92
5.4.2. Ancaman
Faktor-faktor strategis yang menjadi ancaman pada PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara berdasarkan identifikasi pada lingkungan internal
perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Fluktuasi Kondisi Perekonomian Global
Kelapa sawit yang sudah menjadi komoditi dunia sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global. Contohnya pada tahun 20082009 yang lalu ketika
krisis keuangan global sangat berdampak pada harga CPO di pasar dunia, tercatat pada bulan Juni 2008 lalu ketika harga CPO mencapai 1100 US ton. Tidak
berselang lama setelah peningkatan harga CPO yang meroket, krisis global menghantam harga CPO anjlok menjadi 498 USton. Kondisi ini menandakan
bahwa harga CPO dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah fluktuasi US, pergerakan bursa pasar berjangka, dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
2. Kenaikan Harga Minyak Goreng Dampak adanya kenaikan harga barang kebutuhan pokok hampir
dirasakan oleh setiap perusahaan, karena akan berimbas pada kenaikan harga barang-barang lainnya. Naiknya biaya produksi dan transportasi serta menurunnya
daya beli masyarakat. Hal ini juga berdampak pada PT. KPBN yang langsung terkait dengan kepentingan stok CPO sebagai bahan dasar pembuatan minyak
goreng yang selama ini menjadi konsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia dan sudah menjadi bagian dari sembilan kebutuhan dasar. Dampak yang terjadi
adalah pemerintah dalam hal ini akan mengintervensi untuk tidak melakukan
93
ekspor dan menurunkan harga jual CPO, sehingga dapat menyeimbangkan supply- demand
minyak goreng dalam negeri. 3. Perdagangan Bebas
Sistem perdagangan bebas pada intinya adalah tidak adanya hambatan dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang
berada di negara yang berbeda yang sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan yang diterapkan pada barang ekspor impor. Menurut Halwani
2005:297 perdagangan bebas dapat menjadi ancaman bagi pemerintah maupun kalangan swastanya jika tidak memiliki persiapan yang matang dalam
menghadapinya. Liberalisasi dan perdagangan bebas dapat menimbulkan serious domestic injury
yang ditandai dengan tersingkirnya kekuatan-kekuatan ekonomi domestik akibat adanya saingan dari produk-produk luar negeri.
4. Adanya Isu Global Warming Adanya isu global warming atau pemanasan global berdampak kepada
industri kelapa sawit didalam negeri. Isu yang dilontarkan adalah penebangan hutan dan konversi lahan dari hutan tropis menjadi perkebunan kelapa sawit.
Ancaman ini berlaku kepada para pelaku bisnis kelapa sawit di dalam negeri yang terancam dijadikan kambing hitam akan hal ini. Padahal penggunaan dan
peruntukan lahan yang seimbang adalah kunci dari permasalahan tersebut. Peningkatan jumlah manusia juga membutuhkan pasokan dan konsumsi dari
hasil-hasil alam tersebut.
94
5. Black Campaign Mengenai Minyak Kelapa SawitCPO Indonesia Kampanye gelap akan produk CPO sangat terkait dengan politik
internasional. Menurut Pahan 2008:31, negara-negara konsumen CPO dan sekaligus juga merupakan produsen CPO ataupun produk lemak hewani lainnya
mempunyai kepentingan politik untuk memenuhi konsumsi rakyat dan melindungi produk dalam negeri. Seperti contohnya negera-negera Eropa EU-25 melakukan
subsidi bagi produk minyak canola dalam negeri dan kampenye negatif terhadap CPO dengan menyebarkan isu perusakan hutan hujan tropis, kepunahan orang
hutan dan lainnya. India dan China menetapkan bea masuk yang tinggi untuk melindungi produk minyak nabati dalam negeri. Kemudian dengan adanya
kampanye anti CPO yang dilakukan oleh American Soybean Association ASA yang menjurus pada tindakan diskriminatif dan penyebaran informasi yang
menyesatkan tentang CPO dan negara produsennya, dengan tujuan untuk memenangkan pasar minyak kedelai daripada minyak kelapa sawit.
6. Ketergantungan Terhadap PemasokSupplier PT. KPBN adalah perusahaan yang bertugas sebagai pemasar produk-
produk yang dihasilkan oleh PTPN di seluruh Indonesia. Oleh karena itu secara otomatis pemasok bagi perusahaan adalah PTPN dan dapat dikatakan tingkat
ketergantungan perusahaan sangatlah tinggi terhadap pemasoknya. Namun dalam perkembangan terjadinya transformasi dari KPB-PTPN menjadi PT. KPBN,
perusahaan merumuskan visinya menjadi trading house yang artinya akan menjadi pusat perdagangan komoditi Indonesia.
95
Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan untuk terus mengembangkan skala bisnisnya dengan bekerjasama dengan pihak-pihak lain.
Sebagai contoh pada tahun 2010 ketika perusahaan mulai terbentuk, PT. RNI juga sedang dalam proses untuk bergabung dengan PT. KPBN dalam aspek
pemasarannya. Oleh karena itu pada jangka panjang perusahaan tidak menutup kemungkinan akan bermitra dengan perusahaan-perusahaan lain.
7. Adanya Perusahaan Pesaing Persaingan dalam dunia bisnis sudah menjadi hal yang pasti ditemui,
untuk itu yang menjadi permasalahan adalah bagaimana menghadapi persaingan tersebut. Persaingan yang dihadapi PT. KPBN saat ini adalah dengan pihak
perusahaan-perusahaan swasta khususnya yang saat ini semakin bertambah dengan melakukan perluasan bisnisnya dibidang perkebunan kelapa sawit.
8. Adanya Produk Subtitusi Produk subtitusi dari CPO antara lain adalah : minyak kedelai, minyak biji
kapas, minyak bunga matahari, minyak canola, minyak zaitun, lemak hewani dan sebagainya. Penggunaan CPO untuk produk pangan bersaing dengan minyak
kedelai yang merupakan produk sampingan dari pembuatan tepung kedelai. Sementara untuk produk non pangan juga bersaing dengan asam lemak yang
dihasilkan dari lemak sapi tallow yang merupakan hasil sampingan dari produk daging Pahan, 2008:19. Oleh karena itu perkembangan minyak sawit dipasaran
secara luas juga dipengaruhi oleh produk produk tersebut.
96
5.5. Perumusan Alternatif Strategi Pemasaran