Teori Pengelolaan Sumberdaya Berbasis Komunitas

memanfaatkan secara penuh sumberdaya alam, budaya, sejarah, industri, orang-orang berbakat, dan sumber-sumberdaya lokal lainnya.

2.4 Teori Pengelolaan Sumberdaya Berbasis Komunitas

Masyarakat sebagai salah satu stakeholder haruslah dilibatkan dalam pengelolaan berbagai sumberdaya yang terdapat di daerahwilayah mereka. Masyarakat lokal memilih hak–hak azasi manusia untuk menginterprestasikan, memelihara dan mengelola sumberdaya yang mereka miliki. Net Faulkner dalam Pujaastawa , 2005 mengemukakan konsep yang disebutnya ”Democratic Archaeology from Below ”, yang pada dasarnya mengedepankan partisipasi masyarakat pada semua jenis dan tingkat pekerjaan. Kearifan lokal maupun lembaga tradisional yang berkembang dimasyarakat bersangkutan dalam pengelolaan sumberdaya budaya harus tetap dipelihara dan dilibatkan. Pemerintah maupun instansi yang berwenang berperan sebagai fasilisator dalam pengelolaan sumberdaya yang bersangkutan. Menurut Moeljarto 1993 pengelolaan sumber yang bertumpu pada komunitas merupakan pendekatan yang dikemukakan oleh David Korten. Adapun ciri–ciri pendekatan ini adalah sebagai berikut : 1. Prakarsa dari proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tahap demi tahap harus diletakkan pada masyarakat sendiri. Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 2. Fokus utamanya adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasi sumber–sumber yang terdapat dikomunitas untuk memenuhi kebutuhan mereka. 3. Mentoleransi variasi lokal dan karenanya sifatnya amat fleksibel menyesuaikan dengan kondisi lokal. 4. Didalam melaksanakan pembangunan, menekankan pada social learning yang didalamnya terdapat interaksi dan komunitas mulai dari proses perencanaan sampai evaluasi proyek dengan mendasarkan diri pada saling belajar. 5. Proses pembentukan jaringan Net Working antara birokrat dan lembaga swadaya masyarakat, satuan – satuan organisasi tradisional yang mandiri, merupakan bagian interral dari pendekatan ini, baik untuk meningkatkan kemampuan mereka mengindentifikasi dan mengelola berbagai sumber maupun untuk menjaga keseimbangan antara struktur vertikal dan horizontal. Melalui proses net working ini diharpkan terjadi simbosis antara struktur – struktur pembangunan ditingkat lokal . David Korten dalam Pitana, 1992 juga memberikan tiga pembenar pentingnya community-based resources management ini dilaksanakan sebagai ancangan dasar dalam pembangunan. Ketiga ancangan tersebut ialah : 1. Variasi kehidupan setempat local variety, maksudnya kehidupan yang berbeda menurut sistem pengelolaan yang berbeda dan masyarakat lokallah yang paling akrab dengan situasi setempat. 2. Sumberdaya lokal local resource, artinya sumberdaya lokal secara tradisional dikuasai dan dikelola oleh masyarakat lokal. 3. Tanggung jawab lokal local accountability, yaitu pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat biasanya lebih bertanggung jawab karena kegiatan yang dilakukan secara langsung akan mempengaruhi hidup mereka. Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 Pendekatan sumber yang bertumpu pada masyarakat terhadap pembangunan sosial mencakup partisipasi timbal balik dan otonom yang mengakibatkan reorientasi birokrasi pemerintah secara mendasar kearah keterkaitan yang lebih efektif dengan komunitas klien, juga reorientasi fundamental komunitas klien itu sendiri. Beberapa alasan pembenar tentang arti penting partisipasi masyarakat dalam pembangunan sebagaimana disampaikan Moeljarto 1993 adalah sebagai berikut : 1. Masyarakat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir pembangunan, partisipasi adalah akibat logis dari dalil tersebut. 2. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut seta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat. 3. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi darah yang tampa keberadaannya akan tidak terungkap, pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari mana masyarakat itu berada dan dari apa yang mereka miliki. 4. Partisipasi memperluas zona kawasan penerimaan proyek pembangunan. 5. Ia akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh masyarakat. 6. Partisipasi menopang pembangunan. 7. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif bagi baik aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia. 8. Merupakan cara efektif untuk membangun kemampuan masyarakat untuk mengelola pembangunan, guna memenuhi kebutuhan khas daerah. 9. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak–hak demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri ”. Oleh karena itulah dalam konteks ini perlu dikemukakan pandangan Natori 2001 tentang pembangunan pariwisata berbasis masyarakat yang menyebutkan bahwa hubungan yang harmonis antar Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 masyarakat lokal, sumberdaya, dan wisatawan merupakan kunci utama keberhasilan pembangunan seperti dapat dilihat pada skema berikut: Berdasarkan uraian–uraian tersebutlah kiranya teori Community-Based Resources Management dapat digunakan untuk menganalisis peran masyarakat lokal khususnya masyarakat di dua desa yang mengapit kawasan wisata Tangkahan, Kabupaten Langkat. Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008

BAB III METODOLOGI

3.1 Penentuan Lokasi Penelitian

Pada dasarnya Sumatera Utara sangat kaya akan potensi kepariwisataan. Setiap daerah tingkat dua KabupatenKota di Sumatera Utara memiliki obyek-obyek wiasata yang sebenarnya sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai kawasan pariwisata, baik kawasan pariwisata konvensional maupun kawasan wisata-wisata alternatif yang pada dekade belakangan ini menjadi fokusperhatian para perencana pembangunan kepariwisataan, baik ditingkat nasional maupun internasional. Pengembangan kepariwisataan di Sumatera Utara selama ini sangat disayangkan karena hanya berkonsentarsi pada sedikit daerah tertentu saja, lagi pula sangat monoton karena hanya mengandalkan keindahan panorama alam pegunungan dan danau sebagai daya tarik utamanya. Oleh karena itulah penelitian ini mencoba mengangkat dan menggali potensi kepariwisataan yang berasal dari sumberdaya alam utamanya, sumberdaya manusia, dan sumberdaya budaya secara seimbang untuk harmonis melalui perencanaan pengembangan ekowisata berbasis komunitas di kawasan Tangkahan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara. Dipilihnya kawasan Tangkahan, Kabupaten Langkat sebagai lokasi penelitian didasari oleh pertimbangan profesional, dan dapat ditelusuri secara akademik, yaitu : 1. Tangkahan merupakan sebuah kawasan yang berada di perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser di sisi Sumatera Utara, yang secara administratif masih termasuk ke dalam Wilayah Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Proipinsi Sumatera Utara. Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008