karena tidak didukung oleh data medis yang dapat memastikan bahwa responden benar menderita MSDs.
b. Pengukuran dengan metode QEC quick exposure check hanya mengukur
risiko pekerjaan pada tubuh bagian atas saja, sehingga jika ada keluhan yang dirasakan pada tubuh bagian bawah maka tidak dapat diketahui besar risiko
dan pengaruhnya dengan faktor pekerjaan.
6.2. Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan MSDs
6.2.1. Keluhan Musculosceletal Disorders
Keluhan MSDs pada pekerja dalam penelitian ini ditinjau dari tingkat keluhannya dan bagian tubuh yang dirasakan keluhan. Menurut
Humantech 2003, keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang dari mulai keluhan ringan hingga
keluhan yang terasa sangat sakit. Hal tersebut dapat terjadi jika otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan
dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Hal inilah yang menyebabkan rasa sakit, keluhan ini disebut
musculosceletal disorders MSDs atau cedera pada sistem musculosceletal.
Dari hasil pengukuran keluhan MSDs berdasarkan tingkat keluhan maka diperoleh paling banyak 77,3 pekerja yang mengalami keluhan
MSDs ringan, sedangkan pekerja dengan keluhan MSDs berat sebanyak 9,4 dan pekerja yang tidak mengalami keluhan MSDs sebanyak 13,3.
Sedangkan pengelompokkan keluhan MSDs berdasarkan bagian tubuh diperoleh bahwa 60 pekerja merasakan keluhan pada bagian pinggang,
pekerja merasakan keluhan pada leher sebanyak 57 dan merasakan sakit pada bagian bahu kanan serta kiri sejumlah 48.
Hasil penelitian diatas sesuai dengan yang telah dilakukan oleh Juniani 2007 pada welder yang melakukan pengelasan bahwa keluhan
MSDs seperti kaku sering dirasakan pada bagian bahu sebanyak 66, pekerja merasa sakit atau nyeri pada leher sebanyak 69 dan merasakan
nyeri pada bagian pinggang sebanyak 77. Menurut NIOSH 1997, MSDs pada leher dan bahu terjadi karena
pekerja melakukan gerakan berulang ‘repetitive work’, posisi leher dan bahu dalam keadaan menahan beban berat serta posisi yang ekstrim ketika
bekerja. Sedangkan keluhan MSDs yang terjadi pada pinggang ‘low back pain
’ dapat muncul akibat postur kerja yang buruk seperti membungkuk dan gerakan mengangkat berulang sehingga memaksa kerja ototsendi
tulang belakang dan akhirnya terjadi pembengkakan pada sendi. Menurut James 2007, ketika ruas-ruas tulang menekuk ke depan maka otot akan
bekerja dengan keras untuk menopang tulangrangka bagian atas sampai
kepala, sehingga otat akan melentur. sehingga semakin sering dan semakin lama digunakan dengan berlebihan, maka hal demikian akan menyebabkan
hilangnya kelenturan pada otot tersebut. Gambar 6.1.
Postur Kerja yang Tidak Ergonomis
A B
a. Contoh postur kerja yang tidak ergonomis, b. postur kerja tidak ergonomis
Sumber :a. James T. Alberts 2007 b. dokumentasi Peneliti Berdasarkan hasil temuan di tempat penelitian, diketahui bahwa
munculnya keluhan MSDs dikarenakan terdapat beberapa workshop yang tidak memiliki alat bantu kerja berupa meja kerja. Meja kerja yang biasa
digunakan untuk memudahkan dalam melakukan pengelasan dan dirancang sedemikian rupa dengan mempertimbangkan aspek ergonomis. Penggunaan
alat tersebut diharapkan dapat meningkatkan produkstivitas dan juga pekerja dapat melakukan pengelasan tanpa berada pada posisi yang tidak
ergonomis sehingga dapat menghindari ergonomi berupa musculosceletal disorders
. Akibatnya jika ada pekerja yang bekerja tanpa workshop maka mereka akan melakukan pengelasan secara bebas dan tanpa disadari telah
bekerja dengan posisi yang tidak standard dan berisiko. Beberapa pekerja juga menuturkan bahwa keluhan yang dirasa besar
kemungkinan disebabkan oleh posisi yang statis dan tidak standar seperti jongkok, membungkuk dan overhead saat melakukan pengelasan, terutama
ketika melakukan pengelasan panjangfull weld. Hal tersebut sesuai sebagaimana yang diungkapkan dalam James 2007, posisi statis ditandai
oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai dengan sikap tubuh dan tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statik dalam jangka lama
karena akan timbul rasa nyeri dan memaksa tenaga kerja untuk berhenti. Selain itu disebabkan juga oleh postur yang tidak sesuai seperti mengelas
dalam posisi jongkok, membungkuk dan pengelasan over head serta adanya aktifitas manual handling saat memindahkan bahan baku seperti besi baja
ke meja kerja. Hal yang sama dilaporkan oleh Europan communities 2008 bahwa
sekitar 40 dari MSDs bagian extrimitas atas merupakan akibat dari paparan pekerjaan, atau dengan kata lain lebih dari 500,000 orang di Eropa
telah menderita MSDs setiap tahunnya dan juga cidera musculoskeletal disorders
MSDs menyebabkan kehilangan waktu kerja terjadi sekitar 21 pada perusahaan manufacture Installation, maintenance, and repair
occupations dan sektor pelayanan jasa, terutama mayoritas yang menerima
pajanan ini adalah operator ataupun pekerja kasar dalam Susan Stock et al, 2005.
Adapun gambar dari meja kerja adalah sebagai berikut : Gambar 6.2.
Meja Kerja yang Digunakan di PT.Caterpillar Indonesia Tahun 2010
Sumber : Dokumentasi Peneliti
6.2.2. Risiko Pekerjaan