Latar Belakang Masalah Pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kenakalan remaja di SMA 10 Tangerang Selatan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Melalui Pendidikan Agama ini diharapkan individu dapat mengembangkan potensi “takwa” kepada-Nya. Apabila potensi ini berkembang dengan baik, maka individu akan dapat mengendalikan diri agar terhindar dari bentuk-bentuk prilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang tertanam dalam dirinya. Namun perkembangan itu tidak akan terjadi manakala tidak ada faktor luar external yang memberikan rangsangan atau stimulus yang memungkinkan potensi itu berkembang dengan sebaik-baiknya. Faktor external itu adalah linkungan dimana individu tersebut hidup. Dan salah satunya adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan Pendidikan yang primer dan fundamental sifatnya. Dilingkungan keluargalah anak dibesarkan, memperoleh penemuan- penemuan dan belajar yang memungkinkan dirinya untuk perkembangan lebih lanjut. Dilingkungan keluargalah anak pertama-tama akan mendapat kesempatan menghayati pertemuan-pertemuan dengan sesama manusia bahkan memperoleh perlindungan yang pertama. 3 Pendidikan Agama dapat menanamkan dan membentuk sikap-sikap yang dijiwai nilai-nilai Agama Islam tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya merupakan proses ikhtiariah yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak kearah kedewasaan atau kematangan yang menguntungkan dirinya. 4 Penanaman nilai-nilai keagamaan semenjak dini oleh keluarga mengalami puncaknya pada masa remaja. Hal ini disebabkan sejalan dengan cepatnya pertumbuhan jasmani dan rohani remaja, sebagaimana kita ketahui bersama dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tidak jarang anak mengalami kesulitan atau masalah. Misalnya masalah dalam pertumbuhan yang berkaitan dengan rasa 2 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005 h.8 3 Ary. H. Gunawan, Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1986, Cet.1 h.101 4 Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan Islam… h.17 ingin tahunya, perasaan terhadap orang tua, saudara dan teman, sikap terhadap seks, pertimbangan baik dan buruk dan lain-lain. Dalam hal demikian, bimbingan dan pembinaan remaja dalam kehidupannya sangat diperlukan untuk membantu mereka menemukan jati dirinya, mengingat remaja sebagai unsur utama didalam masyarakat menjadi tanggung jawab bersama para orang tua dalam sebuah keluarga. Pangkal ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga. Karena pentingnya hidup keluarga yang demikian, maka Islam memandang keluarga sebagai lembaga hidup manusia yang memberi peluang para anggotanya untuk celaka atau bahagia di akhirat. Oleh karena itu Islam memerintahkan agar para orang tua berlaku sebagai kepala dan pemimpin keluarganya serta berkewajiban memelihara keluarganya dari api neraka, sebagaimana firman Allah SWT.: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Q.S At-Tahrim6 : 6. 5 Dalam proses pembinaan remaja ini agama yang memegang peranan penting dan menentukan. Hal ini disebabkan masalah yang banyak terjadi dalam kehidupan adalah munculnya berbagai kondisi yang bertentangan dengan nilai- nilai agama yang dianut. Bagi remaja yang agamanya masih labil akan menimbulkan konflik dalam dirinya, dan apabila kurang mendapatkan bimbingan maka akan terjerumus. Dalam kondisi tersebut orang tua mempunyai tanggung jawab dalam memberikan bimbingan berupa pendidikan agama pada anak remaja di rumah. Kenakalan remaja tidak dapat dilepaskan dari konteks kondisi sosial budaya pada zamannya. Sebab setiap periode sifatnya khas dan memberikan jenis tantangan yang khusus pada generasi mudanya, sehingga anak muda ini mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap stimuli sosial yang ada. 5 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam… h.36-37 Dalam buku Kartini Kartono yang berjudul “Patologi sosial dua, kenakalan remaja”, menjelaskan, pada tahun 50-an kenakalan remaja di kota-kota besar pada umumnya penodongan disekolah untuk mendapatkan ijazah, dan penonjolan diri yang berlebihan. Lebih serius dari hal tersebut hampir tidak pernah terjadi. Hal ini disebabkan masih kuatnya sanksi-sanksi masyarakat, ditambah tingginya citra perjuangan dan semanagat berkorban untuk mengisi kemerdekaan. 6 Pada tahun 1960-an mulailah muncul mengenai kenakalan remaja yaitu berupa keberandalan dan tindak-tindak kriminal, menirukan pola tingkah laku anak-anak muda yang mereka hayati lewat film impor dan buku-buku bacaan sadistis dan porno. Pada tahun 1970-an kenakalan remaja di kota-kota besar tanah air sudah menjurus pada kejahatan yang lebih serius, antara lain berupa tindak kekerasan, penjambretan secara terang-terangan disiang hari, perbuatan seksual dalam bentuk perkosaan beramai-ramai sampai melakukan pembunuhan, dan perbuatan kriminal lainnya yang berkaitan dengan kecanduan bahan narkotik. 7 Pada tahun-tahun 1980-an keatas gejala kenakalan remaja ini semakin meluas, baik dalam frekuensi maupun dalam keseriusan kualitas kejahatannya. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyakknya pengedaran dan penggunaan ganja dan bahan-bahan narkotik ditengah masyarakat yang juga memasuki kampus dan ruang sekolah; peristiwa banyaknya anak-anak “teler”dan semakin meningkatnya jumlah remaja yang biasa menegak minum-minuman keras; tindakan; penjambretan dan keberandalan di jalan-jalan ramai; tindakan kekerasan oleh kelompok-kelompok anak muda; penganiayaan berat, pemerasan sampai pembunuhan berencana; pemerasan di sekolah-sekolah terhadap murid yang lemah yang mempunyai orang tua yang kaya raya. Disamping itu juga banyak tindak pelanggaran terhadap norma-norma susila lewat praktek seks bebas , cinta bebas, gadis-gadis remaja yamg melacuran diri tanpa imbalan uang, serta 6 Kartini Kartono, Patologi sosial 2, Kenakalan Remaja, Jakarta:PT Raja Garafindo Persada, 2005, Cet.6, h. 101 7 Kartini Kartono, Patologi sosial 2, Kenakalan Remaja … h.102 perkelahian masal antar kelompok dan antar sekolah di kota-kota besar, khususnya di Jakarta Raya. 8 Banyak orang tua beranggapan ketika telah menyerahkan anak mereka ke sekolah, maka tanggung jawab mereka kepada anak telah selesai, semua tanggung jawab dalam pendidikan dibebankan kepada sekolah sebagai konsekuensi dari biaya yang dikeluarkan oleh orang tua. Apakah anak itu menjadi nakal, jahat atau sebaliknya merupakan tanggung jawab sekolah. Pendapat yang demikian itu tentu salah. Karena pada hakikatnya tanggung jawab pendidikan terletak kepada keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Orang tua harus benar-benar mendidik anaknya. Tanpa bimbingan dan teladan orang tua prilaku anak tidak akan baik bahkan berperilaku buruk. Orang tua memilik andil yang besar terhadap prilaku anak disekolah, terutama prlaku anak yang tengah duduk di jenjang Sekolah Menengah Atas SMA Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas SMA berada pada masa kritis dalam perkembangan individu, karena pada masa ini mereka telah menginjah usia remaja. Masa remaja adalah sebagai usia bermasalah. Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi oleh si remaja. Ini disebabkan karena remaja merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, padahal mereka sendiri juga kurang berkemampuan untuk mengatasi masalahnya sendiri menurut cara yang mereka yakini. Akhirnya para remaja mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah yang dihadapi. 9 Sebagian remaja mencari jalan keluar dan pemecahannya dengan cara mereka sendiri. Tidak jarang kebingungan remaja terealisasikan dalam prilaku menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, agama maupun hukum, yang biasa disebut kenakalan remaja. 8 Kartini Kartono, Patologi sosial 2, Kenakalan Remaja … h.103 9 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993, Cet. 1 h.161 Salah satu usaha penyelamatan bagi remaja dengan cara melatih mereka untuk tekun menjalankan agama dan menjauhi perbuatan salah, terutama dalam pelanggaran susila. Hal ini tentu melalui pendekatan pendidikan agama secara terus-menerus dalam keluarga sehingga tercapainya kematangan beragama. Disamping memberikan pendidikan agama di rumah orang tua harus hati-hati memilih sekolah tempat anaknya belajar. Dalam hal ini, sekolah tidak hanya dilihat secara lahiriyah saja, karena pendidikan yang penting sebenarnya bukan sekedar pengetahuan dan kepandaian, yang diukur dari hasil ujian atau keterampilan dan kecakapan semata, tetapi jauh lebih penting dari itu adalah pembinaan jiwa dan pribadi anak yang mewarnai hidupnya sepanjang umur. SMA Negeri 10 tangerang Selatan merupakan lembaga formal yang berbasis umum. Namun demikian sekolah tersebut bimbingan agama Islam serta pembinaan akhlak siswa menjadi prioritas utama dalam mendidik. Shalat jama’ah di biasakan setiap hari yaitu pada waktu shalat dhuhur, kegiatan rohis yang dilakukan satu minggu sekali dan masih banyak lagi kegiatan yang bersifat keagamaan lainnya. Namun tidak cukup dengan pemberian pendidikan agama di sekolah akan membuat anak memiliki pribadi yang baik dan terhindar dari perilaku yang negatif. Dewasa ini sering kali ditemukan penyimpangan-penyimpangan perilaku yang terjadi pada anak didik seperti banyaknya remaja yang sudah tidak mengindahkan sikap berbakti kepada orang tua, di sekolah suka membolos, tidak memiliki sikap santun kepada guru, terlibat perkelahian, mengonsumsi obat- obatan terlarang, dan lain sebagainya. Perilaku-perilaku menyimpang tersebut menimbulkan keresahan sosial sehingga kehidupan masyarakat tidak harmonis lagi dan jika ditinjau secara yuridis formal ternyata perilaku remaja tersebut bertentangan dengan hukum yang berlaku. 10 Sebagian orang tua mencari-cari penyebab penyimpangan perilaku anak- anaknya. Banyak alasan dan sebab-sebab ditemukan, kecuali satu perkara sering ditinggalkan yang sebenarnya merupakan kenakalan remaja. Faktor itu bisa jadi adalah “orang tua itu” sendiri. Karena ternyata banyak orang tua yang tidak dapat 10 Sudarsono, Kenakalan Remaja, PT. Rineka Cipta, 2004 Cet.4 h.124 berperan seperti orang tua yang seharusnya. Mereka hanya menyediakan materi dan sarana serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan kebutuhan batinnya. Orang tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh yang baik bagi anak. Apabila anak tidak merasa aman dan nyaman dengan lingkungannya sehingga mencari lingkungan yang lain yang membuatnya merasa “diterima”, dan justru mengarah ke hal-hal yang negatif, siapa yang bertanggung jawab? Berdasarkan fenomena diatas, penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai peran orang tua dalam memberikan pendidikan agama anak usia remaja serta pengaruh yang ditimbulkannya, hingga usaha penaggulangan yang dilakukan pihak keluarga terhadap kenakalan remaja. Oleh karena itu skripsi ini penulis beri judul: “Pengaruh Pendidikan Agama dalam Lingkungan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja Di SMA Negeri 10 Tangerang Selatan”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: a. Bagaimana pendidikan agama dalam keluarga? b. Bagaimana kenakalan remaja? c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kenakalan remaja? d. Bagaiamana penanggulangan terhadap kenakalan remaja? e. Adakah hubungan antara pendidikan agama di dalam lingkungan keluarga dengan kenakalan remaja? f. Adakah pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kenakalan remaja?

2. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan penulisan dan luasnya permasalahan yang hendak dibahas, dan untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah, oleh karena itu penulis perlu membatasi masalah sebagai berikut: a. Pendidikan agama dalam keluarga maksudnya adalah pendidikan agama Islam yang dibatasi oleh keimanan, ibadah, akhlak. b. Orang tua yang dimaksud adalah orang tua yang mamiliki tanggung jawab utama pada anak-anakanya. c. Kenakalan remaja yang dimaksud adalah pelanggaran terhadap norma-norma agama dan hukum yang berlaku di sekolah dan masyarakat, siswasiswi kelas XI SMA Negeri 10 Tangerang Selatan d. Remaja yang dimaksud adalah siswasiswi kelas XI SMA Negeri Tangerang Selatan.

3. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: a. Bagaimana peran pendidikan agama dalam keluarga? b. Bagaimana kenakalan remaja? c. Adakah pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama dalam keluarga dengan kenakalan remaja?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui pendidikan agama dalam keluarga Siswa SMA Negeri10 Tangerang Selatan b. Untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja Siswa SMA Negeri 10 Tangerang Selatan

Dokumen yang terkait

ANALISIS TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN11 TANGERANG SELATAN

0 3 108

Pengaruh bimbingan konseling Agama Islam dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA negeri 3 Kota Tangerang selatan

6 51 146

Pengaruh pendidikan agama islam dalam keluarga terhadap perkembangan jiwa remaja" (kasus di majlis ta'lim baitul makmur rt 01 kelurahan ketapang tangerang)

0 6 106

Pengaruh Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 7 Tangerang Selatan

0 5 91

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGELOLAAN KENAKALAN REMAJA Peran Guru Bimbingan Konseling Dan Guru Pendidikan Agama Dalam Pengelolaan Kenakalan Remaja Di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.

0 1 11

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA DALAM PENGELOLAAN KENAKALAN REMAJA Peran Guru Bimbingan Konseling Dan Guru Pendidikan Agama Dalam Pengelolaan Kenakalan Remaja Di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan.

0 2 22

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Di Desa Kedunglengkong, Simo, Boyolali.

0 1 15

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Di Desa Kedunglengkong, Simo, Boyolali.

0 2 12

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMA AL ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20072008

0 0 19

View of PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA

0 1 14