Latar Belakang Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan musculosletal disorders pada welder di bagian fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Musculoskeletal disorders MSDs adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon Grandjean, 1993. Musculoskeletal disorders termasuk dari pembengkakan dan dampak degenarif kondisi otot, tendon, ligament, sendi pembuluh perifer dan pembuluh darah. Bagian utama tubuh yang terlibat adalah punggung, leher, bahu, lengan bawah dan tangan extrimitas bagian atas, meskipun bagian extrimitas bawah perlu juga mendapatkan perhatian lebih. Kejadian MSDs terdapat pada banyak negara, yang berdampak pada pengeluaran biaya pengobatan dan juga penurunan kualitas hidup. Pada banyak negara, kejadian tersebut banyak terkait oleh penyakit akibat kerja. Di Amerika Serikat, Kanada, Finlandia, Swedia dan Inggris, MSDs telah banyak menyebabkan tingginya tingkat ketidak-hadiran bekerja. MSDs tentunya lebih banyak terjadi pada sektor industri. Risiko tinggi juga terjadi pada sektor fasilitas perawat, transportasi udara, pertambangan, proses pembuatan makanan, penyamakan kulit dan sektor pembuatanmanufaktur seperti alat berat, kendaraan, perabot, alat rumah tangga, elektronik, tekstil, pakaian, dan sepatu Susan Stock et.al. 2005. 2 Dalam Media Relations Officer ILO Jakarta, 2007 menyebutkan : Berdasarkan penelitian yang dilakukan ILO Organisasi Perburuhan Internasional, sekitar 2,2 juta jiwa per tahun di seluruh belahan dunia kehilangan nyawa akibat kecelakaan ataupun penyakit yang terkait dengan pekerjaan atau rata-rata setiap hari 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik. Akibat pekerjaan juga setiap tahun sebanyak 270 juta jiwa lainnya menderita luka parah dan 160 juta lainnya mengalami penyakit jangka panjang atau pendek. Pada faktanya, Europan communities 2008 telah memperkirakan sekitar 40 dari MSDs bagian extrimitas atas merupakan akibat dari paparan pekerjaan, atau dengan kata lain lebih dari 500,000 orang telah menderita MSDs setiap tahun. Berdasarkan hasil survey sebelumnya oleh lembaga de santé publique de Montréal pada tahun 2005 didapatkan data bahwa cidera musculoskeletal disorders MSDs menyebabkan kehilangan waktu kerja terjadi sekitar 21 pada perusahaan manufacture Installation, maintenance, and repair occupations dan sektor pelayanan jasa, mayoritas yang menerima pajanan ini adalah operator ataupun pekerja kasar dalam Susan Stock et al, 2005. Lain halnya dengan European Foundation for the Improvement of Living and Working yang melakukan survei pada 235 juta pekerja di 31 negara Eropa pada tahun 2007, memperoleh 25 mengalami nyeri punggung dan 23 nya nyeri otot, hal tersebut karena diakibatkan menderita MSDs. Di Negara Amerika Serikat sendiri yang merupakan negara maju dalam industri manufaktur telah mencatat bahwa WMSDs work related musculoskeletal disorders menjadi penyebab utama penyakit akibat kerja dan kehilangan 846.000 hari kerja setiap tahun dengan total biaya pengobatan yang dikeluarkan mencapai 20 milliar sampai 43 milliar National Academy of Sciences dalam Humantech, 2003. 3 Berdasarkan hasil survey Departemen Kesehatan RI dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5 penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan terhadap 482 pekerja di 12 kabupatenkota di Indonesia, umumnya berupa gangguan MSDs 16, kardiovaskuler 8, gangguan syaraf 6, gangguan pernafasan 3 dan gangguan THT 1.5 Depkes RI, 2005. Sedangkan hasil studi laboratorium Pusat Studi Kesehatan dan Ergonomi ITB pada tahun 2006-2007, diperoleh data bahwa sebanyak 40-80 pekerja melaporkan keluhan pada musculoskeletal sesudah bekerja dalam Mega Octarisya, 2009. Banyak studi mengenai faktor yang turut berkontribusi terhadap MSDs pada pekerjaan pengelasan, salah satunya disebabkan oleh posisi yang buruk jongkok, berlutut dan over head, berat alat yang tidak standar, posisi leher dan bahu statis dengan mendongak ke atas Humantech 2003. Fakta mengenai risiko yang ditimbulkan dari faktor pekerjaan, menurut Grandjen 1993 adalah sikap kerja yang tidak alamiah pada umumnya akan menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal. Sedangkan untuk faktor pekerja itu sendiri, berdasarkan penelitian dari Guo et al. dalam Bridger, 1995 dikatakan bahwa pada umur 35 tahun, merupakan episode pertama seseorang akan mengalami nyeri punggung, hal tersebut dapat dikarenakan pada usia di atas 35 tahun terjadi proses degenerasi dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berkurangnya stabilitas otot dan 4 sendi. Semakin bertambah usia seseorang, semakin tinggi risiko terjadinya penurunan elastisitas tulang. Dalam mengatasi masalah elastisitas persendian, Humantech 2003 menjelaskan bahwa seseorang yang tidak pernah melakukan senam ataupun olahraga secara rutin akan menyebabkan otot menjadi tidak fleksibelkehilangan elastisitasnya sehingga berakibat keluhan MSDs. Sedangkan peningkatan keluhan MSDs itu sendiri juga dipengaruhi oleh umur dan masa kerja, Ohlsson et al. 1989 melaporkan bahwa derajat keluhan MSDs meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya masa kerja. Berdasarkan hasil penelitian Juniani dkk, diketahui bahwa ketika melakukan aktifitas pengelasan dengan bebas, pekerja yang sering merasakan kaku pada bahu pada sebanyak 66, sebanyak 69 pekerja merasa sakit atau nyeri pada leher, 52 nafas pekerja merasa tertekan pada saat melakukan pengelasan dan 77 merasakan nyeri pada bagian punggung. Hasil penelitian Ansyari 2007 pada pekerja pembungkus dodol, menyimpulkan bahwa: 1 Dari fasilitas kerja yang tidak ergonomis tersebut banyak ditemui keluhan pada pekerja setelah selesai bekerja yaitu 100 pekerja merasakan keluhan sangat sakit pada bahu, leher, punggung, pinggang, bokong, lutut, betis, kaki, dan lengan. 100 tidak merasakan sakit pada siku dan lengan. 2 Setelah dilakukan fasilitas terjadi penurunan keluhan 70 pekerja merasakan keluhan agak sakit dan 30 nya merasakan sakit pada leher, bahu, lengan, punggung, pinggang, bokong, 80 pekerja merasakan keluhan agak sakit dan 20 sakit pada lengan, pergelangan tangan, paha, pantat, lutut, betis dan kaki. 3 5 Setelah dilakukan penerapan fasilitas kerja yang sesuai dengan antropometri pekerja terjadi peningkatan produktivitas sebesar 15 -22. Hasil penelitian Hendra dan Suwandi 2008, diketahui bahwa pekerjaan pemanenan kelapa sawit dan pemuatannya ke atas truk mempunyai skor REBA antara 8 –10 atau risiko tinggi yang memerlukan tindakan perbaikan segera. Keluhan MSDs terbanyak dialami pada bagian leher dan punggung bawah, yaitu masing-masing sebanyak 98 responden. Sedangkan keluhan paling sedikit adalah pada bagian pantatbokong. Varibel yang secara signifikan berhubungan dengan keluhan MSDs adalah jenis pekerjaan, umur, dan lama kerja. PT. Caterpillar Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan alat berat dengan terdiri dari proses fabrikasi dan perakitanassembling. Perakitan terdiri dari proses penyatuan komponen- komponen yang dibuat di PT. Caterpillar ataupun barang import. Sedangkan bagian Fabrikasi merupakan proses awal pembuatan komponen untuk unit hydraulic excavator HEX, Track Type Tracktor TTT serta Work Tool WTD. Komponen yang dibuat untuk unit jenis HEX adalah swing frame, base frame, boom, stick dan link as. Untuk unit jenis TTT yang dikerjakan di fabrikasi antara lain C-frame, blade, canopy sedangkan Work tool mengerjakan blade untuk jenis D10 dan D11, bucket tipe 992 serta tipe besar lainnya sesuai dengan pesanan yang diminta. Selain itu, work tool juga menyediakan peralatan untuk kegiatan kehutanan seperti grapples dan log forks. Bahan untuk pembuatan komponen tersebut berasal dari besi dengan kualitas tinggi, kemudian besi-besi tersebut dibentuk menjadi komponen-komponen dengan teknik pengelasan. Teknik 6 pengelasan yang ada terbagi menjadi dua jenis yaitu tack weld pengelasan titik dan full weld pengelasan panjang dengan posisi pengelasan yang berbeda-beda, sehingga hal tersebut menyumbangkan beberapa variasi bahaya termasuk risiko MSDs. Adapun jumlah pekerja di Fabrikasi yang melakukan proses pengelasan adalah sejumlah 75 orang. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di bulan Juni 2010 terhadap 10 pekerja bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map, diketahui bahwa seluruh pekerja merasakan keluhan MSDs setelah bekerja. Sebanyak dua orang 20 merasakan keluhan pada bagian pinggang, lengan kanan, betis kanan dan kiri serta leher bawah, sebanyak satu orang 10 merasakan keluhan nyeri dan pegal-pegal pada pinggang, lengan kanan, betis kanan dan kiri, sejumlah satu orang 10 merasakan keluhan pada pinggang dan lengan kanan, serta sebanyak empat orang 40 merasakan keluhan hanya pada pinggang saja. Selain itu belum ada penelitian yang dilakukan mengenai faktor-faktor yang terkait dengan keluhan MSDs di PT. Caterpillar Indonesia, maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitia n mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010”

1.2. Rumusan Masalah