c. Sarana dan Prasarana
Kawasan Tangkahan yang berada di antara dua desa yaitu Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan berjarak lebih kurang 124 km dari Kota Medan, apabila jalan
melalui Tanjung Pura, sementara jika jalan pintas melalui Stabat dan Simpang Sidodadi, jaraknya lebih pendek menjadi 95 km.
Disamping itu jalur jalan melalui Medan-Stabat-Tanjung Pura yang lebih jauh, kondisinya lebih memadai dibanding jalur pintas memotong melalui Stabat-Simpang Sidodadi. Hampir sepanjang 50 km
jalan di jalur pintas memotong ini mengalami rusak yang cukup parah, terutama jalur di perkebunan karet. Walaupun mungkin saja kondisi ini perlu juga untuk tetap dibiarkan mengingat kawasan
Tangkahan memang direncanakan sebagai kawasan ekowisata. Hanya saja mungkin perlu dibenahi sedikit untuk mengantisipasi keamanan dan menambah eksotiknya suasana perjalanan menuju kawasan
Tangkahan yang sangat menarik. Akan halnya kondisi jalanan yang sangat cukup memprihatinkan ini, terungkap juga keresahan
maupun keluhan dari masyarakat lokal terutama komunitas yang tergabung di dalam Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT yang secara sabar dan tekun terus berupaya mengelola dan
mempopulerkan kawasan ekowisata Tangkahan keluar bahkan ke mancanegara. Masyarakat di kawasan Tangkahan sebenarnya telah lama mengeluhkan kondisi jalan yang tidak memadai ini kepada
pemerintah Kabupaten. Keluhan ini sebenarnya bukan hanya mereka kaitkan dengan keberadaan daerah tujuan ekowisata, namun lebih banyak disebabkan karena memang kebutuhan mereka terhadap
kelancaran hubungan keluar-masuk penduduk dari desa ke desa maupun antar Kecamatan. Masyarakat
Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008
setempat sangat tidak merasakan perhatian serius dari pemerintah Kabupaten terhadap keluhan yang mereka sampaikan dari tahun ke tahun sampai saat ini.
Hal senada juga dikemukakan oleh komunitas Lembaga Pariwisata Tangkahan, bahwa mereka pada akhirnya sangat pesimis kalau pihak pemerintah Kabupaten memang tidak akan memberi
perhatian bagi pengembangan sarana dan prasarana bagi asksesibilitas menuju kawasan ekowisata Tangkahan.
Dari wawancara maupun diskusi yang dilakukan terungkap pula sikap arogan aparat pemerintahan Kabupaten terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh LPT. Pernah aparat Kabupaten
tanpa pendekatan maupun pemberitahuanmusyawarah melakukan pemancangan papan pengumuman mengenai peraturan-peraturan daerah yang berhubungan dengan daerah tujuan wisata. Peraturan-
peraturan tertulis yang dipancangkan di jalan depan gerbang menuju lokasi kawasan wisata tersebut semuanya bermuara pada masalah yang berhubungan dengan pengutipan retrebusi. Malah kepada
pengurus LPT pihak aparat pemerintah Kabupaten memberi perintah untuk setiap tahunnya membayar uang sewa pengelolaan kawasan sebesar yang ditentukan sepihak oleh pemerintah Kabupaten. Memang
sampai saat ini semua perintah berdasarkan PERDA tersebut tidak dapat terlaksana mengingat LPT memang tidak memiliki dana sebagaimana diharuskan pihak pemerintah Kabupaten. Sisi negatif dari
keadaan ini menurut masyarakat pada akhirnya pun pihak pemerintah Kabupaten tidak bersedia memberi perhatian bagi upaya pengembangan kawasan wisata tersebut. Ironisnya pula, masyarakat dan
komunitas Lembaga Pariwisata Tangkahan sampai-sampai merasakan bahwa mereka sekarang lebih nyaman berada di bawah binaan dan perlindungan berbagai LSM lokal maupun asing yang memang
kerap memberi pencerahan bagi aktifitas kehidupan mereka sehari-hari. Sarana transportasi umum menuju Tangkahan selama ini masih dilayani oleh satu perusahaan
bus umum yakni Pembangunan Semesta, yang memang membuka trayek Medan-Tangkahan setiap hari. Namun trayek ini hanya sampai di Dusun Titi Mangga, Desa Namo Sialang, selanjutnya perjalanan ke
Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008
Tangkahan harus menggunakan ojek, dan jalur jalan yang ditempuh masih berupa jalan batukrikil pengerasan.
Transportasi lain yang terdapat di kawasan untuk menjangkau Tangkahan ialah dengan cara menyebrangi sungai Batang Serangan. Sarana trasnportasi ini dinilai sangat terbatas, dan biasanya
dilakukan dengan getekrakit yang terbuat dari bambu, atau juga perahu yang sangat sederhana dan terlihat sudah berumur. Apabila sungai Batang Serangan banjir maka penyeberangan tidak dapat
dilakukan. Akomodasi penginapan di kawasan Tangkahan juga masih terasa sangat terbatas. Baru
terdapat dua penginapan yakni : Bamboo River, dengan kapasitas enam kamar double, dengan fasilitas kamar mandi di dalam, serta Alex’s House dengan kapasitas delapan kamar. Di penginapan Bamboo
River Lodge yang dinilai lebih baik dibanding Alex’s House, juga terdapat sebuah restoran. Kedua penginapan tersebut berada di lokasi seberang sungai dan jika sungai dalam keadaan sedang banjir
maka alternatif penginapan berpindah ke rumah penduduk di Dusun Kuala Buluh.
Gambar 11 : Salah satu Akomodasi Pemondokan di Tangkahan Sumber : LPT
Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008
Salah satu sarana yang dinilai tidak memadai adalah telekomunikasi. Padahal sarana ini merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi wisatawan. Oleh karena itu aspek ini sangat perlu
mendapat perhatian serius. Sebagaimana kenyataan di lapangan, sarana telekomunikasi terdekat dengan kawasan wisata
terdapat di desa dengan menggunakan jasa peneydia saluran telepon dari TELKOM dengan menggunakan sistem telepon satelit. Jarak yang harus ditempuh dari kawasan wisata ke desa tempat
Wartel Telkom adalah lebih kurang lima puluh menit perjalanan berkendaraan. Akan halnya pengunaan telepon genggam dari berbagai pengelola saluran, maka sinyal terakhir
hanya didapatkan di daerah Tanjung Pura atau Stabat. Di luar kedua daerah ini dan menuju ke kawasan Tangkahan sinyal telepon genggam tidak akan pernah ada.
Sarana kesehatan
yang sebenarnya
merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan suatu kawasan obyek wisata Tangkahan sampai saat ini dinilai juga masih sangat tidak memadai. Desa
Namo Sialang hanya memiliki satu Puskesmas, satu orang mantri dan dua toko obat, sementara Desa Sei Serdang hanya memiliki dua Puskesmas dan satu orang mantri.
Keadaan ini menyebabakan masyarakat belum mendapatkan fasilitas yang lebih baik bagi peningkatan kesehatan. Sebuah rumah sakit memang dimiliki oleh Swasta yakni rumah sakit PTP N II
yang harus ditempuh dalam waktu lebih satu jam perjalanan dengan kendaraan bermotor apabila sangat dibutuhkan.
Sarana kesehatan yang sangat tidak memadahi ini kiranya perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius, sebagai antisipasi mencegah terjadinya hal-hal yang berhubungan dengan tindakanusaha
pertolongan pertama. Harapan adanya perhatian yang serius terhadap peningkatan sarana dan prasarana kesehatan lebih jauh sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat agar dapat terwujud masyarakat yang sehat jasmani dan rohani dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja untuk mengisi pembangunan nantinya.
Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008
d. Potensi Kepariwisataan