rata-rata untuk mengalami keluhan MSDs 7 tahun. Selain itu, responden yang mengalami obesitas tidak merasakan keluhan dapat disebabkan karena
mereka melakukan olahraga di luar jam kerja seperti di akhir pekan. Hal ini didukung pula dari uji crosstab antara variabel IMT dengan kesegaran
jasmani, dimana pekerja yang mengalami obesitas dan memiliki kesegaran jasmani cukup, jumlahnya lebih banyak daripada pekerja yang memiliki
kesegaran jasmani kurang.
6.3.5. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs
Kebiasaan merokok terkait erat antara meningkatnya keluhan otot dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok akan
menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuannya untuk meng- konsumsi oksigen akan menurun. Selain itu, masuknya karbon monoksida
dari rokok ke dalam aliran darah akan mengikat sel darah pembawa oksigen lebih kuat sehingga transportasi oksigen terganggu. Hal ini membuat
pasokan oksigen ke otot berkurang yang mengakibatkan penumpukan asam laktat yang mengakibatkan nyeri pada otot NIOSH, 1997.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p sebesar 0,044 0,05, hal ini menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan
munculnya keluhan MSDs yang dialami oleh welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia. Melihat data di atas dapat diketahui bahwa
pekerja yang mengalami keluhan MSDs berat dan memiliki kebiasaan merokok ringan adalah sejumlah 1 orang 3,3, sedangkan pekerja yang
memiliki kebiasaan merokok sedang lebih banyak mengalami keluhan MSDs berat yaitu sebesar 4 orang 50.
Menurut The Surgeon General’s Advisory Group on Smoking and
Health dalam Bustan 2008, menyebutkan bahwa kausa haruslah ditemukan
lebih sering pada penderita dibanding dengan dengan yang tidak menderita, orang-orang yang terpapar harus lebih banyak ditemukan daripada yang
tidak terpapar dan insiden penyakit meningkat sesuai peningkatan lama dan tingginya dosis keterpaparan.
Berdasarkan hasil survey oleh Annuals of Rheumatic Diseases dalam Croasmun 2003, diperoleh hubungan antara perokok dengan munculnya
keluhan MSDs dan dilaporkan bahwa perokok memiliki risiko 50 lebih besar untuk merasakan MSDs.
Meningkatnya frekuensi merokok akan meningkatkan keluhan otot yang dirasakan. Meningkatnya keluhan otot
sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-
paru, sehingga kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan me- nurun. Bila orang tersebut dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut
pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah dan akhirnya efek rokok akan menciptakan respon rasa
sakit atau sebagai permulaan rasa sakit osteoporosis, undegenerasi tulang akibat dari penyerapan kalsium yang terganggu.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, perusahaan memberlakukan kebijakan mengenai larangan merokok di area sekitar perusahaan. Sangsi
bagi mereka yang melanggar larangan merokok tersebut berupa Putus Hubungan Kerja PHK. Larangan merokok tersebut ditujukan untuk
menghindari bahaya yang disebabkan oleh rokok tersebut seperti ledakkan, kebakaran ataupun bahaya kesehatan seperti jantung dan gangguan paru-
paru, sehingga bagi pekerja yang perokok akhirnya lebih memilih untuk merokok di luar area perusahaan. Hasil temuan lainnya, terdapat beberapa
pekerja yang merokok secara sembunyi-sembunyi di dalam pabrik. Padahal tindakan merokok secara sembunyi-sembunyi di dalam pabrik sangatlah
berisiko baik itu dari sisi keselamatan kerja maupun karir pekerjaannya di perusahaan. Melihat fakta tersebut, sehingga kemungkinan besar pekerja
untuk memiliki risiko keluhan MSDs yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok semakin besar.
Selain itu, dimungkinkan bagi mereka yang tidak merokok bukan berarti akan terhindar untuk mengalami keluhan MSDs. Hal ini dapat
disebabkan mereka telah terpapar asap rokok dari rekan kerja atau lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, bagi pekerja yang merokok
sebaiknya diberikan informasi mengenai besarnya dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok. Dan demi menjaga kesehatan para pekerjanya yang
merupakan salah satu aset utama, maka perusahaan seharusnya dapat menyelenggarakan pelatihan quit smoking ataupun pelatihan lainnya yang
bertujuan untuk mengurangi kebiasaan merokok sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas pekerjanya.
6.3.6. Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs