2 Pembawaan yang negatif dan sukar untuk dikendalikan 3 Pemenuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja.
4 Lemahnya kemampuan pengawasan diri sendiri serta sikap menilai terhadap keadaan sekitarnya yang negatif.
5 Kurang mampu mengadakan penyesuaian diri dengan lingkungan yang baik. 6 Tidak mempunyai kegemaran hobby yang sehat
7 Perasaan rendah diri dan rasa tertekan yang tidak teratasi. b. Faktor eksternal: adalah hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan remaja
yang bersumber dari luar pribadi remaja yang bersangkutan yaitu lingkungan sekitar atau keadaan masyarakat. Adapun faktor-faktor eksternal meliputi:
1 Rasa cinta dan perhatian yang kurang terutama dari orang tua, keluarga dirumah, dan guru sekolah serta teman sebaya.
2 Kegagalan pendidikan atau pendidikan agama pada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat.
3 Pengawasan yang kurang dari orang tua atau wali, guru, dan pemerintah. 4 Menurunnya wibawa orang tua atau wali, guru, dan pemerintah.
5 Kurangnya penghargaan terhadap remaja oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
6 Kurangnya saran-saran dan pengarahan serta kurangnya pemanfaatan waktu senggang remaja.
7 Cara-cara pendekatan yang tidak sesuai dengan perkembangan remaja oleh orang tua, guru, dan pemerintah.
8 Cara-cara pendekatan terhadap remaja yang tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat.
9 Terbukanya kesempatan terhadap minat buruk bagi remaja untuk berbuat nakal.
Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kemungkinan kenakalan remaja itu sebagian besar berasal dari keluarga, karena sejak kecil anak
dibesarkan oleh keluarga dan untuk seterusnya, bahkan sebagian besar waktunya adalah dalam lingkungan keluarga.
6. Usaha Penanggulangan Kenakalan Remaja
Kenakalan yang terjadi dalam masyarakat bukan suatu keadaan yang berdiri sendiri. Kenakalan tersebut timbul karena adanya beberapa sebab dan tiap-tiap
sebab dapat di tanggulangi dengan tindakan-tindakan tertentu, yang diantaranya ialah:
37
a. Tindakan Preventif
Yaitu segala tindakan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya kenakalan- kenakalan. Yang dimaksud dengan mencegah disini adalah usaha yang bersifat
sebelum terjadi ketidaksesuaian penderitaan pada si remaja. Hal ini dilakukan mulai anak sebelum meningkat pada masa remaja.
Usaha yang sifatnya preventif dapat dilakuan melailui pendidikan informal keluarga, pendidikan formal sekolah, atau juga melalui pendidikan non formal
masyarakat. 1.Pembinaan Pendidikan keluarga
a. Menghindari keretakan rumah tangga broken home atau broen family b. Menanamkan pendidikan agama yang sesuai dengan tingkat perkemangannya
misalnya, keimanan, akhlak, dan ibadah. c. Pemeliharaan hubungan kasih sayang yang adil dan merata, antara sesama
anggota keluarga. d. Pengawasan yang intensif terhadap gejala aktivitas yang dilakukan oleh anak-
anak untuk menekan kemungkinan berperilaku yang negatif. e. Pemberian kesibukan yang bermanfaat dan tanggung jawab
f. Pembagian peranan dan tanggung jawab diantara para anggota keluarga.
2. Pembinaan pendidikan formal sekolah a Mengintensifkan pendidikan agama
b Mengadakan pembenahan dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan c Penerapan metodologi mengajar dan belajar yang efektif, menarik minat dan
perhatian remaja, sehingga remaja belajar lebih aktif. d Dalam pelaksanaan kurikulum hendaknya memperharikan keseimbangan
aspek kognitif. Afektif, dan psikomotorik yang memadai.
37
Salihun. A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap ….,h. 90-98
e Peningkatan pengawasan dan disiplin terhadap tata tertib sekolah. f Mengadakan identifikasi dan bimbingan mengenahi bakat, minat dan
penyalurannya. g Melatih dan membiasakan anak untuk dapat bekerja sama, berorganisasi
dengan bimbingan guru melalui organisasi sekolah, misalnya OSIS dan lainnya.
3. Pembinaan Pendidikan Non formal Pembinaan-pembinaan kemasyarakatan dimaksudkan untuk mengisi waktu
senggang dengan kegiatan yang bermanfaat. Hal itu dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan pendidikan kepramukaan, penyuluhan mental agama, pendidikan
ketrampilan, pembinaan olahraga, usaha-usaha perluasan perpustakaan, palang merah remaja, dan lain sebagainya.
b. Tindakan Represif
Yaitu tindakan untuk menahan kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat. Ruang lingkup
tindakan reresif meliputi: 1 Razia terhadap tempat-tempat atau barang-barang yang dapat dijadikan tempat
atau alat berbuat nakal oleh para remaja. 2 Penyidikan atau pengusutan dan pemeriksaan terhadap remaja yang berbuat
nakal. 3 Penahanan sementara untuk kepentingan pemeriksaan dan perlindungan bagi
remaja.
4 Penuntutan peradilan terhadap perkara yang melanggar.
c. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
Tindakan ini merupakan pembinaan khusus untuk memecahkan dan menanggulagi problema kenakalan remaja. Pembinaan khusus memberikan kesan
yang baik, bahwa seorang remaja itu di perbaiki dan diberikan dorongan, kesempatan dan fasilitas untuk menjadi baik kembali sesudah melakukan sesuatu
yang dianggap tidak wajar atau tercela. Pembinaan khusus diartikan sebagai kelanjutan usaha atau daya upaya untuk
memperbaiki kembali sikap dan tingkah laku remaja yang melakukan kenakalan