Kelembagaan dan SDM GAMBARAN UMUM KAWASAN

lingkungan yang membentuk Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT yang kemudian mengelola kawasan sebagai objek wisata.

f. Kelembagaan dan SDM

Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT adalah sebuah lembaga masyarakat lokal yang dibentuk berdasarkan kesepakatan bersama masyarakat desa Namo Sialang dan masyarakat Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan. Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT dibentuk atas dasar kesadaran masyarakat untuk bisa memperoleh kegiatan yang bermanfaat sebagai salah satu solusi alternatif peningkatan sektor ekonomi keluarga. Sebagaimana diketahui sebelum tahun 2000 sebenarnya kegiatan perburuan dan penebangan kayu secara liar juaga terjadi di kawasan Tangkahan dan Taman Nasional Gunung Leuser. Melihat keadaan kegiatan liar ini beberapa aktifis lingkungan mempelopori pendekatan kepada masyarakat serta memberi motifasi agar perburuan dan penebangan kayu secara liar ini dihentikan. Masyarakat malahan diajak untuk sama-sama menjaga kawasan dari intervensi pihak luar bagi kegiatan pembalakkan yang dapat menimbulkan bencana dan malapetaka sembari mengajak masyarakat memikirkan dan memusyawarahkan alternatif kegiatan. Oleh karena itulah pada tanggal 20 April 2001 masyarakat dan aktifis-aktifis lingkungan sepakat membentuk Lembaga Pariwisata Tangkahan yang bertujuan untuk merencanakan dan mengelola kawasan Tangkahan sebagai objek ekowista. Gerakan alternatif ini mereka harapkan untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan memberi solusi bagi permasalahan yang ada, yakni di satu sisi sebagai upaya pelestarian hutan dan Taman Nasional Gunung Leuser, dan di sisi lain dalam rangka pemberdayaan dan penguatan perekonomian masyarakat lokal. Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT menetapkan pengembangan Tangkahan sebagai objek ekowisata karena mereka berkeyakinan bahwa kegiatan ekowisata akan mampu mengajak dan melibatkan semua pihak untuk bekerja sama, mengedepankan sisi kemanusiaan, memelihara dan meningkatkan aspek sosial dan budaya masyarakat. Sejak tahun 2001 semakin nyatalah peran Lembaga Pariwisata Tangkahan ini dalam upaya pengembangan kawasan tersebut sebagai objek ekowisata di samping upaya pengkonservasian. Mereka kemudian membentuk beberapa divisi untuk operasional kegiatan, serta mendirikan sekretariat yang salah satu fungsinya untuk mendokumentasikan segala kegiatan yang pernah dilakukan yang berhubungan dengan Tangkahan. Di samping itu LPT juga mendidik anggotanya sebagai pemandu- pemandu wisata maupun tim penyelamat SAR yang siap membantu dan mengawasi segala kegiatan yang berhungan dengan aktivitas ekowisata, dan juga menjalin hubungan kemitraan dengan LSM lokal maupun internasional, serta upaya promosi melalui pameran, kegiatan seminar, promosi melalui media cetak dan televisi maupun melalui internet yang dapat diakses secara luas. Lembaga Pariwisata Tangkahan yang setiap tahunnya mengadakan kongres rakyat di kawasan tersebut juga terus melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga lain yang ada di tingkat desa seperti dengan ormas-ormas lokal, organisasi kepemudaan lokal, kerukunan warga-warga adat Karo, kerukunan adat Jawa, persatuan gereja, persatuan remaja mesjid, perwiritan, maupun lembaga pemberdayaan masyarakat desa, dengan ibu-ibu PKK dan Badan Penasihat Desa. Perlu pula diinformasikan pada tahun 2006 ini Lembaga Pariwisata Tangkahan melakukan kerja sama dengan pihak INDECON untuk mendidik dan melatih masyarakat setempat dalam kegiatan industri rumah tangga pembuatan kerajinansouvenir sebagai salah satu upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Pelatihan yang dipandu oleh instruktur kerajinan dari daerah Yogyakarta ini khusus didatangkan kekawasan Tangkahan untuk memahami kondisi sosial-budaya masyarakat sebagai upaya apresiasi untuk membangun inspirasi masyarakat mengekspresikan gagasan dan ide-idenya melalui seni Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 kerajinansouvenir untuk meningkatkan daya tarik kawasan. LPT tidak menutup kemungkinan untuk bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain yang telah ada di desa untuk bersama-sama meningkatkan kapasitas masyarakat dan juga kesejahteraan. BAB V Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 ANALISIS PENGEMBANGAN DAN PAKET WISATA BERBASIS KOMUNITAS Pariwisata merupakan industri tercepat dan terbesar yang mengalami pertumbuhan. Menurut data yang dihimpun oleh Kementrian Kebudayaan Dan Pariwisata Repiblik Indonesia, tercetat pengeluaran dibidang pariwisata pada tahun 2000 mencapai 4,2 triliun dollar Amerika . Pariwisata juga merupakan salah satu industri terbesar yang menyediakan lapangan pekerjaan yaitu sekitar 10 dari seluruh pekerjaan ditingkat global Mc. Loren , dalam Rethiaking Tourism and Ectroravel, 1998, dan WTO juga memperhitungkan wisata alam berkembang hingga 7 dari seluruh perjalanan wisata internasional.Linberg dalam : Ecotourism : A Guide for Planner and Manager , Vol 2 , 1997 The World Resources Institute 1990 menyatakan ketika perkembangan pariwisata secara umum tumbuh hingga 4, wisata alam tumbuh 10-30 pertahunnya. Data penunjang mengenai tingkat pertumbuhan ini diperoleh dari survei mengenai tour operator di wilayah Asia Pasifik yang mengalami tingkat pertumbuhan pertahun 10-25 dalan tahun-tahun terakhir ini. WTO dalam Yearbook of Tourism Statistic 1998 menyatakan bahwa ekowisata dan semua kegiatan wisata yang berhubungan dengan alam diperkirakan tumbuh sekitar 20 dari total perjalanan internasional. Jumlah ini belum termasuk wisatawan domestik yang melakukan perjalanan ke alam. Para ekotouris berdasarkan hasil survey di negara-negara beriklim tropis seperti di negara kita, menunjukkan bahawa mereka adalah orang-orang berpendidikan 82, 50 melakukan perjalanan antara 8-14 hari, bersedia membayar tinggi untuk memuaskan keingintahukan tentang alam, satwa, tumbuhan maupun budaya serta mendapatkan pengalaman yang orisinal. Melihat profil ekotouris dan jenis kegiatan yang diinginkan, maka pangsa pasar ekowisata Indonesia sangat terbuka dan memiliki peluang besar untuk bersaing di tingkat regional. Indoneia merupakan negara “ Megadiversity” yang memiliki keanekaragaman hayati dan tingkat endemisitas yang tinggi, memiliki potensi pariwisata yang sangat besar. Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 Dalam rangka memanfaatkan seluruh potensi tersebut secara optimal sebagai daya tarik utama pariwisata, maka perlulah dilakukan perencanaan-perencanaan pengembangan kepariwisataan dengan lebih terarah. Yoeti 1997 mengemukakan bahwa perencanaan pariwisata hendaknya harus sejalan dengan sasaran yang hendak dicapai. Keputusan pertama yang harus diambil oleh suatu daerah ialah apakah sudah ada kesepakatan antar pemukanpejabat setempat bahwa daerah itu akan dikembangkan menjadi suatu obyek wisata atau suatu daerah tujuan wisata. Kalau demikian halnya, apakah manfaat dan keuntungan langsung bagi penduduk si sekitarnya sehingga pengembangan pariwisata selanjutnga akan mendapat dukungan dari masyarakat banyak. Menurut Nasikun 1999 dalam pembangunan pariwisata berbasis komunitas, keterlibatan komunitas di dalam perencanaan dan pengedalian pelaksanaan pembangunan pariwisata merupakan syarat yang paling esensial. Sementara Pitana 1999 menyatakan bahwa agar masyarakat dapat secara langsung berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan kepariwisataan maka jenis kepariwisataan yang harus dikembangkan adalah pariwisata kerakyatan. Partisipasi harus diartikan sebagai keterlibatan secara aktif dalam setiap proses, mulai dari perencanaan, penetuan rancangan, pelaksanaan sampai dengan pengawasan dan penikmatan hasilnya. Kebijakan pembangunan kepariwisataan pada masa-masa yang lalu yang mengacu kepada pendekatan advocancy yaitu pendekatan yang lebih berorientasi pada keuntungan ekonomi, telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bahwa pariwisata tidak saja membawa berkah, tetapi juga musibah. Kenikmatan meraup dollar bagi semua pihakinsan pariwisata kerap juga disertai dengan kerugian-kerugian sosial budaya, bahkan juga lingkungan. Oleh karena itulah perencanaan pengembangan pariwisata ke depan haruslah dilandasi oleh tiga aspek pokok yang paling mendasar yakni aspek lingkungan eco, aspek manusia atau masyarakat socio, dan aspek budaya cultural. Ketiga aspek tersebut haruslah merupakan suatu kesatuan integral dan memiliki hubungan timbak balik Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 yang saling mempengaruhi. Berdasarkan ketiga aspek pokok itu pulalah maka potensi yang dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan ekowisata di kawasan Tangkahan, Kabupaten Langkat meliputi berbagai jenis potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusaia dan sumberdaya budaya. Disamping itu, masyarakat setempat di kawasan Tangkahan merupakan pemegang hak atas kekayaan sumberdaya alam dan budaya setempat merupakan pula pemegang peran sentral dalam pegembangan dan pengelolaan kepariwisataan. Oleh karena itu diperlukan hubungan kerjasama dengan pihak-pihak pengusaha pariwisata yang berperan sebagai mitra usaha, serta peran fasilisator sekaligus kontrol dari lembaga-lembaga pemerintah. Dengan demikian pengembangan diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pemberdayaan masyarakat khususnya dalam hal pengelolaan sektor kepariwisataan, peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat, keberlanjutan konservasi bagi keberadaan potensi ekologis dan kelestarian keberadaan sistem sosial-budaya masyarakat setempat. Pengembangan ekowisata pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hubungan manusia, meningkatkan kualitas hidup penduduk setempat serta juga untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Dalam konteks pengembangan ekowisata di suatu kawasan maka kawasan tersebut mutlak harus memiliki sumberdaya kepariwisataan, karena seluruh sumberdaya tersebut merupakan potensi yang menjadi modal utama bagi pelaksanaan proses pengembangan objek wisata, dan sebaliknya pula berbagai sumberdaya tersebut hendaknya dapat pula diberdayakan agar memberikan manfaat bagi masyarakat setempat khususnya. Oleh karena itulah beberapa kriteria dalam pengembangan wisata alternatif harus menjadi perhatian utama, sebagaimana disampaikan O’Crady dalam Kodyat, 1997 : a. Decision making about the from of tourism in any place must be made in consultation with the local people and be acceptable to them. b. A reasonalble share of profits derived from tourism must return to the people Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 c. Tourism must be based on found enviromemtal and ecological principles, be sensitive to local culture and religious traditions and should not place any members of the host community in a position of inferioity. d. The mmbers of tourists visitins any area should not be such thay overwhelm the local population and dery the possibility of genuine human resource. Dalam paradigma pengembangan wisata alternatif masyarakat setempat harus dilibatkan sehingga kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat, sekaligus lingkungan alam dan budayanya akan lebih terjaga serta terpelihara kelestarian dan keberlanjutannya. Dengan pemberdayaan berbagai sumber budayawisatayang ada di daerahnya tersebut, maka pengembangan objek wisata diharapkan dapat memberi bentuk kepariwisataan yang lebih berkualitas, memberi kepuasan dan pengalaman serta memberi keuntungan kepada pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itulah diperlukan suatu perencanaan yang tepat dan akurat yang diharapkan untuk dapat menciptakan produk kepariwisataan yang berkualitas. Dalam pengembangan ekowisata pada suatu kawasan harus pula dipahami kondisi internal kawasan tersebut yang dapat diidentifikasi melalui data-data baik primer maupun sekunder, seperti kondisi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya budaya, yang merupakan tiga aspek modal utama pengembangan kawasan kepariwisataan, terutama bila dikaitkan dengan upaya pemberdayaanpengembangan masyarakat. Ekowisata sebagai salah satu bentuk pariwisata alternatif membutuhkan strategi yang tepat dalam perencanaannya agar sumberdaya alam dan sumberdaya budaya yang ada dapat dimanfaatkan dan diberdayakan secara seimbang. Sementara keterlibatan masyarakat setempat akan dapat dilakukan secara langsung dan aktif apalagi potensi masyarakat dengan segala kearifan tradisionalnya traditional knowledge dapat digali dimanfaatkan secara bijaksana. Kearifan tradisional sebagai bagian dari budaya masyarakat setempat sungguh dapat dijadikan sebagai pendukung dan daya tarik objek wisata di Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 Kawasan Tangkahan. Hal ini tentu sejalan dengan kemauan kita bahwa pariwisata dan budaya harus dapat berjalan seiring secara harmonis sebagai salah satu upaya penggalian tradisi sebagai sumberdaya yang dapat diandalkan sesuai dengan pandangan kaum Struktural Fungsional bahwa kebudayaan dapat berlangsung secara kontiniu apabila masyarakat pendukung kebudayaan tersebut masih merasakan fungsi dari kebudayaan tersebut. Perencanaan yang strategis dalam rangka pengembangan ekowisata di kawasan Tangkahan haruslah memandang dua sisi yang saling terkait sebagai bentuk program pembangunannya yaitu pembangunan yang bersifat fisik dan nonfisik yang dimaksudkan untuk menunjang kelayakan dan daya tarik kawasan agar mampu menawarkan kenyamanan dan kemudahan bagi wisatawan.

5.1 Kebijakan Pemerintah Kabupaten Langkat Terhadap Pembangunan Kawasan Ekowisata Tangkahan