Gambar 12 : Sungai Hijau Kawasan Tangkahan Sumber LPT
5.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
Para perencana pembangunan pada dasarnya dapat memulai langkah awal dengan merumuskan visi dan misi melalui analisis lingkungan. Hal ini dilakukan biasanya untuk mengidentifikasi setiap isu
strategis yang diperkirakan mempengaruhi kinerja dalam mencapai tujuannya. Analisis lingkungan dapat pula dipakai sebagai alat diagnosis untuk mengenali apa yang dibutuhkan oleh para perencana.
Jaunch dan Glueck 1996 mengidentifikasikan strategi sebagai rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu ang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan
Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008
lingkungan dan yang direncang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Strategi berarti pula cara antisipatif yang harus
ditempuh organisasi terhadap sejumlah persoalan dan peluang di masa depan dalam upaya mewujudkan visi melalui misi organisasi.
Dalam rangka perencanaan pengembangan ekowosata berbasis komonitas di kawasan Tangkahan, perlu pula diantisipasi keadaan lingkungan internal dan eksternal untuk melihat sisi-sisi
kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman. Penganalisisan lingkungan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat kelayakan potensi
wilayah untuk dikembangkan dan dimanfaatkan. Berdasarakan potensi, peluang, kelemahan, dan ancaman yang diidentifikasi akan dicoba membuat perencanaan pengembangan yang tepat sehingga
pembangunan ekowisata diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada setiap unsur yang terlibat. Spesifikasi objek dan daya tarik wisata dalam dunia kepariwisataan merupakan unsure yang
harus diperhatikan. Dengan ke khususan tersebut, potensi kepariwisataan di kawasan Tangkahan semakin memiliki kekuatan untuk menangkap berbagai peluang yang ada. Hal ini akan menjadi lebih
semarak lagi manakala masyarakat juga turut berpartisifasi aktif membenahi dan melakukan pembangunan ekowisata yang berbasis komunitas tersebut. Dengan demikian upaya penciptaan dan
pemerataan pendapatan bagi sebagaian besar penduduk akan terpenuhi. Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai atraksi budaya, event dan aktivitas kepariwisataan
lainnya semakin memperkaya khazanah kepariwisataan Kabupaten Langkat khususnya, terlebih bila potensi kekhasan Pariwisata tersebut tetap dibina, dipelihara, dikembangkan dan dilestarikan; karena
sumberdaya merupakan aspek terpenting yang harus diperhitungkan apabila sebuah kawasan akan dkembangkan sebagai daerah tujuan wisata.
Kawasan Tangkahan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya memang memiliki bentang alam, pegunungan, air terjun, goa, sumber mata air panas, sungai dan kekayaan flora dan fauna yang luar
Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008
biasa, yang merupakan kekuatan dari kawasan tersebut untuk dapat dikembangkan sebagai daerah tujuan ekowisata. Samapai saat ini kawasan Tangkahan merupakan salah satu kawasan wisata yang
diminati dan dikunjungi oleh wisatawan domestic, dan ini membuktikan kawasan ini memiliki kekuatan untuk menarik wisatawan.
Buku pemandu wisata Sumatera Utara juga telah merekomendasikan kawasan Tangkahan sebagai salah satu kawasan yang pantas untuk dikunjungi, terutama bagi wisatawan yang ingin
menikmati alam dan kekayaan hutan hujan tropis. Kekuatan Tangkahan yang lain sebagai salah satu daerah tujuan ekowisata yang direncanakan
dapat dikembangkan ialah adanya organisasi non pemerintah yang tertarik untuk melaksanakan kegiatan konservasi di kawasan tersebut, serta adanya institusi local yang berminat dan terus bertahan
sampai saat ini untuk terlibat aktif menangani pengembangan ekowisata di Tangkahan, yakni Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT yang anggota dan pengurusya adalah masyarakat setempat.
Disamping sumberdaya alam sebagai kekuatan alam, maka sumberdaya budaya masyarakat setempat merupakan pula kekuatan yang cukup potensial untuk menciptakan produk wisata yang sangat
bervariasi, sehingga kawasan ekowisata ini nantinya mampu bersaing untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara, apalagi mengingat dari segi letak, kawasan Tangkahan dapat dikatakan cukup
strategis, sehingga lokasi ini relatif mudah dijangkau dan berada pada jalur pasar yang telah ada. Kelemahan utama dalam mekanisme pengembangan bisnis kepariwisataan di daerah biasanya
terletak pada rendahnya kualitas SDM masyarakat lokal yang dalam hal ini bertindak selaku unsure pokok pelaku pengembangan ekowisata berbasis komunitas. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
tersebut pastilah akan berpengaruh langsung pada kualitas pelayanan yang diberikan secara pribadi person to person, sehingga tidak tertutup kemungkinan kondisi ini dapat menjadi faktor negative.
Padahal bertolak dari konsep pembangunan Pariwisata berbasis komunitas, tingkat kesadaranmasyarakat terhadap pentingnya pariwisata merupakan modal keberhasilan pengembangan
Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008
kepariwisataan di daerah. Sebab dengan latar belakang pendidikan yang memadai, masyarakat akan menjadi lebih sadar wisata, yang pada akhirnya akan melahirkan rasa memiliki terhadap objek dan daya
tarik wisata tersebut. Perubahan mendasar dalam manajemen kepariwisataan global menuntut setiap insan pelaku
bisnis kepariwisataan untuk menata kembali manajemen kepariwisataannya. Paradigma baru dalam dunia kepariwisataan lebih berkonsentrasi pada pemanfaatan objek dan daya tarik wisata yang dapat
dinikmati dalam jangka panjang dan lestari. Namun pada kenyataannya juga aparatur instansi terkait belum dapat diharapkan turut berkiprah membenahi manajemen kepariwisataan di daerahnya.
Secara jujur harus diakui bahwa SDM untuk kawasan Tangkahan merupakan salah satu sisi kelemahan yang terbesar, terutama bila dikaitkan dengan perencanaan pengembangan kawasan objek
wisata berbasis ekologi. Kelemahan lain berupa lemahnya infrastruktur pendukung, kondisi jalan yang rusak pada beberapa bagian, serta terbatasnya akses komunikasi telepon atau selular dari dan lokasi
kawasan. Produk-produk wisata yang ditawarkan juga belum belum dikemas dalam bentuk paket-
paket wisata yang sebenarnya harus mampu menarik minat wisatawan untuk dating, dan hal itu mungkin disebabkan juga karena kawasan Tangkahan belum pernah dipasarkan secara serius.
Keterbatasan alokasi anggaran pembangunanrutin bagi pengembangan kepariwisataan daerah mengakibatkan lemahnya promosi dan pelayanan system informasi kepariwisataan. Padahal peranan
promosi sangat penting untuk meningkatkan persaingan di antara berbagai kawasan dan destinasi wisatawan.
Kelemahan lain yang dapat diidentifikasi adalah terbukanya akses menuju Taman Nasional yang hanya dibatasi sungai Batang Serangan dan perkebunan masyarakat, padahal kawasan Taman Nasional
merupakan daerah atraksi utama. Di Sumatera Utara umumnya kawasan wisata alam yang dapat dikembangkan sebagai kawasan
ekowisata sebenarnya cukup banyak, dan khusus di wilayah Kabupaten Langkat, maka salah satu yang
Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008
selama ini cukup dikenal adalah kawasan wisata alam unggulan Bukit Lawang yang mengetengahkan berbagai potensi sumberdaya alamnya yang indah serta pusat rehabilitasi orang utan. Pada lima tahun
berakhir ini kondisi kawasan Bukit Lawang sebagaimana diketahui benar-benar mengalami penurunan kualitas dalam semua sisi, terutama sejak terjadinya banjir banding yang meluluhlantakkan hamir
semua sarana dan prasarana yang telah terbangun selama ini. Akibatnya Bukit Lawang mulai ditinggalkan para peminat dan wisatawan khusus. Kondisi buruk Bukit Lawang ini sebenarnya harus
dicermati untuk merealisasikan pengembangan kawasan Tangkahan sebagai suatu prioritas pengembangan objek wisata alternatif.
Kawasan yang didominasi oleh masyarakat etnis Karo ini sebenarnya membuka peluang untuk menjadikan daerah tersebut dibangun sebagai desa wisata yang bercirikan budaya dan adat-istiadat
Karo, baik bangunan-bangunan yang secara fisik bercirikan arsitekturornament tradisional, maupun gambaran-gambaran sosio-budaya Karo yang dapat ditampilkan melalui tata carapola hidup
masyarakat Karo, termasuk popularitas kearifan budaya “pengobatan tradisonal” yang sebenarnya masih terdapat di kawasan tersebut.
Peluang lain ang dapat diidentifikasi ialah telah berlangsungnya proses pola kemitraan antar berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, pihak PTPN II, LSM dalam dan luar negeri, pihak TNGL, dan
terpenting ialah terlibat aktifnya masyarakat setempat yang tergabung dalam Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT untuk mengelola dan mengawasi kawasan. Oleh karena itu pengembangan
Tangkahan sebagai objek ekowisata dapat menjadi model pengembangan kemitraan bagi berbagai pihak nantinya.
Sebagaimana diketahui dewasa ini dunia kepariwisataan telah mencoba mengembangkan paradigma pariwisata berkelanjutan yang secara sederhana bertumpu pada pilar-pilar kriteria : layak
secara ekonomi economically viable, pengemabangan berwawasan lingkungan secara berkelanjutan
Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008
environmentally sustainable, dapat diterima secara social socially acceptable dan secara teknologi dapat diterapkan technologically appropriate.
Ketaatan terhadap azas-azas perencanaan merupakan kriteria utama konsep pembangunan Pariwisata berbasis komunitas, sementara prinsip pengembangann kepariwisataan dilakukan dengan
berpijak kepada aspek-aspek pelestarian dan berorientasi kedepan long term. Selain itu penekanan dilakukan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat lokal, serta membangun keselarasan yang
sinergis antara kebutuhan wisatawan, lingkungan hidup dan masyarakat lokal dengan bermuara pada pengembangan apresiasi yang lebih peka terhadap warisan budaya, lingkungan hidup, dan jati diri
bangsa dan agama. Berdasarkan semua aspek itulah maka kawasan Tangkahan sangat berpeluang dikembangkan
sebagai kawasan tujuan ekowisata, karena kualitas sumberdaya alamnya yang relatif orisinal dan asri dan sangat terjaga dari segala bentuk kerusakanpencemaran.
Sebagai bagian dari Taman Nasional Gunung Lauser meski sebagian kawasan Tangkahan juga memiliki ancaman-ancaman yang jika tidak diantisipasi sedini mungkin akan berakibat fatal setidaknya
dari upaya mempertahankan dan pelestarian ekosistem. Karena harus diakui bahwa kawasan Tangkahan juga merupakan daerah yang menggiurkan bagi pengusahaan pembelahan kayu hutan, maupun bagi
kepentingan perburuan liar terhadap satwa lindung. Ancaman lain ialah lemahnya penegakan peraturan-peraturan penggunaan tata guna lahan,
peraturan desa dan peraturan pariwisata yang mengatur tata pelaksanaan pengembangan kawasan. Di sisi lain, sebagaimana diketahui bahwa pariwisata merupakan fenomena yang kompleks, bukan sekedar
kegiatan dengan objek utama industri pelayanan yang melibatkan manajemen produk dan pasar, tetapi lebih dari itu merupakan proses dialog antara wisatawan sebagai guest dan masyarakat sebagai host.
Kegiatan pengembangan yang terkait dengan karekteristik masyarakat lokal namun hanya menggunakan pendekatan sepihak dari sisi pasar merupakan konsep yang tidak proporsional.
Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008
Berdasarkan dinamika perubahan dunia kepariwisataan, kegiatan pengembangan terhadap suatu lokasi komunitas tertentu, dimana karakter masyarakat secara fisik sosial buadaya merupakan sumberdaya
utama, maka pengembangannya perlu memandang masyarakat lokal sebagai sumberdaya yang berkembang dinamis agar dapat berkembang sebagai subjek dan bukan sebagai objek. Pendekatan ini
perlu ditempuh karena masyarakat lokal adalah orang yang paling tahu kondisi sosial budaya masyarakatnya.
Sebagai kawasan wisata yang terbuka bagi wisatawan, maka masuknya budaya asing yang dibawa oleh wisatawan mancanegara dan tingginya daya serap masyarakat terhadap budaya asing
tersebut akan menimblkan fenomena positif maupun negartif bagi kehidupan sosial budaya yang bersifat kontradiktif. Efek demonstratif yang ditimbulkannya akan sangat mempengaruhi pola
kehidupan masyarakat lokal. Apabila hal ini terjadi maka perubahan perilaku masyarakat pada akhirnya akan turut merubah nilai-nilai buadaya lokal. Hal ini berarti bahwa pada suatu titik waktu tertentu akan
terjadi pergeseran terhadap budaya lokal. Oleh karena itu upaya antisipatif harus dilakukan sedini mungkin agar kehidupan masyarakat berdasarkan norma-norma budayanya dapat terus dipelihara dan
bermanfaat bagi pengembangan objek wisata budaya. Oleh karena itu pulalah hal yang juga merupakan ancaman bagi pengembangan sebuah kawasan wisata adalah kemampuan tingkat lokal untuk
menangani konflik-konflik yang mungkin saja akan timbul sebagai akibat upaya pengembangan kawasan wisata tersebut.
5.3 Analisis Kawasan A. Fungsi Kawasan