Pengaruh independensi, keahlian profesional pengalaman kerja dan program pelatihan terhadap kualitas pengendalian intern (studi kasus pada Direktorat Jendral hak kekayaan Intelektual kementrian hukum dan hak asasi manuaia)

(1)

PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL, PENGALAMAN KERJA dan PROGRAM PELATIHAN TERHADAP

KUALITAS PENGENDALIAN INTERN

(Studi Kasus Pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Di susun oleh:

RIKHI DEWI RACHMAWATI NIM: 205082000275

PROGRAM STUDI AKUNTANSI/ AUDITING FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL, PENGALAMAN KERJA dan PROGRAM PELATIHAN TERHADAP

KUALITAS PENGENDALIAN INTERN

(Studi Kasus Pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia)

Di susun oleh:

RIKHI DEWI RACHMAWATI NIM: 205082000275

PROGRAM STUDI AKUNTANSI/ AUDITING FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Rikhi Dewi Rachmawati Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 02 September 1987

Alamat : Jl. Mawar Raya Rt03/07 No. 54, Pisangan, Ciputat

No. Telpon : 08787121372972

E-mail : rikhie_dewi@yahoo.co.id

PENDIDIKAN

TK Tunas Harapan Tahun 1992-1993 SDN X Ciputat Tahun 1993-1999 SMP 85 Pondok Labu Jakarta Selatan Tahun 1999-2002 SMA Sumbangsih Ampera Ps. Minggu Tahun 2002-2005 S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2005

LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah : Drs. H. M. Musta’in. S Pekerjaan : PNS

Ibu : Dra. Hj. Ch. Suhartini Pekerjaan : PNS

Kakak : H. Faried Amrullah. SE Pekerjaan : PNS

Adik : Desy Sayidah Arofah Pekerjaan : Mahasiswi UIN Psikologi


(7)

vi ABSTRACT

This research has the goal to mengalisis whether variables simultaneously independency, professional expertise, work experience, training programs have a significant effect on the quality of internal control, to analyze whether the partial variable independency, professional expertise, work experience, training programs have a significant effect on the quality of internal control. This study uses multiple regression analysis. Data used in this study using primary data obtained from respondents' answers are transmitted to the Office of Intellectual Property Rights. The results of this study indicate that there are significant variables simultaneously at Independence, Professional Expertise, and Training Program on the Quality of Internal Control Internal Control. The results of this study also show variable Independence, Professional Expertise, and Internal Audit Training Program has a significant partial on the Quality of Internal Control, while the variable work experience have no effect partially on the quality of internal control. In this study, the analysis found the most dominant variable is the independency. Results of determination coefficient of 0,655, this means the ability of the independent variables explain the dependent variable at 65,5%, while the remaining 34,5% are influenced by other variables and not included in

this regression analysis.

Keywords: independency, professional expertise, work experience, courses pelatihan quality of internal control


(8)

vii ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengalisis apakah secara simultan variabel indepedensi, keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengendalian intern, untuk menganalisis apakah secara parsial variabel indepedensi, keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengendalian intern. Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari jawaban responden yang disebarkan pada Kantor Hak Kekayaan Intelektual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel Independensi, Keahlian Profesional, dan Program Pelatihan terhadap Kualitas Pengendalian Interen. Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel Independensi, Keahlian Profesional, dan Program Pelatihan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Kualitas Pengendalian Intern , sedangkan variabel pengalaman kerja tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap kualitas pengendalian intern. Pada penelitian ini ditemukan hasil analisa variabel yang paling dominan adalah Indepedensi. Hasil koefisien determinasi sebesar 0,655, hal ini berarti kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen sebesar 65,5%, sedangkan sisanya 34,5% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini.

Kata kunci: indepedensi, keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan kualitas pengendalian internal


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT. Teriring shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh indepedensi, keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan terhadap Kualitas Pengendalian Internal”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukan semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, Untuk Ayahku tercinta, dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan masukan, motivasi, sandaran dari setiap permasalahan yang timbul, doa, ridhonya serta kasih sayangnya sehingga penulis mendapatkan semangat lebih untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas segala bimbingan, asuhan, kasih sayangnya serta pengorbanannya dalam hidup penulis selama ini, semoga ilmu yang didapat penulis selama ini dapat memberikan kontribusi yang besar nantinya untuk menjaga, membanggakan, mencukupi dan membuat bangga. amin.

2. Untuk kakak dan adik ku trutama kak Faried dan Desi yang selama ini telah banyak membantu baik berupa materi maupun semangat. Terima kasih atas semua doa yang telah diberikan kepadaku.


(10)

ix

3. Untuk Hendrik kandaku terima kasih yang tak terhingga atas segala doa, materi dan support yang tak henti-henti dan terimakasih atas kesabarannya yang telah lama menunggu. Semoga ini adalah penantian tidak sia-sia.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Prof. Dr., Amilin. SE. Ak, M. Si selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan dari setiap permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi.

6. Ibu Rahmawati SE, MM selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan dari setiap permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.

8. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Mbak Ani, Mas Ajis, Mas Alfred, Mas Heri, dan Mpok).

9. Teman- teman akuntansi A dan B, Thanks ya bantuannya dalam penyusunan skripsi ini, teman seperjuanganku “ Kokom, Leti, Wijdi terima kasih atas silahturahmi yang telah terjalin selama ini. Waktu yang telah kita lewati bersama akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan. Tetap semangat untuk kalian.

10. Para responden yang telah bersedia membantu peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan.

11. Pihak-pihak lain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh penulis.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa apa yang terdapat dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juni 2011


(11)

x DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iv

ABSTRACT... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Auditing... 9

B. Independensi ... 19

C. Keahlian... 26

D. Profesionalisme... 29

E. Pengalaman Kerja... 36

F. Program Pelatihan... 40

G. Pengendalian Intern... 46

H. Keterkaitan Antara Variabel... 59

I. Hasil Penelitian Terdahulu... 62

j. Kerangka Pemikiran... 64

K. Hipotesis... 65

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 66


(12)

xi

B. Metode Penentuan Sampel ... 66

C. Metode Pengumpulan Data... 67

D. Metode Analisis Data... 68

E. Operasional Variabel Penelitian... 74

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitan ... 84

B. Hasil Uji Kualitas Data... 89

C. Analisis dan Pembahasan ... 93

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan... 105

B. Implikasi...106

C. Keterbatasan... 106

D. Saran... 106

DAFTAR PUSTAKA... 108


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Tabel check list ... 41

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 66

3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 81

4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 87

4.2 Data Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir ... 87

4.3 Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 88

4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi ... 90

4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian Profesional ... 90

4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Kerja ... 91

4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Program Pelatihan... 91 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pengendalian Intern ……….. 92

4.9 Hasil Uji Reliabilitas………... 92

4.10 Hasil UjiMultikolonieritas ... 94

4.11 Hasil Uji Regresi Linear berganda... 97

4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ……… 99 4.13

4.14

Hasil Uji Secara Simultan (Uji Statistik F) ……… Hasil Uji Secara Individual (Uji Statistik t) ...

100 101


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 4.1

Model Kerangka Pemikiran ... Grafik Scatterplot ...

65 94 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram ... 95 4.3 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 96


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman 1

2

Surat Ijin Perusahaan... 110 Struktur Bagan Organisasi... 111 3

4

Daftar Kuesioner Penelitian... 117 Hasil Tabulasi... 122 5 Hasil Uji Data SPSS………. 127


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis saat ini, bergerak secara dinamis dan terus menerus, dimana hal ini tentunya dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha pun dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam menghadapi persaingan tersebut. Oleh karena itu, dituntut adanya pengawasan (control) agar tidak terjadi penyimpangan kecurangan (fraud) dalam setiap kegiatan usaha. Salah satu bentuk kebijakan yang sering ditempuh oleh pihak perusahaan dalam kaitannya dengan pengawasan (control) adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga yaitu akuntan publik. Laporan keuangan biasanya digunakan untuk mengetahui hasil usaha dan posisi keuangan perusahaan, selain itu juga dapat digunakan sebagai salah satu alat pertanggungjawaban pengelolaan manajemen perusahaan kepada pemilik.

Dalam perkembangannya, informasi yang diberikan oleh akuntan publik tidak hanya berguna bagi perusahaan itu saja, akan tetapi pihak-pihak luar perusahaan pun juga memerlukan informasi mengenai perusahaan, dimana hal ini dimaksudkan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penanaman modal (investasi) atau yang berhubungan dengan perusahaan. Dengan adanya laporan keuangan atau informasi keuangan yang diberikan oleh


(17)

2 akuntan publik maka kredibilitas suatu perusahaan dapat terjaga dengan baik, sehingga perusahaan mempunyai rasa kepercayaan yang tinggi untuk tetap bekerja sama, serta untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Selanjutnya karena begitu pentingnya arti laporan keuangan yang diberikan oleh auditor terhadap suatu perusahaan, maka akuntan publik dalam melaksanakan setiap pemeriksaan akuntan, dituntut agar memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan lainnya, dimana hal ini dimaksudkan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan untuk klien.

Pada faktanya tidak menutup kemunginan klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri.

Kasus yang telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun lalu. Mulai dari kasus enron di Amerika yang manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan


(18)

3 agar saham tetap diminati investor. Manipulasi tersebut dilakukan atas kerja sama dengan KAP Arthur Anderson sehingga sudah melanggar kode etik auditor yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya bukan untuk dilanggar (Uwi, 2009:1). Laporan keuangan Enron sebelumnya dinyatakan wajar tanpa pengecualian oleh kantor akuntan Arthur Anderson, salah satu kantor akuntan publik (KAP) dalam jajaran big four, namun secara mengejutkan pada 2 Desember 2001 dinyatakan pailit. Kepailitan tersebut salah satunya karena Arthur Anderson memberikan dua jasa sekaligus, yaitu sebagai auditor dan konsultan bisnis (Trisnaningsih, 2009:3). Sampai kasus PT. Telkom di Indonesia membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan. Kasus PT. Telkom tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC (pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat) dimana SEC tentu memiliki alasan khusus mengapa mereka tidak mengakui keberadaan Eddy Pianto. Peristiwa ini mengharuskan dilakukannya audit ulang terhadap PT. Telkom oleh KAP yang lain. Kasus keterlibatan 10 KAP yang melakukan audit terhadap Bank Beku Operasi (BBO) dan bank beku kegiatan usaha, dalam kasus ini melibatkan KAP papan atas. Kurangnya independensi auditor dan maraknya manipulasi akuntansi korporat membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan mempertanyakan eksistensi akuntansi publik sebagai pihak independensi (Oky, 2008:1).

Selain sikap independen yang harus dimiliki oleh setiap akuntan publik, auditor atau akuntan publik pun dituntut untuk bersikap profesional serta menjunjung tinggi kode etik profesi. Lebih lanjut seorang auditor harus terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya


(19)

4 dengan mempelajari, memahami, dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan. Hal ini sesuai dengan apa yang telah diatur dalam Standar Auditing Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dimana akuntan dituntut untuk dapat menjalankan setiap standar yang ditetapkan oleh IAPI tersebut. Adapun standar-standar yang ditetapkan dalam SPAP adalah meliputi: standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntan dan review, standar jasa konsultasi, standar pengendalian mutu.

Merujuk pada salah satu point IAPI didalam SPAP diatas, terdapat standar umum yang mengatur tentang keahlian auditor yang independen. Lebih jelas, standar umum ini diatur dalam paragraph 03-05 SA seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian Auditor Independen, yang secara tegas menyebutkan: “Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan yang cukup sebagai auditor” (IAPI, 2009: 11).

Dapatlah disimpulkan bahwa, keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki oleh seorang auditor. Dengan keahlian yang dimilikinya memungkinkan tugas-tugas pemeriksaan yang dijalankan dapat diselesaikan secara baik dengan hasil yang maksimal. Keahlian yang dimiliki auditor yang diperoleh dari pendidikan formal dan non formal harus terus-menerus ditingkatkan, dimana salah satu sumber peningkatan keahlian auditor dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang audit dan akuntansi. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti: pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan, pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang


(20)

5 berkaitan dengan pengembangan keahlian auditor. Semakin banyak pengalaman maka semakin ahli seseorang dan akan semakin profesional mereka dalam menyelesaikan tugasnya.

Salah satu faktor yang mendukung terciptanya kualitas pengawas intern yang berimplikasi pada pengendalian intern menurut Munandar dan Ashar (2009:85) adalah program pelatihan bagi setiap akuntan publik atau auditor. Dimana pelatihan disini didefinisikan sebagai, suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja nonmanejerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu. Pelatihan yang sering dilakukan adalah pelatihan gaya seminar atau lokakarya yang biasanya diselenggarakan oleh pihak lain dan karyawan organisasi diutus sebagai peserta untuk mengikutinya. Melalui seminar, simposium atau lokakarya ini, banyak peserta bisa memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keahlian dari peserta lain dan dari organisasi lainya.

Selanjutnya dalam korelasinya dengan Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual atau yang lebih dikenal dengan Ditjen HKI maka, auditor intern ini dilaksanakan oleh pengawas intern. Salah satu masalah yang dihadapi oleh Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) mengenai merangkapnya tugas pengawas intern, selain itu juga pengawas intern adalah seseorang yang memiliki kedekatan atau memiliki hubungan yang erat dengan pimpinan HKI, dan permasalahan yang terakhir adalah ketidakkompetenan


(21)

6 seorang pengawas intern pada di Ditjen HKI, atas dasar inilah kualitas pengendalian intern pada Ditjen HKI dipertanyakan oleh banyak pihak.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merumuskan judul penelitian sebagai berikut “Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, Pengalaman Kerja dan Program Pelatihan Terhadap Kualitas Pengendalian Intern Pada Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI)”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Ratnadi Dwi dan Yadnyana (2009), adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menambahkan variabel program pelatihan sebagai variabel independensi. Program pelatihan merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan auditor dalam melaksanakan penugasannya dan pengaruhnya terhadap kualitas output, karena itu penelitian ini menambahkan satu variabel tersebut karena diduga berpengaruh terhadap kualitas pengendalian intern.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah secara simultan variabel independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengendalian intern?

2. Apakah secara parsial variabel independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengendalian intern?


(22)

7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menemukan bukti empiris bahwa variabel independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh secara simultan terhadap kualitas pengendalian intern.

b. Untuk menemukan bukti empiris bahwa variabel independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh parsial terhadap kualitas pengendalian intern.

2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang memadai mengenai hal-hal yang berpengaruh signifikan dalam kualitas output pada struktur pengendalian audit intern yang berkaitan dengan keahlian profesional, pengalaman kerja, program pelatihan. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan khususnya dalam mengambil kebijakan perusahaan.

b. Bagi Pengembangan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa-mahasiswi untuk digunakan sebagai sumber dalam melakukan penelitian di masa mendatang.


(23)

8 c. Bagi Pihak Lainnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori auditing dengan memberikan gambaran bukti empiris pada literatur auditing, khususnya mengenai pengaruh keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan pengawasan intern terhadap pengendalian audit intern.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan wawasan teoritis khususnya terkait masalah pengambilan keputusan pengendalian intern untuk meningkatkan manajemen audit perusahaan sehingga peneliti dapat menerapkan ilmu ekonomi dalam bidang Auditing yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.


(24)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Auditing

1. Pengertian Auditing

Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian audit yang dikemukakan beberapa ahli, diantaranya:

Menurut Accounting Review (vol.48) dalam Boynton (2009:5), auditing adalah:

Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Menurut Arens, Alvin et.al (2010:4), auditing adalah:

“The accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report an the dgree of correspondence betwee the information and estabilished criteria. Auditng should be done by a competent, independent person”.

Sedangkan menurut Rahayu, Ely et.al (2010:1), auditing adalah: ”Proses pengumpulan dan penilaian bukti atau pengevaluasian bukti secara objekif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan aau peristiwa ekonomi dengan kritera yang ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditng haris dilakukan oleh orag yang berkompeten dan independen.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan dari definisi audit yang menjadi substansi dari beberapa pengertian tersebut diatas yakni:


(25)

10 Audit merupakan suatu proses sistematis, dimana dibutuhkan bukti yang cukup kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi secara obyektif selama menjalankan tugasnya sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Serta dilakukan oleh pihak yang independen dan kompeten.

Kriteria yang dijadikan pedoman sebagai dasar untuk menyatakan pendapat audit berupa peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif, anggaran yang ditetapkan oleh manajemen, dan prinsip akuntansi berlaku umum (SAK). Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam mengkomunikasikan hasil pekerjaannya terhadap laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.

2. Tujuan audit

Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:94), tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Sedangkan menurut Arens, Alvin et.al (2010:200) tujuannya adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai dengan Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP). Untuk mencapai tujuan tersebut, hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah mengidentifikasi sejumlah


(26)

11 tujuan audit yang spesifik bagi setiap akun yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Tujuan yang spesifik ini diambil dari asersi yang dibuat oleh manajemen dan dimuat dalam laporan keuangan.

Asersi manajemen (management assertion) adalah representasi yang diberikan atau disampaikan oleh manajemen tentang kelas-kelas transaksi dan akun-akun yang terkait dengannya dalam laporan keuangan. Asersi manajemen secara langsung berkaitan dengan Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP), sehingga auditor harus memahami asersi-asersi manajemen agar audit dapat dilaksanakan dengan memadai.

Menurut Arens, Alvin et.al (2010:216) asersi tersebut diklasifikasikan kedalam lima kategori utama, yaitu: keberadaan atau keterjadian (existence or occurance), kelengkapan (completeness), penilaian dan alokasi (valuation and allocation), hak dan kewajiban (right and obligation), penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan audit adalah menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material serta untuk menerbitkan laporan audit yang tepat sesuai dengan Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Asersi yang telah disebutkan diatas merupakan bagian dari kriteria yang dipergunakan untuk manajemen dalam mencatat serta mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.


(27)

12 3. Jenis Audit

Menurut Arens, Alvin et.al (2010:10), akuntan publik melaksanakan tiga tipe audit utama yang menunjukkan karakteristik kunci dalam definisi audit. Jenis-jenis audit tersebut ialah: audit laporan keuangan, audit kepatuhan, audit operasional.

a. Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukkan seluruh laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah pernyataan standar akuntansi keuangan, walaupun hal yang umum untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan dibuat dengan metode kas atau metode akuntasi lainya yang cocok bagi organisasi tersebut.

Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:5), hasil akhir audit dalam bentuk opini auditor yang dihasilkan oleh akuntan publik sebagai auditor independen. Adapn pengguna laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntan independent tersbut biasanya untuk pihak ekstern perusahaan, seperti analisis keuangan, kreditor, supplier, investor, dan pemerintah. b. Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah klien (auditee) telah mengikuti prosedur, tata cara, serta peraturan yang dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi. Audit kepatuhan pada perusahaan pribadi didalamnya dapat mencakup penentuan apakah staf akuntasi telah mematuhi peraturan-peratran yang disusun oleh pengawas (controller)


(28)

13 perusahaan, meninjau tingkat upah apakah telah memenuh aturan upah minumum, atau menguji kontrak perjanjian dengan pihak bank serta pihak kreditur lainya. Sedangkan dalam mengaudit unit organisasi pemerintahan, seperti sekolah negeri didaerah, terdapat suatu lingkup audit kepatuhan yang cukup luas akibat adanya aturan-aturan ekstensif dari otorisasi pemerintah yang lebih tinggi.

Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:13), Hasil audit kepatuhan berupa pernyataan temuan atau tingkat kepatuhan. Hasil audit kepatuhan dilaporkan kepada pemberi tugas yaitu pimpinan organisasi, karena pimpinan organisasi yang paling berkempentingan atas dipatuhinya prosedur danperaturan yang telah ditetapkan. Sehingga auditor yang dipekerjakan untuk melakukan tugas itu adalah auditor intern, auditor pemerintah, dan akuntan publik.

c. Audit Operasional

Audit operasional adalah tinjauan atas bagian tertentu dari prosedur serta metode operasional organisasi tertentu yang bertujuan mengevaluasi efisiensi serta efektivitas prosedur serta metode tersebut. Pada saat suatu audit operasional selesai dilaksanakan, manajemen biasanya akan mengharapkan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan kegiatan operasional perusahaan.

Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:11), pekerjaan yang terpenting dari audit operasional adalah melaporkan hasil audit kepda manajemen untk diambil tindakan perbaikan terhadap masalah yang dilaporkan. Nilai


(29)

14 pekerjaan audit bukanlah pengumpulan informasi akan tetapi berasal dari penilaian dan penyajian informasi yang dikupulkan tersebut.

Kesimpulan dari pemaparan diatas adalah jenis audit terdiri dari tiga macam yaitu audit atas laporan keuangan, audit operasional dan audit kepatuhan. Audit laporan keuangan diperlukan karena untuk keputusan ekternal dalam memberikan kebuuhan suatu entitas, akan didasarkan pada faktor-faktor hubungan usaha dengan entitas yang bersangkutan pada waktu lalu dan keadaan entitas tersebut yang disajikan dalam laporan keuangannya, selain itu kondisi masyarakat yang kompleks menjai penyebab kemungkinan pengambilan keputusan memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan. Audit operasional diperlukan oleh pihak manajemen apabila mengalami penurunan laba perusahaan secara terus menerus, prestasi suatu departemen dibawah standar, alasan untuk dicurigai karena laporan keuangan mengalami masalah yang besar dalam area fungsional dan operasioal sehinga tidak mengungkapkan semua fakta. Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah audit telah mengikuti kebijakan, prosedur, dan peraturan yang telah ditentukan pihak yang otorisasinya lebih tinggi.

4. Jenis Auditor

Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:13), ada tiga jenis auditor yang dikenal dalam masyarakat, yaitu: auditor independen (akuntan publik), auditor pemerintah, internal auditor (auditor intern).


(30)

15 a. Auditor Independen

Auditor independen berasal dari Kantor Akuntan Publik, bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis auditee-nya. Persyaratan professional yang dituntut dari auditor inependen adalah seorang auditor yang memiliki pendidikan dan pengalaman praktik sebagai auditor independen, dan bukan termasuk orang yang terlatih dalam profesin dan jabatan lain. Pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh auditor independen dapat berupa; assurance services, attestation sevices, accounting & compilation services, other services.

Auditor Independen memiliki hubungan profesional dengan manajemen perusahaan, dewan komisaris dan komite audit, Internal auditor dan pemegang saham dalam melaksanakan pekerjaanya yaitu melakukan audit atas laporan keuangan suatu organisasi.

Menurut Arens, Alvin et.al (2010:21), kantor akuntan publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua prusahaan yang sahamnya diperdagangkan dibursa saham, mayoritas perusahaan besar lainya, sera banyak perusahaan berskala kecil dan organisasi non komersil. Kantor akutan publik sering kali dinamakan sebagai auditor eksternal atau auditor independen.

b. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor yang berasal dari lembaga pemeriksaan pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggung jawab


(31)

16 secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga tingkat tinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Itjen) yang ada pada departemen-departemen pemerintah. Fungsi auditor pemerintah adalah melakukan audit atas keuangan negara pada instansi-instansi atau perusahaan yang sahamnya dimiliki pemerintah.

Menurut Arens, Alvin et.al (2010:22), general accounting office auditors (GAO) merupakan suatu badan netral yang berada dalam lingkup legislatif pemerintah federal. GAO diketuai oleh seorang pengawas keuangan yang bertanggung jawab hanya pada kongres. Tanggung jawab utama staf audit adalah melaksanakan fungsi audit bagi kongres.

c. Internal Auditor (Auditor Intern)

Auditor internal adalah pegawai dari suatu organisasi/ perusahaan yang berkerja di organisasi tersebut untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan untuk membantu manajemen organisasi untuk menetahui kepatuhan para pelaksana operasional organisasi terhadap kebijakkan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Pelaksanaan audit sebagian besar tugasnya adalah melakukan audit kepatuhan (Compliance audit) dan audit operasional (Management atau Operational Audit) secara rutin.


(32)

17 Menurut Arens, Alvin et.al (2010:23), tugas auditor internal adalah appraisal independent (internal auditing):

1) Menelaah keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasi 2) Menelaah sistem-sistem yang diciptakan

3) Menentukan tingkat kepatuhan entitas

4) Menelaah sarana untuk melidungi asset erusahaan 5) Mengukur ekonomi dan efisiensi

Auditor internal wajib memberikan informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan, sehingga selalu memerlukan dukungan dari manajemen. Informasi dari auditor internal tidak banyak dimanfaatkan bagi pihak ekstern karena indepedensinya terbatas (tidak independen bagi pihak ekstern).

Menurut Arens, Alvin et.al (2010:24), seorang auditor intern harus berada dalam posisi yang independen terhadap lini fungsi dalam suatu organsasi, tetapi ia tidak independen terhadap organisasi sepanjang masih terdapat hubungan antara pemberi kerja dengan pekerja. Auditor intern menyediakan informasi yang amat bernilai bagi pihak manajemen dalam proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan efektivitas operasi perusahaan.

d. Auditor Pajak

Menurut Arens, Alvin et.al (2010:23), tanggung jawab utama auditor pajak adalah mengaudit pajak penghasilan dari para wajib pajak


(33)

18 untuk menentukan apakah mereka telah mematuhi undang-undang perpajakan yang berlaku. Audit ini merupakan jenis audit kepatuhan. Pajak penghasilan yang diaudit sangat beragam, mulai dari perhitungan pajak sederhana bagi individu yang bekeja pada seorang pemberi kerja hingga perhitungan pajak yang sangat kompleks pada perusahaan multinasional. Masalah perpajakan meliputi pembayaran pajak oleh wajib pajak perorangan, pajak hadiah, pajak bumi dan bangunan, dan seterusnya. Seorang auditor yang terlibat dalam salah satu area audit harus memiliki pengetahuan perpajakan serta keahlian audit yang cukup agar dapat melaksanakan suatu audit yang efektif.

Kesimpulan dari apa yang telah dipaparkan diatas adalah auditor pajak bertanggung jawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakkan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksana DJP di lapangan adalah KPP (kantor pelayanan pajak) dan kantor pemeriksaan dan penyidikan pajak (Karikpa). Auditor Intern bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah bagi pemerintah. Auditor pemerintah adalah suatu lembaga atau badan yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan Negara, pada tingkatan tertinggi terdapat badan pemeriksaan keuangan (BPK).


(34)

19 B. Independensi

1. Definisi Independensi

Menurut Arens, Alvin et.al (2010:124), independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan ujian audit, mengevaluasi hasilnya, dan membuat laporan audit. Bila auditor adalah penasehat untuk klien, seorang bankir, atau orang lainya,maka auditor tidak bisa dianggap sebagai independen. Dalam mempertahankan perilaku yang independen bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab mereka merupakan hal penting, bahwa pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas independensi tersebut. Ada dua aspek independensi adalah independensi dalam fakta dan independensi dalam penampilan. Independensi dalam fakta adalah kemampuan auditor untuk mengambil sudut pandang tidak bias dalam penampilan dari jasa profesional. Sedangkan independensi dalam penampilan adalah kemampuan auditor untuk mempertahankan sudut pandang tidak bias dalam penampian dari jasa profesional.

Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:51), ada dua aspek independensi seorang auditor, diantaranya Independence in fact (independensi senyatanya), dan Independence in appearance (independensi dalam penampilan).

a. Independence in fact (independensi senyatanya) yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. Independen dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataanya audtor mampu mempertahankan sikap yang tidak


(35)

20 memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Maksudnya adalah sebagai suatu kejujuran yang tidak memihak dalam merumuskan dan meyatakan pendapatnya, hal ini berarti bahwa dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai dasar pemberian pendapat, auditor harus obyektif dan tidak berprasangka.

b. Independence in appearance (independensi dalam penampilan) yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor memiliki hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga) dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau tidak independen. Akuntan publik dalam melaksanakan auditnya memiliki rasa percaya diri. Akuntan publik menerima fasilitas yang berlebihan dari klien selama melaksanakan audit.

Menurut Nikholaus (2010:529), independensi merupakan sikap bebas tidak memihak kondisi netral, terbuka tanpa berpihak pada salah satu pihak. Sikap independensi dalah salah satu syarat mutlak yang wajib ditaati oleh auditor dalam melaksanakan audit, sesuaiyang diisyaratkan dalam norma-norma pemeriksaan akuntan. Untuk menjadi auditor tidak boleh memiliki kepentingan pribadi, baik dalam memiliki saham atau hubungan dengan perusahaan tersebut, dengan demikian dapat dijamin bahwa hasil


(36)

21 audit merupakanopini yang wajar dan tidak berpihak atas laporan keuangan yang disajikan.

Masalah perilaku pengambilan keputusan yang selalu dihadapi oleh auditor. Problem Independensi sering muncul bila terjadi konflik kepentingan antara pihak auditor dengan pihak manajemen. Auditor diharuskan tetap independent terhadap klien, namun pada saat yang sama kehidupan ekonominya bergantung pada klien melalui fee yang dibayarkan oleh klien.

Internal auditor adalah pegawai dari suatu organisasi atau perusahaan yang bekerja diorganisasi tersebut untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan tugas pokok Auditor yang bekerja dalam perusahaan adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Menurut Tugiman (2009:16), status organisasi atau integritas dan objektifitasnya harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :

a.Status Organisasi

Status organisasi adalah kedudukam formal dalam organisasi secara keseluruhan. Status organisasi auditor internal haruslah memberikan keleluasaan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, dan memberikan


(37)

22 dukungan dari manajemen sehingga mereka dapat bekerjasama dengan pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain. Dalam melaksanakan audit agar pelaksanaan audit internal memadai maka seorang audit internal harus mempunyai independensi yang tinggi dan bertindak secara objektif. b.Objektifitas

Objektifitas adalah sikap mental yang independen yang harus dikembangkan oleh auditor internal dalam melaksanakan pemeriksaannya. Auditor tidak boleh menempatkan penilaian sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan secara lebih rendah dibandingkan dengan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain atau menilai sesuatu berdasarkan penilaian orang lain. Para pemeriksa internal haruslah melakukan tugasnya secara objektif.

Dalam Kode Etik Akuntan tahun 2009 disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan


(38)

23 kejujuran intelektual akuntan, sedangkan objektivitas berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan audit.

Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:51), terdapat upaya memelihara Independensi, yaitu dapat berupa persyaratan atau dorongan lain. Hal-hal tersebut terdiri dari enam upaya antara lain:

a. Kewajiban hukum, adanya sanksi hukum bagi auditor yang tidak independen.

b. Standar auditing yang berlaku umum, sebagai pedoman yang mengharuskan auditor mempertahankan sikap independen, untuk semua hal yang berkaitan dengan penugasan.

c. Standar pengendalian mutu, salah satu standar pengendalian mutu masyarakat kantor akuntan publik untuk menetapkan kebijakan dan prosedur guna memberikan jaminan yang cukup kepada semua staf independent.

d. Komite audit, merupakan sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.

e. Komunikasi dengan auditor pendahulu. Auditor pengganti melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu sebelum menerima penugasan, dengan tujuan untuk mendapat informasi mengenai integritas manajemen.


(39)

24 f. Penjajagan pendapat mengenai penerapan prinsip akuntansi. Tujuan untuk meminimasi kemungkinan manajemen menjalankan praktik membeli pendapat, hal ini merupakan ancaman potensial terhadap independensi.

Menurut Christiawan (2009:86), ada empat hal yang mengganggu independensi akuntan publik, yaitu: (a) Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien, (b) Mengaudit pekerjaan akuntan publik sendiri, (c) Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien, dan (d) Bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensi jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau karyawan dengan kliennya. Mutual interest terjadi jika akuntan publik berhubungan dengan audit committee yang ada di perusahaan, sedangkan conflict interest jika akuntan publik berhubungan dengan manajemen.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat upaya memelihara Independensi antara lain adalah kewajiban hukum, standar auditing yang berlaku umum, standar pengendalian mutu, komite audit, komunikasi dengan auditor pendahulu, dan penjajagan. Upaya tersebut dilakukan untuk menghindari situasi yang menimbulkan kesan pada pihak ketiga bahwa ada pertentangan kepentingan dan keobjektifan sudah tidak dapat dipertahankan.


(40)

25 2. Konsep-Konsep Independensi

Menurut Mautz dan Sharaf (1993) dalam Ahmad (2009:2) mengemukakan sejumlah indikasi yang dapat bertindak sebagai pembela ketika independensi ditantang. Mereka membicarakan khususnya pada akuntan publik tentang konsep yang dapat diterapkan pada auditor internal untuk mencoba mendemonstrasikan kenyataan dan bukti-bukti secara obyektif. Konsep-konsep independensi, yaitu: menyusun independensi, menguji independensi, pelaporan independensi.

a. Menyusun independensi

1) Bebas dari segala campur tangan manajerial dalam penyusunan program audit.

2) Bebas dari segala campur tangan dalam penyusunan prosedur audit. 3) Bebas dari segala macam syarat untuk meninjau kerja audit kecuali

berkaitan dengan proses audit yang normal. b. Menguji independensi

1) Bebas memasuki segala catatan, harta, dan pegawai yang berhubungan dengan pemeriksaan.

2) Kerjasama aktif dari manajemen sepanjang proses audit.

3) Bebas dari segala usaha manajerial untuk menetapkan aktivitas-aktivitas yangakan diperiksa atau untuk menetapkanbukti-bukti yang dapat diterima.


(41)

26 4) Bebas dari segala kepentingan individu atas peranan penting audit internal sehingga timbul keinginan untuk membatasi atau mengeluarkannya dari pelaksanaan pemeriksaan.

c. Pelaporan independensi

1) Bebas dari segala rasa berkewajiban untuk mengubah dampak dari fakta-fakta yang dilaporkan.

2) Bebas dari segala tekanan untuk menghilangkan masalah-masalah yang penting dalam laporan auditor internal.

3) Penghindaran penggunaan bahasa yang memiliki arti ganda, baik sengaja maupun tidak sengaja dalam menyatakan fakta, pendapat, dan rekomendasi serta interpretasi mereka.

4) Bebas dari segala usaha untuk menolak keputusan auditor termasuk fakta-fakta dan pendapat-pendapat di dalam laporan audit internal.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa auditor internal harus memiliki sifat profesional yang utama yaitu indepedensi. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, untuk menyuarakan suatu kebebasan, tidak berat sebelah, pendapat yang tidak dibatasi, dan untuk melaporkan masalah-masalah seperti apa adanya daripada memenuhi apa yang diinginkan beberapa eksekutif. Para auditor internal haruslah tidak terkekang oleh batasan-batasan dalam audit, audit apa yang boleh dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, agar hal tersebut dapat berjalan dengan baik maka diperlukanlah konsep-konsep independensi.


(42)

27 C. Keahlian

1. Pengertian Keahlian

Menurut Webster’s ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Murtanto, Gudono (2009:39) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah ketrampilan dari seorang yang ahli. Ahli (experts) didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pengalaman atau pelatihan.

Sedangkan Dwi (2009:4) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah-masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Keahlian audit dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu: keahlian teknis, dan keahlian non teknis.

a. Keahlian teknis

Adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum.

b. Keahlian non teknis

Merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman. Menurut Praptomo (2002) dalam Dwi (2009:15) auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai


(43)

28 audit yang mencakup antara lain: merencanakan program kerja pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan

Menurut Dwi (2009:4) komponen keahlian berdasarkan model dapat dibagi menjadi lima, ialah:

1) Komponen pengetahuan (knowledge component) yang meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur, dan pengalaman.

2) Ciri-ciri psikologis (pshycological traits) yang ditujukan dalam komunikasi, kepercayaan, kreativitas, dan kemampuan bekerja dengan orang lain.

3) Kemampuan berpikir untuk mengakumulasikan dan mengolah informasi.

4) Strategi penentuan keputusan, baik formal maupun informal.

5) Analisis tugas yang dipengaruhi oleh pengalaman audit yang mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan.

Kesimpulan menurut pemaparan diatas ialah seorang auditor harus mempunyai keterampilan, pengetahuan dan kompeensi lain yang diperlukan unuk melaksanakan tanggung jawabnya. Tenaga ahli dapat berupa pengacara, konsultan lingkungan, insinyur dan lain-lain. Tenaga ahli harus memiliki kualifikasi profesional, kompetensi dan pengalaman


(44)

29 yang relevan, independen dan memiliki proses pengendalian kualitas, selain itu tenaga ahli juga harus disupervisi sebagaimana mestinya. 2. Standar Auditing Tentang Keahlian Auditor

Kompetensi mengenai keahlian auditor, telah diatur dalam SPAP yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu Standar Umum Seksi 210 yang mengatur tentang Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen. Seksi ini terdiri dari dua bagian, yaitu: Standar Umum Pertama, paragraph 01-02, Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen, paragraph 03. Secara lengkap isi standar auditing dalam Seksi 210 ini, sebagai berikut: a. Standar Umum Pertama

1) Paragraph 01 Standar umum pertama berbunyi:

Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian danpelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. 2) Paragraph 02 Standar umum pertama menegaskan bahwa:

“Betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang-bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing”.

b. Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen 1) Paragraph 03 menyatakan bahwa:

Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktikaudit.


(45)

30 Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat profesional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi, professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang profesional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing.

D. Profesionalisme

1. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme dalam suatu pekerjaan atau profesi telah lama mendapatkan perhatian dari para cendekiawan dan praktisi. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan profesi atau tidak. Menurut Nikholaus (2010:847), professional accountant adalah akuntan profesional dimana seseorang akuntan terdaftar, seseorang yang bekerja pada kantor akuntan publik sebagai akuntan


(46)

31 Menurut Jusuf (2008:78), kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi. Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan. profesionalisme berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural yang karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan sekolah pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik, sedangkan sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pofesionalisme adalah sikap seseorang dalam menjalankan suatu profesinya. 2. Dimensi Profesionalisme

Menurut Herawaty (2008:4) menyatakan bahwa profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai akuntan publik. Ada lima dimensi profesionalisme, yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi

Penjelasan sebagai berikut: a. Pengabdian pada Profesi

Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan


(47)

32 ekstrinsik kurang memadai. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan.

b. Kewajiban Sosial

Kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun oleh para profesional karena adanya pekerjaan tersebut. Kewajiban sosial juga merupakan komitmen untuk melayani kepentingan orang banyak atau masyarakat.

c. Kemandirian

Kemandirian dimaksudkan bahwa sebagai suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional. Banyak orang yang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan untuk melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus.

d. Keyakinan Terhadap Profesi

Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luas yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.


(48)

33 e. Hubungan dengan Sesama Profesi

Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme merupakan syarat seseorang untuk bekerja sebagai akuntan publik karena dapat mengurangi kesalahan dalam mengaudit.

3. Standar Profesionalisme Akuntan Publik

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2009:16) standar auditing merupakan paduan umum bagi auditor dalam memenuhi tanggunhg jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan historis guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman dengan standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu standar umum, standar pekerja lapangan, dan standar pelaporan. Seperti telah diatur dalam SPAP yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu standar umum seksi 210 yang terdapat pada paragraph 03, sebagai berikut:

a. Standar umum audit paragraph 03, berbunyi:

Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama”.


(49)

34 Standar umum yang ketiga ini berhubungan dengan penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam semua aspek audit. Secara sederhana, ini berarti auditor wajib melaksanakan tugas-tugasnya dengan kesungguhan dan kecermatan, atau kepedulian profesional. Sebagai seorang profesional, auditor harus menghindari kelalaian dan ketidak jujuran walaupun tidak dapat diharapkan bertindak sempurna dalam situasi.

b. Standar pekerjaan lapangan, terdiri dari:

1) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyan, dan komfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh, harus merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

Standar ini menjelaskan mengenai cara-cara yang harus dilakukan oleh auditor dalam mengumpulkan bahan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung pendapat yang harus diberikan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan yang di auditnya.


(50)

35 c. Standar pelaporan terdiri dari:

1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntan yang berlaku umum di Indonesia.

2) Laporan auditor harus menunjukan jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan perinsip akuntan tersebut dalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus di pandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4) Laporan auditor harus memuat suatu pertanyaan pendapat

mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

Kesimpulan dari pemaparan diatas adalah auditor harus bertanggung jawab secara profesional dalam pelaksanaan tugasnya untuk bersikap tekun dan penuh kehati-hatian. Sebagai seorang profesional, auditor harus menghindari terjadnya kecerobohan serta sikap asal percaya, tetapi auditor tidak diharapkan untuk membuat suatu pertimbangan yang sempurna dalam setiap kesempatan.

3. Ciri-ciri Profesionalisme

Menurut Ahmad (2009:1), sifat-sifat profesional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik


(51)

36 tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan dengan rekan sejawatnya.

Sifat-sifat profesional telah ada pada ahli hukum, dokter, akuntan publik, termasuk juga seorang atlet, penjahit, juru masak, dan mandor. Tetapi dalam pengevaluasian disiplin ilmu yang dipelajari, dibedakan antara keterampilan dengan keahlian dan digunakan kriteria untuk membedakannya. Ada dua kriteria yang harus diketahui, yaitu Pertama, pekerjaan tersebut secara teknis sulit. Hal tersebut harus berasal dari perpaduan pengetahuan yang relevan melalui belajar secara sistematis dan pelatihan yang memadai serta kompetensi yang harus dibuktikan kepada pemerintah, perusahaan yang menyewa atau konsumen. Selain itu, profesional harus memiliki standar kinerja yang disahkan oleh badan-badan profesional.

Kedua, profesional dalam posisinya sebagai profesi yang dipelajari harus mencapai keahlian teknis yang memadai. Profesi harus memiliki nilai-nilai moral tertentu. Perhatian mereka tidak hanya kepada keuntungan semata, melainkan harus memahami benar apa yang diinginkan klien. Pelayanan merupakan atribut yang penting dalam profesi.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa profesional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa pelayanan profesional harus diperoleh dari belajar, latihan, pengalaman, penyempurnaan kemampuan dan didukung juga dengan dua kriteria.


(52)

37 Pertama, pekerjaan tersebut secara teknis sulit, maksudnya pengetahuan yang berasal melalui belajar secara sistematis dan pelatihan yang memadai serta kompetensi yang dibuktikan kepada pemerintah, perusahaan atapun konsumen. Kedua, profesional dalam posisinya sebagai profesi yang dipelajari harus mencapai keahlian teknis yang memadai.

E. Pengalaman Kerja

1. Definisi Pengalaman Kerja

Menurut Hasibuan (2010:108), pengalaman (seniorits) yaitu promosi yang didasarkan pada lamanya pengalaman kerja karyawan. Pertimbangan promosi adalah pengalaman kerja seseorang, orang yang lama bekerja dalam perusahaan mendapat periorotas utama dalam tindakan promosi. Dengan pengalaman, seseorang akan dapat mengembangkan kemampuannya sehingga karyawan tetap betah bekerja pada perusahaan dengan harapan suatu waktu akan dipromosikan.

Menurut Knoers dan Haditono (2007:26), pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek.


(53)

38 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja adalah menunjukkan lamanya dalam melaksanakan, mengatasi suatu pekerjaan dari beragam pekerjaan bahkan berulang-ulang dalam perjalanan hidup.

2. Manfaat Pengalaman

Menurut Dwi (2009:12), seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan, dan mencari penyebab munculnya kesalahan.

Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Seseorang yang berpengalaman memiliki cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan sophisticated dibandingkan seseorang yang belum berpengalaman.

Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan menurut Abriyani (2004:35).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin


(54)

39 cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja.

3. Keuntungan Auditor Berpengalaman

Menurut Putri (2008:483) dengan bertambahnya pengalaman auditor tentang audit, maka akan semakin bertambahnya pengalaman kerja. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. Jika seorang auditor berpengalaman, maka:

a. Auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan,

b. Auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan, c. Auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim, dan

d. Hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya pengalaman yang kita peroleh dari hasil audit sangat bermanfaat, salah satunya dalam mengoreksi hasil audit atau memberikan opini audit agar lebih berhati-hati kembali sehingga tidak terulang kembali kekeliruan. 4. Pentingnya Pengalaman dalam Meningkatkan Keahlian Auditor

Pengalaman mempunyai hubungan yang erat dengan keahlian auditor, pencapaian keahlian seorang auditor selain berasal dari pendidikan formalnya juga diperluas lagi dengan pengalaman-pengalaman dalam praktik audit. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan


(55)

40 pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup dalam mejalankan tugasnya. Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin singkat masa kerja berarti semakin sedikit pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan ketrampilan kerja yang cukup namun sebaliknya, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Kebiasaan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan sejenis merupakan sarana positif untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja menurut Hadiwiryo (2007:135).

Seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang Audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan dan pengalaman-pengalaman dalam praktek audit. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) bahwa persyaratan yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai yang biasanya diperoleh dari praktik-praktik dalam bidang auditing sebagai auditor independen. Dapat disimpulkan bahwa semakin berpengalamanya auditor maka apabila terjadi kesalahan dalam melaksanakan tugas auditnya dapat diminimalisasi, diatasi dengan cepat dan efisien.


(56)

41 F. Program Pelatihan

1. Pengertian Program Pelatihan

Menurut Munandar (2009:85) Pelatihan adalah:

Proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja nonmanejerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu.

Menurut Rai (2008:65), Supaya auditor memiiki mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus yang memadai, maka diperlukan pelatihan bagi auditor kinerja . Pelatihan sangat diperlukan mengingat dalam standar umum dinyatakan bahwa auditor secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksa. Kemampuan ini dikembangkan dan dipelihara melalui pendidikan profesional berkelanjutan.

Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dinyatakan bahwa auditor dalam dua tahun harus menyelesaikan paling tidak 80 jam pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan profesional auditor untuk melaksanakan audit. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam tersebut harus terkait langsung dengan audit keuangan negara dilingkungan pemerintah atau lingkungan khusus dimana entitas tersebut beroperasi. Sedikitnya 20 jam dari 80 jam tersebut harus diselesaian dalam 1 tahun.

Untuk melakukan pelatihan diperlukan analisis untuk menentukan perlu atau tidaknya pelatihan bagi auditor yang akan melaksanakan audit kinerja. Tabel 2.1 menunjukkan check list untuk menentukan perlu atau tidaknya pelatihan untuk meningkatkan kompetensi audit kinerja.


(57)

42 Tabel 2.1 Contoh Check list untuk Menentukan Perluya Pelatihan

Berdasarkan Kompetensi Audior Kinerja. Kompetensi yang Dimiliki Auditor Pentingnya dalam Pelaksanaan Audit

Selisih Analisis Kebutuhan Pelatihan Pengetahuan Umum:

 Metode analitis

 Ilmu sosial

 Teori Organisasi

 Sektor Publik

 Masalah-masalah yang terkini 1 2 2 1 3 4 2 4 4 3 -3 0 -2 -3 0 Perlu Belum perlu Perlu Perlu Belum perlu Keahlian Khusus  Wawancara

 Teknik kuesioner

 Presentasi

 Statistik 1 2 3 2 Kompetensi yang Dimiliki Auditor 4 2 2 2 Pentingnya dalam Pelaksanaan Audit -3 0 1 0 Selisih Perlu Belum perlu Tidak perlu Belum perlu Analisis Kebutuhan Pelatihan

 Penggunaan basis data (database) dan kepustakaan

 Teknik observasi

 Membaca dengan cepat

 Pengetahuan komputer

 Penulisan laporan

 Pekerjaan proyek

3 2 3 3 1 2 2 3 3 4 4 2 1 -1 0 1 -3 0 Tidak perlu Perlu Belum perlu Perlu Perlu Belum perlu Kolom Kompetensi yang Dimiliki Auditor dapat diisi dengan memberi penilaian kepada auditor. Penilaan dapat dilakukan oleh supervisor ditempat auditor bekerja. Peringkat dapat diisi antara skala 1-4. Angka 1 mengacu pada kemampuan yang sangat rendah, sedangkan angka 4 mengacu pada kemampuan sangat tinggi.


(58)

43 Kolom Pentingnya dalam pelaksanan Audit merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh auditor sehingga dia dapat melakukan tugas pemeriksaan dengan baik. Kolom ini diisi dengan skala 1-4, dimana angka 1 berarti tidak penting sama sekali dan angka 4 berarti sangat penting.

Kedua kolom tersebut dapat dikombinasikan menjadi suatu diagram untuk menggambarkan perlu tidaknya suatu pelatihan (training) dilakukan berdasarkan aspek kompetensi auditor dan aspek pentingnya dalam pelaksanaan audit. Kolom Selisih menunjukkan deviasi antara kolom kompetensi yang Dimiliki Auditor dan Pentingnya dalam Pelaksanaan Audit. Angka negatif menunjukkan bahwa kompetensi auditor masih dibawah kemampuan yang dibutuhkan dalam melaksanakan audit kinerja. Angka positif menunjukkan bahwa kompetensi auditor sama dengan kemampuan yang dibutuhkan.

Kolom Analisis Kebutuhan Pelatihan menunjukkan perlu atau tidaknya suatu pelatihan bagi auditor berdasarkan pelatihan kompetensi. Angka negatif menunjukkan perlunya pelatihan untuk meningkatkan kompetensi. Angka nol dan angka positif menunjukkan kompetensi auditor sama dengan atau diatas kemampuan yang dibutuhkan, sehingga perlu atau tidaknya pelatihan bergantung pada pertimbangan organisasi yang bersangkutan.

Menurut pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan juga diperlukan mengingat dalam standar umum dinyatakan bahwa auditor


(59)

44 secara kolektif harus memilki kecakapan prfesional unuk melaksanakan tugas pemeriksaan.

2. Jenis-jenis Program Pelatihan

Menurut Salusu (2008:299), ada banyak cara untuk melaksanakan pelatihan, tetapi umumnya ada beberapa yang biasanya dipakai, yaitu On-the-job training, Seminar, belajar sendiri, Pelatihan yang diselenggarakan oleh organisasi sendiri, lokakarya, simposium, atau dengan mengundang konsultan pelatihan dari luar organisasi, dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya.

a. Pelatihan dengan cara on-the-job training dilakukan setiap hari dengan menjawab pertanyaan, mendemonstrasikan bagaimana pekerjaan dilakukan, dan memeberikan pedoman kerja. Menyempurnakan sistem pelatihan di tempat, memerlukan analisis pekerjaan terlebih dahulu, termasuk seperangkat sasaran pelatihan, kemudian melatih karyawan dengan hati-hati, diikuti dengan evaluasi terhadap hasil pelatihan. b. Pelatihan dengan belajar sendiri dilakukan dengan menyediakan buku

petunjuk terinci, lalu karyawan mempelajari sendiri. Ada beberapa orang cocok dengan cara ini, tetapi ada pula yang tidak. Salah satu kelemahan cara ini adalah kurangnya komunikasi antara atasan dan bawahan, dan bawahan sendiri satu dengan yang lain.

c. Pelatihan yang dilaksanakan dalam organisasi sendiri, dapat berupa lokakarya, simposium atau pelatihan biasa. Pilihan orang yang tepat untuk mengikuti penataran yang sesuai, dan harus yakin bahwa sesudah


(60)

45 orang tersebut mengikuti pelatihan, pengetahuannya akan bertambah dan kemampuan serta hasil kerjanya akan meningkat. Penyelenggara pelatihan ini adalah orang dalam sendiri atau unit pelatihan khusus. Salah satu kelemahan adalah seringnya materi penataran yang kurang dikuasai oleh orang dalam tersebut, selain itu masih perlu dipertanyaakan apakah pelatihan dari dalam cukup objektif dalam menyampaikan bahan latihan dan tidak cenderung memasukkan unsur-unsur yang dapat melemahkan posisi organisasi. Melaksanakan pelatihan seperti tidak mudah dilakukan apalagi organisasi tersebut tidak mempunyai unit pelatihan sendiri.

d. Pelatihan gaya seminar dan lokakarya biasanya diselenggarakan oleh pihak lain dan karyawan organisasi diutus sebagai peserta untuk mengikutinya. Melalui seminar, simposium atau lokakarya ini, banyak pengetahuan yang bisa diperoleh apabila diikuti dengan sungguh-sungguh terutama juga pengalaman dari peserta dari organisasi lainnya. e. Konsultan pelatihan yang tersedia dalam masyarakat biasanya

menyediakan berbagai paket pelatihan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Salah satu kelemahan dari sitem ini ialah apabila tim belum pernah mengetahui dan mengenal budaya organisasi yang mengundang mereka, biasanya menimbulkan kekurang serasian.

Peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang professional.


(61)

46 Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor pemula (yunior) juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan karena kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor, melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ia temui, struktur pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan.

Menurut pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pelatihan adalah karyawan dapat melaksaanakan tugasnya dengan baik, dan dapat menyesuaikan diri dengan pekerjan baru, dan dapat mengikuti serta menciptakan perubahan-perubahan dalam pekerjaanya sehingga iklim segar senantiasa tampak dalam organisasi.

Menurut Ahmad (2009:2) Institute of internal auditor (IIA) merupakan asosiasi profesi. Lembaga ini merupakan salah satu lembaga yang memiliki sertifikasi praktik auditor internal. Lembaga memiliki dewan sertifikasi dan telah mengembangkan program pendidikan berkesinambungan selama 100 jam pendidikan selama periode tiga tahun. Di Indonesia asosiasi profesi auditor bernama Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII).

Ujian merupakan salah satu jalan terakrir agar seseorang tersebut menjadi profesional. Calon anggota harus mengikuti ujian dua hari yang


(62)

47 mencakup subyek yang luan. Setelah calon yang berhasil menerima gelar sebagai Certified Internal Auditor (Auditor Internal Bersertifikat). Institut menerbitkan Common Body of Knowledge untuk peserta yang ingin mempersiapkan menghadapi ujian.

Pemaparan diatas dapat di simpulkan bahwa para calon profesional auditor internal juga harus mengikuti pelatihan spesialis yang lama. Pemberian gelar auditor internal profesional kepada seseorang tidak bisa secara otomotis langsung diberikan, untuk memenuhi kriteria tersebut harus mengikuti pelatihan-pelatihan, lulus tes khusus dan barulah memperoleh sertifikat. Jadi hanya auditor internal yang telah mengikuti ujian dan mendapat pengukuhan sebagai Certified Internal Auditor yang dapat diakui sebagai auditor internal profesional.

G. Pengendali Internal

1. Definisi Pengendali Internal

Menurut The Institute of Internal Aditor (IIA) dalam Tunggal (2009:79) pengendalian (control) adalah:

”any action taken by management, the board, and other parties to manage risk and increase the likelihood that established objectives and goals will be achieved. Management plans, organizes, and directs the performance of sufficient actions to provide reasonable assurance the objectives and goals wil be achieved.”

Definisi ini dapat diartikan pengendalian adalah menurut IIA, sebagai setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.


(63)

48 Pengendalian bisa bersifat preventif (untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang telah terjadi), atau direktif (untuk menyebabkan atau mengarahkan terjadinya hal yang diinginkan). Konsep sistem pengendalian merupakan gabungan komponen pengendalian yang terintegrasi dan aktivitas-aktivitas yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasarannya.

Pengendalian intern menurut Committee of Supporting Organizations (COSO) dalam Tunggal (2009: 81):

Internal controls is a process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories: effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reporting, complience with external laws and regulations.

Definisi ini dapat diartikan pengendalian internal adalah suatu proses, yang dijalankan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lain entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini adalah: efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan dari laporan keuangan, ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Sedangkan, menurut Tunggal (2009:81) definisi Pengendalian Internal adalah:

a. Pengendalian internal merupakan suatu proses. Pengendalian internal mrupakan “a mean to or end” bukan an end in itself.”


(1)

PROGRAM PELATIHAN

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Valid 75 75.0

Excludeda 25 25.0

Cases

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.826 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

PPP1 3.97 .697 75

PPP2 3.96 .796 75

PPP3 3.87 .859 75

PPP4 4.03 .697 75

PPP5 3.87 .741 75

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

PPP1 15.72 6.042 .587 .802

PPP2 15.73 5.685 .585 .803

PPP3 15.83 5.226 .655 .784

PPP4 15.67 6.198 .535 .815

PPP5 15.83 5.361 .766 .750

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(2)

KUALITAS PENGENDALIAN INTERNAL

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Valid 75 75.0

Excludeda 25 25.0

Cases

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.808 7

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

KPI1 3.93 .622 75

KPI2 3.85 .783 75

KPI3 3.84 .638 75

KPI4 3.87 .644 75

KPI5 4.21 .664 75

KPI6 3.96 .667 75

KPI7 4.01 .707 75

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

KPI1 23.75 8.138 .538 .784

KPI2 23.83 7.415 .565 .780

KPI3 23.84 8.109 .529 .786

KPI4 23.81 7.965 .566 .779

KPI5 23.47 7.874 .570 .778

KPI6 23.72 7.853 .573 .778

KPI7 23.67 8.036 .474 .796

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(3)

HASIL UJI REGRESI LINIER BERGANDA

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

KPI 27.65 2.998 75

IDS 59.88 6.549 75

KP 35.68 4.415 75

PK 31.69 4.013 75

PPPI 19.75 2.955 75

Correlations

KPI IDS KP PK PPPI

KPI 1.000 .761 .002 .673 .718

IDS .761 1.000 .281 .776 .736

KP .002 .281 1.000 -.012 .139

PK .673 .776 -.012 1.000 .621

Pearson Correlation

PPPI .718 .736 .139 .621 1.000

KPI . .000 .494 .000 .000

IDS .000 . .007 .000 .000

KP .494 .007 . .458 .118

PK .000 .000 .458 . .000

Sig. (1-tailed)

PPPI .000 .000 .118 .000 .

KPI 75 75 75 75 75

IDS 75 75 75 75 75

KP 75 75 75 75 75

PK 75 75 75 75 75

N

PPPI 75 75 75 75 75

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 PPPI, KP, PK,

IDSa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: KPI


(4)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .821a .673 .655 .761 1.885

a. Predictors: (Constant), PPPI, KP, PK, IDS b. Dependent Variable: KPI

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 447.832 4 111.958 36.090 .000a

Residual 217.155 70 3.102

1

Total 664.987 74

a. Predictors: (Constant), PPPI, KP, PK, IDS b. Dependent Variable: KPI

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) 9.906 2.349 4.217 .000

IDS .250 .064 .546 3.891 .000 .237 4.218

KP .132 .052 .194 2.510 .014 .784 1.276

PK .041 .088 .055 .469 .641 .337 2.967

1

PPPI .313 .103 .308 3.026 .003 .449 2.225

a. Dependent Variable: KPI

Coefficientsa

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

(Constant)

IDS .237 4.218

KP .784 1.276

PK .337 2.967

1

PPPI .449 2.225


(5)

(6)