11
Tabel 3. Produksi Minyak Kelapa SawitCPO di Indonesia dalam ton. TAHUN
RAKYAT NEGARA
SWASTA TOTAL
2005 4.500.769
1.449.254 5.911.592
11.861.615 2006
5.783.088 2.313.729
9.254.031 17.350.848
2007 6.358.389
2.117.035 9.189.301
17.664.725 2008
6.923.042 1.938.134
8.678.612 17.539.788
2009 7.247.979
1.961.813 9.431.089
18.640.881 2010
7.774.036 2.089.908
9.980.957 19.844.900
Sumber : Ditjenbun 2009 : 4 Ket : sementara, Estimasi
Produksi CPO Indonesia dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang cukup drastis. Tabel 3 menjelaskan bahwa peningkatan total produksi CPO
dari tahun 2005-2010 adalah sebesar 67,3 persen yaitu dari total produksi sebesar 11.861.615 ton menjadi 19.844.900 ton. Peningkatan untuk perkebunan rakyat
sendiri sebesar 72,7 persen, perkebunan negara sebesar 44,2 persen, dan untuk perkebunan swasta adalah sebesar 68,8 persen.
Berkembangnya subsektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif.
Terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dan pembukaan areal perkebunan besar swasta
baru Fauzi, 2006:5.
2.1.2. Prospek dan Daya Saing CPO Indonesia
Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup
cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya menjadi primadona penyumbang devisa non migas yang termasuk tiga
besar selain karet dan kopi. Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati
12
yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain.
Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, atau bahkan tanpa kolesterol Fauzi, 2006:7.
Prospek pasar bagi produk olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Indonesia sebagai negara tropis memiliki lahan yang cukup luas sehingga berpeluang besar untuk mengembangkan
perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal asing maupun skala perkebunan rakyat Sastrosayno, 2006:3.
2.1.3. Keunggulan CPO
Menurut Departemen Perindustrian 2007:21, berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa CPO memiliki keunggulan dengan minyak nabati lainnya.
Beberapa keunggulan CPO antara lain adalah : 1.
Tingkat efesiensi CPO tinggi sehingga mampu menempatkan efisiensi CPO menjadi sumber minyak nabati termurah.
2. Produktivitas CPO tinggi yaitu 3,2 tonHa, sedangkan minyak kedelai, lobak,
kopra, dan minyak bunga matahari masing-masing 0,34, 0,51, 0,57, dan 0,53 tonHa.
3. Sifat intergeable-nya cukup menonjol dibanding dengan minyak nabati
lainnya, karena keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan baik dibidang pangan maupun non pangan.
13
4. Sekitar 80 dari penduduk dunia, khususnya di negara berkembang masih
berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita untuk minyak dan lemak terutama minyak yang harganya murah yaitu CPO.
5. Terjadinya pergeseran dalam bidang industri yang menggunakan bahan baku
minyak bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu oleokimia yang berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara maju
seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa Barat. Manfaat lain dari proses industri CPO menurut Departemen Perindustrian
2007:21 antara lain adalah: 1.
Sebagai bahan bakar alternatif Biodisel 2.
Sebagai nutrisi pakanan ternak cangkang hasil pengolahan 3.
Sebagai bahan pupuk kompos cangkang hasil pengolahan 4.
Sebagai bahan dasar industri lainnya industri sabun, industri kosmetik, industri makanan
5. Sebagai obat karena kandungan minyak nabati berprospek tinggi
6. Sebagai bahan pembuat batang dan pelepah particle board.
2.1.4. Penawaran dan Permintaan CPO