Ruang Lingkup Penelitian Postur Kerja

10 2. Perusahaan dapat melakukan pertimbangankoreksiupdate terhadap potensi MSDs yang ada di lingkungan kerja.

1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Diperoleh ilmumetode baru dalam pengukuran risiko ergonomi pada pekerjaan. 2. Hasil penelitian dapat dijadikan gambaran agar keilmuan K3 yang akan diajarkan di kampus nantinya dapat lebih mendekati kondisi di lingkungan kerja. 3. Terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat dengan institusi lain.

1.5.3. Bagi Peneliti

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang akan meneliti terkait ergonomi. 2. Dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan terkait risiko ergonomi yang telah didapat di perkuliahan pada tempat kerja yang sesungguhnya. 3. Meningkatkan kemampuan penulis khususnya dalam proses identifikasi bahaya ergonomi di lingkungan kerja.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilaksanakan oleh mahasiswa Program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta karena ingin mengetahui gambaran keluhan MSDs dan faktor-faktor yang berhubungan berupa 11 faktor pekejaan dan faktor pekerja usia, Masa kerja, indeks masa tubuh, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani. Penelitian dilakukan pada bulan Juni- Desember 2010 di PT. Caterpillar Indonesia bagian Fabrikasi, JL. Raya Narogong KM.19, Cileungsi, Bogor 16820. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study . Populasi penelitian adalah seluruh pekerja laswelder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia dengan jumlah sampel sebanyak 75 responden. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung keluhan MSDs dengan nordic body map dan pengukuran risiko pada faktor pekerjaan dengan menggunakan lembar quick expossure check QEC serta data karakteristik pekerja dengan menggunakan kuesioner, timbangan berat badan dan microtoa. Data-data tersebut dianalisis secara univariat untuk memperoleh frekuensi jumlah dan persentase, sedangkan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan independen dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi square dan uji Kruskall wallis. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Musculoskelatal Disorders MSDs

MSDs adalah cidera atau penyakit pada sistem syaraf atau jaringan seperti otot, tendon, ligament, tulang sendi, tulang rawan atapun pembuluh darah. Rasa sakit yang akibat MSDs dapat digambarkan seperti kaku, tidak fleksibel, panasterbakar, kesemutan, mati rasa, dingin dan rasa tidak nyaman. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang dari mulai keluhan ringan hingga keluhan yang terasa sangat sakit. Apabila otot statis menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Hal inilah yang menyebabkan rasa sakit, keluhan ini disebut keluhan musculoskeletal disorders MSDs atau cedera pada sistem Musculoskeletal Humantech, 2003. MSDs dapat dilihat dengan menganalogikan pada sebuah ember. Trauma kecil yang diterima dari pekerjaan oleh tubuh “Trauma Bucket”. Kebetulan, tubuh dapat menyembuhkan MSDs dengan sendirinya akan tetapi dibutuhkan waktu tertentu, sehingga kemampuan tubuh untuk menyembuhkan sendiri diibaratkan seperti “Valve Healing”. Akan tetapi jika terlalu banyak dan sering trauma yang didapatkan oleh tubuh manusia dengan kemampuannya yang terbatas, justru akan memicu MSDs. Adapun gambar tersebut dapat dilihat berikut ini : 13 Gambar 2.1. The Trauma Bucket Theory Sumber : Applied Ergonomics Training Manual , Humantech 2003 Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Menurut Katharine et al. [2005], Cummulative Trauma Disorders CTD atau biasa juga disebut MSDs adalah nyeri muskuloskeletal yang tetap dan selalu muncul akibat trauma setelah 6 enam minggu dengan tingkat keluhan ‘mild’, ‘moderate’ and ‘severe discomfort’. Standar ergonomi OSHA mengatakan bahwa “work-related muskuloskeletal disorder ” termasuk CTD disebabkan atau diperberat oleh faktor risiko yang ada di tempat kerja, termasuk tanda atau gejala yang menetap setidaknya selama 7 hari, atau secara klinis didiagnosis work-related muskuloskeletal disorder .

2.1.1. Jenis-Jenis MSDs

Secara garis besar keluhan otot dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Keluhan sementara reversible, yaitu keluhan otot yang terjadi saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan di hentikan. 14 2. Keluhan menetap persistent, yaitu keluhan otot yang bersifat menetap, walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot terus berlanjut. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang terlalu berlebihan akibat pembebanan kerja yang terlalu panjang dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot berkisar antara 15- 20 dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20 maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot Suma’mur,1996. Adapun tiga jenis utama dari MDS tipe extrimitas atas adalah : 1. Tendon disorders Tendinitis, Tenosynovitis, DeQuervain’s disease, Ganglion Cyst, Epicondylitis 2. Nerve disorders Neuro vascular disorders carpal tunnel syndrome, cubital tunnel syndrome, thoracic outlet syndrome, H-A Vibration 3. Back disorders

2.1.2. Gejala MSDs

Menuru t Suma’mur 1996, gejala-gejala MSDs yang biasa dirasakan oleh seseorang adalah: 1. Leher dan punggung terasa kaku. 2. Bahu terasa nyeri, kaku ataupun kehilangan fleksibelitas. 15 3. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk. 4. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak dan kaku. 5. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau nyeri disertai bengkak. 6. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat. 7. Jari menjadi kehilangan mobilitasnya, kaku dan kehilangan kekuatan serta kehilangan kepekaan. 8. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku ataupun sensasi rasa panas. Untuk memperoleh gambaran gejala MSDs dapat menggunakan Nordic Body Map NBM dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman sedikit sakit, sakit hingga sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh NBM maka dapat diestimasi tingkat dan jenis keluhan otot skelektal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana, namun kurang teliti karena mengandung nilai subjektifitas yang tinggi Kuorinka et al, 1997. Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomi. Berntuk lain dari checklist ergonomi adalah checklist International Labour Organizatation ILO. Namun kuesioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja, dan kuesioner ini paling sering digunakan karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9 bagian utama, yaitu leher, bahu, punggung bagian atas, siku, punggung bagian bawah, pergelangan tangantangan, 16 pinggangpantat, lutut dan tumitkaki Kroemer, 2001. Adapun gambarnya sebagai berikut: Gambar 2.2. Nordic Body Map Sumber : Ketut Tirtayasa, et al. 2003 .

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Keluhan MSDs

Hubungan sebab akibat faktor penyebab timbulnya MSDs sulit untuk dijelaskan secara pasti. Namun ada beberapa faktor risiko tertentu yang selalu ada dan berhubungan atau turut berperan dalam menimbulkan MSDs. Faktor-faktor risiko tersebut bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu pekerjaan, lingkungan dan manusia atau pekerja Pheasant, 1991; Oborne, 1995 dan ditambah lagi dengan faktor psikososial Susan Stock, et al, 2005. 17

1. Faktor Pekerjaan

a. Postur Kerja

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya karena ketidaksesuaian pekerjaan dengan kemampuan pekerja Grandjen, 1993. Berdasarkan hasil penilitian Hendra dan Raharjo 2008, diperoleh bahwa skor risiko REBA pada pekerjaan pemuatan kelapa sawit ke dalam truk sebesar 8-10high risk, dan 83,7 dari 117 pekerja merasakan keluhan MSDs pada leher dan punggung bawah. Adapun postur-postur janggal adalah sebagai berikut : Gambar 2.3. Postur Tubuh Janggal Sumber : WMSDs Guide and Tools for Modified Work, Susan Stock 2005

b. Frekuensi