42 Tabel 2.1 Contoh Check list untuk Menentukan Perluya Pelatihan
Berdasarkan Kompetensi Audior Kinerja. Kompetensi
yang Dimiliki
Auditor Pentingnya
dalam Pelaksanaan
Audit Selisih
Analisis Kebutuhan
Pelatihan
Pengetahuan Umum: Metode analitis
Ilmu sosial Teori Organisasi
Sektor Publik Masalah-masalah
yang terkini 1
2 2
1 3
4 2
4 4
3 -3
-2 -3
Perlu Belum perlu
Perlu Perlu
Belum perlu
Keahlian Khusus Wawancara
Teknik kuesioner Presentasi
Statistik 1
2 3
2
Kompetensi yang
Dimiliki Auditor
4 2
2 2
Pentingnya dalam
Pelaksanaan Audit
-3 1
Selisih Perlu
Belum perlu Tidak perlu
Belum perlu Analisis
Kebutuhan Pelatihan
Penggunaan basis data
database dan kepustakaan
Teknik observasi Membaca dengan
cepat Pengetahuan
komputer Penulisan laporan
Pekerjaan proyek 3
2 3
3 1
2 2
3 3
4 4
2 1
-1
1 -3
Tidak perlu Perlu
Belum perlu Perlu
Perlu Belum perlu
Kolom Kompetensi yang Dimiliki Auditor dapat diisi dengan memberi penilaian kepada auditor. Penilaan dapat dilakukan oleh
supervisor ditempat auditor bekerja. Peringkat dapat diisi antara skala 1-4. Angka 1 mengacu pada kemampuan yang sangat rendah, sedangkan angka
4 mengacu pada kemampuan sangat tinggi.
43 Kolom Pentingnya dalam pelaksanan Audit merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh auditor sehingga dia dapat melakukan tugas pemeriksaan dengan baik. Kolom ini diisi dengan skala 1-4, dimana angka
1 berarti tidak penting sama sekali dan angka 4 berarti sangat penting. Kedua kolom tersebut dapat dikombinasikan menjadi suatu
diagram untuk menggambarkan perlu tidaknya suatu pelatihan training dilakukan berdasarkan aspek kompetensi auditor dan aspek pentingnya
dalam pelaksanaan audit. Kolom Selisih menunjukkan deviasi antara kolom kompetensi yang Dimiliki Auditor dan Pentingnya dalam
Pelaksanaan Audit. Angka negatif menunjukkan bahwa kompetensi auditor masih dibawah kemampuan yang dibutuhkan dalam melaksanakan
audit kinerja. Angka positif menunjukkan bahwa kompetensi auditor sama dengan kemampuan yang dibutuhkan.
Kolom Analisis Kebutuhan Pelatihan menunjukkan perlu atau tidaknya suatu pelatihan bagi auditor berdasarkan pelatihan kompetensi.
Angka negatif menunjukkan perlunya pelatihan untuk meningkatkan kompetensi. Angka nol dan angka positif menunjukkan kompetensi auditor
sama dengan atau diatas kemampuan yang dibutuhkan, sehingga perlu atau tidaknya pelatihan bergantung pada pertimbangan organisasi yang
bersangkutan. Menurut pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan juga
diperlukan mengingat dalam standar umum dinyatakan bahwa auditor
44 secara kolektif harus memilki kecakapan prfesional unuk melaksanakan
tugas pemeriksaan.
2. Jenis-jenis Program Pelatihan
Menurut Salusu 2008:299, ada banyak cara untuk melaksanakan pelatihan, tetapi umumnya ada beberapa yang biasanya dipakai, yaitu On-
the-job training, Seminar, belajar sendiri, Pelatihan yang diselenggarakan oleh organisasi sendiri, lokakarya, simposium, atau dengan mengundang
konsultan pelatihan dari luar organisasi, dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya.
a. Pelatihan dengan cara on-the-job training dilakukan setiap hari dengan menjawab pertanyaan, mendemonstrasikan bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan memeberikan pedoman kerja. Menyempurnakan sistem pelatihan di tempat, memerlukan analisis pekerjaan terlebih dahulu,
termasuk seperangkat sasaran pelatihan, kemudian melatih karyawan dengan hati-hati, diikuti dengan evaluasi terhadap hasil pelatihan.
b. Pelatihan dengan belajar sendiri dilakukan dengan menyediakan buku petunjuk terinci, lalu karyawan mempelajari sendiri. Ada beberapa
orang cocok dengan cara ini, tetapi ada pula yang tidak. Salah satu kelemahan cara ini adalah kurangnya komunikasi antara atasan dan
bawahan, dan bawahan sendiri satu dengan yang lain. c. Pelatihan yang dilaksanakan dalam organisasi sendiri, dapat berupa
lokakarya, simposium atau pelatihan biasa. Pilihan orang yang tepat untuk mengikuti penataran yang sesuai, dan harus yakin bahwa sesudah
45 orang tersebut mengikuti pelatihan, pengetahuannya akan bertambah
dan kemampuan serta hasil kerjanya akan meningkat. Penyelenggara pelatihan ini adalah orang dalam sendiri atau unit pelatihan khusus.
Salah satu kelemahan adalah seringnya materi penataran yang kurang dikuasai oleh orang dalam tersebut, selain itu masih perlu
dipertanyaakan apakah pelatihan dari dalam cukup objektif dalam menyampaikan bahan latihan dan tidak cenderung memasukkan unsur-
unsur yang dapat melemahkan posisi organisasi. Melaksanakan pelatihan seperti tidak mudah dilakukan apalagi organisasi tersebut
tidak mempunyai unit pelatihan sendiri. d. Pelatihan gaya seminar dan lokakarya biasanya diselenggarakan oleh
pihak lain dan karyawan organisasi diutus sebagai peserta untuk mengikutinya. Melalui seminar, simposium atau lokakarya ini, banyak
pengetahuan yang bisa diperoleh apabila diikuti dengan sungguh- sungguh terutama juga pengalaman dari peserta dari organisasi lainnya.
e. Konsultan pelatihan yang tersedia dalam masyarakat biasanya menyediakan berbagai paket pelatihan yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi. Salah satu kelemahan dari sitem ini ialah apabila tim belum pernah mengetahui dan mengenal budaya organisasi yang
mengundang mereka, biasanya menimbulkan kekurang serasian. Peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan
formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang professional.
46 Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Selain kegiatan-kegiatan
tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor pemula yunior juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan
karena kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor, melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor juga
mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ia temui, struktur pengetahuan auditor yang
berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan.
Menurut pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pelatihan adalah karyawan dapat melaksaanakan tugasnya dengan baik,
dan dapat menyesuaikan diri dengan pekerjan baru, dan dapat mengikuti serta menciptakan perubahan-perubahan dalam pekerjaanya sehingga
iklim segar senantiasa tampak dalam organisasi. Menurut Ahmad 2009:2 Institute of internal auditor IIA
merupakan asosiasi profesi. Lembaga ini merupakan salah satu lembaga yang memiliki sertifikasi praktik auditor internal. Lembaga memiliki
dewan sertifikasi dan telah mengembangkan program pendidikan berkesinambungan selama 100 jam pendidikan selama periode tiga tahun.
Di Indonesia asosiasi profesi auditor bernama Perhimpunan Auditor Internal Indonesia PAII.
Ujian merupakan salah satu jalan terakrir agar seseorang tersebut menjadi profesional. Calon anggota harus mengikuti ujian dua hari yang
47 mencakup subyek yang luan. Setelah calon yang berhasil menerima gelar
sebagai Certified Internal Auditor Auditor Internal Bersertifikat. Institut menerbitkan Common Body of Knowledge untuk peserta yang ingin
mempersiapkan menghadapi ujian. Pemaparan diatas dapat di simpulkan bahwa para calon profesional
auditor internal juga harus mengikuti pelatihan spesialis yang lama. Pemberian gelar auditor internal profesional kepada seseorang tidak bisa
secara otomotis langsung diberikan, untuk memenuhi kriteria tersebut harus mengikuti pelatihan-pelatihan, lulus tes khusus dan barulah
memperoleh sertifikat. Jadi hanya auditor internal yang telah mengikuti ujian dan mendapat pengukuhan sebagai Certified Internal Auditor yang
dapat diakui sebagai auditor internal profesional.
G. Pengendali Internal
1. Definisi Pengendali Internal
Menurut The Institute of Internal Aditor IIA dalam Tunggal 2009:79 pengendalian control adalah:
”any action taken by management, the board, and other parties to manage risk and increase the likelihood that established objectives and
goals will be achieved. Management plans, organizes, and directs the performance of sufficient actions to provide reasonable assurance the
objectives and goals wil be achieved.”
Definisi ini dapat diartikan pengendalian adalah menurut IIA,
sebagai setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.