33 e.  Hubungan dengan Sesama Profesi
Hubungan  dengan  sesama  profesi  adalah  menggunakan  ikatan  profesi sebagai  acuan,  termasuk  di  dalamnya  organisasi  formal  dan  kelompok
kolega  informal  sebagai  ide  utama  dalam  pekerjaan.  Melalui  ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional.
Dari  definisi  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  profesionalisme merupakan syarat seseorang untuk bekerja sebagai akuntan publik karena
dapat mengurangi kesalahan dalam mengaudit.
3.  Standar Profesionalisme Akuntan Publik
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI, 2009:16 standar auditing  merupakan  paduan  umum  bagi  auditor  dalam  memenuhi
tanggunhg jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan historis guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka
auditor  dalam  melaksanakan  tugas  auditnya  harus  berpedoman  dengan standar  audit  yang  ditetapkan  oleh  Institut  Akuntan  Publik  Indonesia
IAPI,  yaitu  standar  umum,  standar  pekerja  lapangan,  dan  standar pelaporan. Seperti telah diatur dalam SPAP yang dikeluarkan oleh Institut
Akuntan  Publik  Indonesia  IAPI,  yaitu  standar  umum  seksi  210  yang terdapat pada paragraph 03, sebagai berikut:
a.  Standar umum audit paragraph 03, berbunyi: Dalam  pelaksanaan  audit  dan  penyusunan  laporannya,  auditor
wajib  menggunakan  kemahiran  profesional  dengan  cermat  dan seksama”.
34 Standar  umum  yang  ketiga  ini  berhubungan  dengan  penggunaan
kemahiran  profesional  secara  cermat  dan  seksama  dalam  semua  aspek audit.  Secara  sederhana,  ini  berarti  auditor  wajib  melaksanakan  tugas-
tugasnya  dengan  kesungguhan  dan  kecermatan,  atau  kepedulian profesional.  Sebagai  seorang  profesional,  auditor  harus  menghindari
kelalaian  dan  ketidak  jujuran  walaupun  tidak  dapat  diharapkan  bertindak sempurna dalam situasi.
b.  Standar pekerjaan lapangan, terdiri dari: 1  Pekerjaan  harus  direncanakan  dengan  sebaik-baiknya  dan  jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2  Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan,  pengajuan  pertanyan,  dan  komfirmasi  sebagai  dasar memadai untuk  menyatakan pendapat atas laporan keuangan  yang
diaudit. 3  Pemahaman  memadai  atas  pengendalian  intern  harus  diperoleh,
harus  merencanakan audit dan  menentukan  sifat, saat dan  lingkup pengujian yang akan dilakukan.
Standar  ini  menjelaskan  mengenai  cara-cara  yang  harus dilakukan  oleh  auditor  dalam  mengumpulkan  bahan  bukti  yang
cukup  dan  kompeten  untuk  mendukung  pendapat  yang  harus diberikan  auditor  terhadap  kewajaran  laporan  keuangan  yang  di
auditnya.