Peluang Identifikasi Peluang dan Ancaman pada PT. KPBN

87 dan keterbatasan masing-masing sehingga sistem dan pola kerjasama yang proposional akan memberikan keuntungan tersendiri bagi setiap perusahaan.

5.4. Identifikasi Peluang dan Ancaman pada PT. KPBN

Lingkungan eksternal perusahaan meliputi peluang dan ancaman. Berikut ini adalah hasil identifikasi analisis lingkungan eksternal pada PT. KPBN

5.4.1. Peluang

Faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang pada PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara sebagai berikut : 1. Potensi Industri CPO Indonesia Masih Sangat Besar Perkembangan luas areal kelapa sawit dalam 20 tahun terakhir menunjukan bahwa industri kelapa sawit masih menjanjikan keuntungan ekonomis. Luas kebun sawit nasional pada tahun 1990 tercatat sebesar 1.126.677 Ha, pada tahun 2000 sebesar 4.158.077 Ha, dan pada tahun 2010 tercatat sebesar 7.824.623 Ha. Total luas kebun tersebut 3.314.663 Ha terdiri dari milik rakyat, 616.575 Ha milik negara dan 3.893.385 Ha milik swasta Ditjenbun, 2009:4. Menurut Miranti 2010:10 Indonesia memiliki peluang yang jauh lebih besar dibanding pesaing utamanya Malaysia untuk meningkatkan perannya di pasar global CPO. Pertama, Indonesia masih memiliki sejumlah besar lahan yang cukup luas yang dapat digunakan untuk pengembangan tanaman kelapa sawit. Setidaknya terdapat sekitar 24,5 juta hektar lahan yang masih tersisa yang sesuai untuk kelapa sawit di Indonesia dari seluruh areal yang potensial untuk kelapa sawit yang mencapai 32 juta hektar lahan. Total luas lahan tersebut, sekitar 10,3 88 juta hektar terdapat di Kalimantan, 7,2 juta hektar di Sumatera, dan 6,3 juta hektar di Papua. Sisanya terdapat di Sulawesi dan Jawa. Pemerintah juga telah menyiapkan dana Rp 25,5 triliun untuk program revitalisasi perkebunan rakyat termasuk kelapa sawit. Kedua, Indonesia masih memiliki peluang yang cukup besar untuk meningkatkan produksi melalui peningkatan produktivitas tanaman. Hingga saat ini tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit Indonesia secara rata-rata masih relatif rendah yakni berkisar antara 4 hingga 4,2 ton per hektar dalam kurun waktu 2004-2008. Padahal, perkebunan kelapa sawit Malaysia telah memiliki produktivitas rata-rata 6,8 ton hingga 7,75 ton per hektar dalam kurun waktu yang sama. Rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit Indonesia disebabkan sekitar 41 persen dari perkebunan kelapa sawit Indonesia merupakan perkebunan rakyat yang dikelola secara tradisional. Ketiga, belum berkembangnya industri turunan kelapa sawit terutama untuk industri shortening dan oleochemical di Indonesia sebagaimana di Malaysia. Ini memberikan peluang kepada pelaku industri untuk lebih mengembangkan lagi industri turunan kelapa sawit yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai tambah produk sawit ke luar negeri maupun di dalam negeri. Saat ini sekitar 80 persen produk sawit Indonesia yang di ekspor ke luar negeri berupa produk CPO dan hanya 20 persen yang produk turunan. Sementara di Malaysia hanya 20 persen ekspor sawitnya yang berupa CPO dan 80 persen lainnya berupa produk turunan CPO. 89 Keempat, tersedianya produsen benih kelapa sawit yang berkualitas dan bersertifikasi di dalam negeri yang dapat memenuhi kebutuhan benih sawit di dalam negeri. Setidaknya saat ini terdapat 8 produsen benih kelapa sawit di Indonesia dengan total kapasitas produksi mencapai 215 juta benih kecambah pada 2009. Produsen benih sawit ini bahkan siap mengekspor 20 juta kecambah benih sawit ke sejumlah negara. Jaminan ketersediaan benih bermutu tinggi merupakan hal penting untuk menjamin keberlangsungan industri kelapa sawit di Indonesia. Kelima, cenderung meningkatnya peran Indonesia baik sebagai produsen maupun eksportir CPO dunia merupakan indikasi semakin diperhitungkannya Indonesia sebagai produsen dan eksportir CPO dunia, sehingga memperbesar peluang Indonesia di pasar global minyak sawit di masa-masa mendatang. 2. Penduduk Indonesia yang Terus Bertambah Dampak dari pertumbuhan penduduk yang pesat ini adalah tingginya kebutuhanpermintaan penduduk akan kebutuhan pokokkebutuhan primernya yakni diantaranya adalah minyak makan yang berbahan dasar CPO baik itu berbentuk minyak goreng, margarin maupun yang bahan turunan lainnya yang berbasis CPO seperti industri barang jadi : kue, roti, biskuit, coklat, es krim, tepung, mie instan dan seterusnya. Kemudian dari sisi non pangan yang merupakan kebutuhan masyarakat luas yang juga berbahan dasar CPO adalah industri kosmetik : sabun, krim lotion, shampoo. Industri farmasi : vitamin A dan E. Industri pabrik logam : minyak pelumas, bahan pengapung tinta cetak, lilin, krayon dan sebagainya Pahan, 2008:22. 90 3. Permintaan dan Pasar CPO Dunia yang Terus Meningkat Menurut Pahan 2008:30 faktor-faktor yang memengaruhi volume permintaan CPO di pasar domestik dan dunia sebagai berikut : a. Pertambahan penduduk dan pertumbuhan gross domestic bruto GDP. b. Kepentingan politik masing-masing negara. c. Letak geografis suatu negara dan biaya transportasi CPO ke negara tersebut. d. Tingkat subtitusi produk. Konsumen terbesar dunia saat ini adalah China, India dan Uni Eropa. Seiring dengan peningkatan konsumsi per kapita minyak makan di China dan India yang disertai dengan peningkatan jumlah penduduknya merupakan pasar utama minyak makan dunia. Selain itu peluang yang tak kalah besarnya adanya pengembangan biofuel dan bioenergi yang berbasiskan minyak nabati terutama dari CPO juga akan membuat industri minyak sawit akan terus tumbuh secara signifikan. Sebagai produsen utama di tengah konstelasi industri minyak sawit dunia, maka sudah seharusnya industri minyak sawit Indonesia ditata agar dapat secara optimal dimanfaatkan berbasiskan sumber daya yang ada. 4. Kebijakan Pemerintah PT. KPBN adalah perusahaan BUMN yang dimiliki oleh pemerintah dan di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara BUMN. Pembentukan PT. KPBN merupakan hasil kebijakan kementrian BUMN yang mendesak seluruh BUMN perkebunan mengikuti kebijakan pemerintah yang akan membentuk induk usaha holding BUMN perkebunan dalam segala aspeknya termasuk dalam 91 pemasaran. Oleh karena itu PT. KPBN didirikan untuk menjadi pusat perdagangan dan pemasaran hasil produksi PTPN seluruh Indonesia. 5. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Masa globalisasi dan era perdagangan bebas saat ini membuat lingkungan yang harus dihadapai oleh suatu perusahaan semakin kompleks serta semakin sukar untuk diramalkan. Hal itu disebabkan oleh perkembangan teknologi yang semakin cepat, pergeseran pada ekonomi digital dan e-commerce. Semua itu membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tinggi. Pasar yang terpecah belah dalam cakupan geografi yang luas sehingga menuntut spesialisasi bidang yang jelas. Perbaikan-perbaikan dan inovasi-inovasi wajib dilakukan oleh setiap perusahaan untuk mendapatkan keunggulan bersaing serta ditambah lagi dengan munculnya industri-industri lain yang tentu saja meningkatkan intensitas persaingannya semakin besar. Hal ini merupakan ancaman sekaligus peluang yang harus diatasi oleh PT. KPBN khususnya dalam pengembangan sistem dan jaringan pemasaran di dalam dan luar negeri. 6. Kepercayaan dan Hubungan dengan Pelanggan Proses bisnis PT. KPBN sangat memperhatikan costumer satisfication yaitu kepuasan pelanggan, service dan pelayanan kepada konsumen. Konsumen adalah prioritas, sehingga hubungan dan kepercayaan antara perusahaan terhadap konsumennya selama ini berjalan dengan baik. 92

5.4.2. Ancaman