Masa Kerja Definisi Pengukuran

26 Sejalan dengan penelitian di atas, Moore 1998 telah melakukan penelitian terhadap 60 pekerja di perusahaan manufaktur dengan mengadakan senam selama 5-8 menit setiap harinya dalam dua bulan. Senam tersebut meliputi gerakan pada leher, bahu, tangan, pinggang, punggung dan kaki. Maka diperoleh hasil yang signifikan yaitu pekerja merasakan peningkatan fleksibilitas otot dan pengurangan rasa sakit pada otot.

f. Kekuatan Fisik

Seperti yang dilaporkan oleh NIOSH 2007 bahwa keluhan punggung yang tajam pada para pekerja yang menuntut pekerjaan otot diatas batas kekuatan otot maksimalnya. Dalam studinya, Chaffin 1991 mengemukakan bahwa pekerja yang memiliki kekuatan otot rendah beresiko tiga kali lipat lebih besar mengalami keluhan otot dibandingkan pekerja yang memiliki kekuatan otot yang tinggi. Namun sama halnya dengan kebiasaan merokok dan jenis kelamin, pendapat ini masih diperdebatkan.

g. Masa Kerja

Ohlssson et al 1989 melaporkan bahwa terjadinya peningkatan derajat keeratan OR antara nyeri pada leher dan bahu dengan masa kerja yang bergantung pada usia kerja. Derajat peningkatan keluhan MSDs semakin bertambah ketika masa kerja seseorang semakin lama. 27 Berdasarkan penilitian yang dilakukan Octarisya 2009, didapatkan bahwa sebesar 66,7 pekerja yang berumur lebih dari 15 tahun telah mengalami MSDs, diantaranya pada bagian bahu kanan dan kiri, leher dan punggung bawah.

h. Indeks Masa Tubuh

Indeks masa tubuh dapat digunakan sebagai indikator kondisi status gizi pekerja. Dihitung dengan rumus BB 2 TB berat badan 2 tinggi badan, adapun menurut WHO 2005 dikategorikan menjadi tiga yaitu kurus 18,5 normal 18,5-25 dan gemuk 25-30 serta obesitas 30. Kaitan IMT dengan MSDs adalah semakin gemuk seseorang makan bertambah besar risikonya untuk mengalami MSDs. Hal ini dikarenakan seseorang dengan kelebihan berat badan akan berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus, akan meyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nucleus pulposus Tan HC dan Horn SE. 1998. Kegemukan dan obesitas mengarah pada konsekuensi kesehatan yang serius. Risiko semakin meningkat seiring dengan meningkatnya BMI. Indeks massa tubuh merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kronis seperti musculoskeletal disorders terutama osteoarthritis. Penelitian Heliovaara 1987, yang dikutip NIOSH 1997 menyebutkan bahwa tinggi seseorang berpengaruh terhadap timbulnya herniated lumbar disc pada jenis 28 kelamin wanita dan pria, tapi pada berdasarkan IMT, hanya berpengaruh pada jenis kelamin pria. Selain itu IMT tidak berhubungan terhadap MSD karena pengukuran menggunakan Nordic hanya terkait pada tubuh bagian atas dan MSDs extrimtas atas. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Karuniasih 2009 terhadap 52 orang supir bus travel, 90,4 keluhan MSDs dialami oleh supir yang memiliki indeks masa tubuh 25 telah mengalami.

4. Faktor Psikososial

Aspek sosial yang tidak baik dapat mempengaruhi terhadap peningkatan insiden MSDs. Dapat juga disebabkan karena beban pekerjaan yang berlebihan over stress ataupun beban kerja yang terlampau ringan under stress. Contohnya pekerjaan yang sangat sedikit aktifitas fisiknya dan hanya menghabiskan waktu dengan banyak duduk, dapat meningkatkan prevalensi MSDs. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh European Agency for Safety and Health at Work 2003, adapun jenis pemicu dari faktor psikososial lainnya adalah permintaan pekerajaan yang berlebih, tugas yang kompleks, tekanan waktu, kontrol kerja yang rendah, kurang motivasi dan lingkungan sosial yang buruk. Gabungan psikososial tersebut dapat memiliki efek yang lebih serius jika dibandingkan dengan pajanan tunggal saja. Sedangkan fakta mengenai dampak kecemasan akan adanya re-organisasipergantian struktural kepengurusan memiliki risiko dua 29 kali lipat untuk menyebabkan munculnya MSDs. Berdasarkan hasil survey, hal tersebut biasanya sering dialami oleh laki-laki yang telah berumurtua Michael, 2001.

2.1.4. Pengendalian MSDs

Pengendalian pada umumnya terbagi menjadi tiga Cohen et al, 1997: 1. Mengurangi atau mengeliminasi kondisi yang berpotensi bahaya menggunakan pengendalian teknik. 2. Mengubah dalam praktek kerja dan kebijkan manajemen yang sering disebut pengendalian administratif. 3. Menggunakan alat pelindung diri. Agar tidak mengalami risiko MSDs pada saat melakukan pekerjaan, maka ada beberapa hal yang harus dihindari. Hal tersebut adalah : 1. Jangan memutar atau membungkukkan badan ke samping. 2. Jangan menggerakkan, mendorong atau menarik secara sembarangan, karena dapat meningkatkan risiko cidera. 3. Jangan ragu meminta tolong pada orang. 4. Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan barang. 5. Apabila barang yang hendak dipindahkan terlalu berat, jangan melanjutkan. 6. Lakukan senamperegangan otot sebelum bekerja. 30

2.1.5. Metode Penilaian Risiko MSDs

1. RULA Rapid Upper Limb Assessment

a. Definisi

RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas upper limb. Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki risiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas upper limb. Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tiga tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor risiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh McPhee’ dalam Santon 2005 sebagai faktor beban eksternal external load faktors yang meliputi : 1 Jumlah gerakan 2 Kerja otot statis 3 Gaya 4 Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan 5 Waktu kerja tanpa istirahat

b. Pengukuran

1 Tahap 1 Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang 31 membentuk dua kelompok atau grup yaitu grup A dan B. Grup A meliputi bagian lengan atas dan bawah, serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, punggung, dan kaki. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atau batasan postur oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh bagian atas dapat tercakup dalam penilaian. 2 Tahap 2 Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A dan B yang dapat mewakili tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan kombinasi postur bagian tubuh. Rekaman video yang dihasilkan dari postur Grup A yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A. Gambar 2.6. Proses Penilaian Rula Sumber : Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods . Santon et al, 2005 32 3 Tahap 3 Berdasarkan grand score dari gambar di atas, tindakan yang akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4 action level berikut : Tabel 2.1. Grand Score RULA Level Skor Action Level Low 1 – 2 Postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama. Medium 3 – 4 Penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan. High 5 – 6 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera. Very High 7 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin mendesak. Sumber : Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods . Santon et al, 2005

2. REBA Rapid Entire Body Assessment

Reba adalah metode yang dikembangkan oleh Sue Hignett dan Lynn McAtamney yang secara efektif digunakan untuk menilai postur tubuh pekerja. Selain itu metode REBA memperhitungkan beban yang ditangani dalam suatu sistem kerja, coupling dan aktivitas yang dilakukan. Metode ini relatif mudah digunakan karena untuk mengetahui nilai suatu anggota tubuh tidak diperlukan besar sudut yang spesifik, hanya berupa range sudut. Pada akhirnya nilai akhir dari REBA memberikan indikasi level resiko dari suatu pekerjaan dan tindakan yang harus dilakukandiambil Neville Stanton, 2004. 33 Terdapat empat tahapan proses perhitungan yang dilalui yaitu: Mengumpulkan data mengenai postur pekerja tiap kegiatan menggunakan video atau foto. a. Menentukan sudut pada postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh seperti : 1 badan trunk 2 leher neck 3 kaki leg 4 lengan bagian atas upper arm 5 lengan bagian bawah lower arm 6 pergelangan tangan hand wrist b. Menentukan berat beban, pegangan coupling dan aktivitas kerja. c. Menentukan nilai Reba untuk postur yang relevan dan menghitung skor akhir dari kegiatan tersebut.

3. Quick Expssure Checklist QEC

a. Definisi