Unsur-Unsur Pengendalian Internal Pengaruh independensi, keahlian profesional pengalaman kerja dan program pelatihan terhadap kualitas pengendalian intern (studi kasus pada Direktorat Jendral hak kekayaan Intelektual kementrian hukum dan hak asasi manuaia

56 pemprosesan data, serta di integrasikan dalam komponen-komponen pengendalian lainnya. d. Informasi dan Komunikasi Information and Communication Untuk berfungsi secara efisien dan efektif, organisasi memerlukan informasi relevan yang disediakan bagi orang dan pada saat yang tepat. Selain itu informasi harus pula andal dalam akurasi dan kelengkapannya. Sistem informasi yang relevan dengan tujan pelaporan keuangan, yang mencakup sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibagun untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan dan untuk menyelenggarakan akuntanbilitas terhadap aktiva, utang, ekuitas yang bersangkutan. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelapoan keuangan. Komunikasi dapat diambil dalam berbagi bentuk seperti panduan kebijakan, akuntans, dan panduan pelaporan keuangan serta momerandum. Komunikasi dapat juga dilakukan secara lisan dan melalui tindakan manajemen. Saluran komunikasi yang terbuka adalah esensial bagi pemfungsian sistem informasi akuntansi. e. Pemantauan monitoring Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Penilaian efektifitas pengendalian intern secara 57 terus menerus atau periodic oleh manajemen, untuk melihat apakah telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah diperbaiki sesuai dengan keadaan. Tujuan monitoring adalah untuk menentukan apakah pengendalian masih berjalan sesua dengan tujuan yang ingin dicapai atau perlu adanya perbaikan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling berkaitan. Komponen- komponen tersebut diturunkan dari cara manajemen menjalankan usaha, dan terintegrasi dalam proses manajemen.

4. Keterbatasan Pengendalian Internal

Pengendalian internal yang memadai tidak selalu menjamin sepenuhnya bahwa tujuan perusahaa dapat tercapai karena pengendalian internal memiliki keterbatasan yang melemahkan pengendalian internal tersebut. Keterbatasan pengendalian intern menurut Mulyadi 2009:181, adalah kesalahan dalam pertimbangan, ganguan, kolusi, pengabdian oleh manajemen dan biaya lawan manfaat: a. Kesalahan dalam pertimbangan Seringkali manajemen dan personil lainya salah dalam pertimbangan dan keputusan bisnis yang diamil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi keterbatasan waktu atau tekanan lain 58 b. Gangguan Gangguan dalam pengendalian yang ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membat kealahan karena kelalaian, ketidak adanya perhatian atau kelelahan. Perubahan yang bersifa sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem prosedur dapat pula mengakibatkan kelalaian. c. Kolusi Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan hubungan pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan terungkapnya ketidak beresan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh struktur pengendalian yang dirancang. d. Pengabdian oleh manajemen Manajemen dapat mengabdikan kebijakkan dan prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah, seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepathan semu. e. Biaya lawan manfaat Biaya yang perlu untuk mengoprasikan struktur pengendalian intern tidak boleh melebuhi manfaat yang iharapkan dari pengndalian intern tesebut, karena pengaturan secara tepat baik biaya maupun manfaat biaya mungkin dilakukan. Manajemen harus memperkirakan dan 59 mempertimbangkan secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengevaluasikan iaya dan manfaat suatu struktur pengendalian intern. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bawa dengan keterbatasan pengendalian intern adalah hal-hal yang menjadi sebab tidak tercapainya pengendalian intern, seperti yang direncanakan. Jadi, penerapan pengendalian intern bukan dimaksudkan untuk menghilangkan semua kemungkinan yang akan terjadinya hal-hal tersebut seminimal mungkin dan kalaupun terjadi kesalahan atau penyelewengan dapat segera diatasi.

H. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis

1. Hubungan Independensi dengan Kualitas Pengendalian Intern

Dalam Kode Etik akuntan tahun 2008 disebutkan bahwa Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Menurut Abdul, Halim 2009:21 ada dua aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut. 1 Independence in fact independensi senyatanya yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang 60 tinggi. 2 Independence in appearance independensi dalam penampilan yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. Lenny Krisnawati 2007 meneliti bahwa pengaruh independensi dan keahlian profesional internal auditor terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung. Dari Penelitian tersebut didapat bahwa Independensi dan keahlian profesional internal auditor, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di kabupaten Bandung. Uji Panca Mahendrawati 2007 meneliti pengaruh independensi dan keahlian profesional internal auditor terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung dan Kota Dempasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi dan keahlian profesional internal auditor berpengaruh positif terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung dan Kota Dempasar. Auditor internal harus memiliki sifat profesional yang utama yaitu indepedensi. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, untuk menyuarakan suatu kebebasan, tidak berat sebelah, pendapat yang tidak dibatasi, dan untuk melaporkan masalah-masalah seperti apa adanya daripada memenuhi apa yang diinginkan beberapa eksekitif. Para auditor internal haruslah tidak