Pengembangan Kawasan Zonasi GAMBARAN UMUM KAWASAN

Gambar 18 : Peta Pengaturan Arus Wisatawan

c. Pengembangan Kawasan Zonasi

Zona Intensif dialokasikan pada dua kawasan, pertama adalah di kawasan perkebunan kelapa sawit milik PTPN II yang termasuk ke dalam wilayah Desa Sei Serdang dengan luas kawasan kurang lebih 10 hektar. Lokasi tersebut direncanakan untuk diusahakan bersama menjadi Pusat Penerimaan Pengunjung Staging area didukung oleh lahannya yang datar tidak bergelombang dan akses jalan yang mudah. Sarana dan prasarana yang lengkap ditempatkan pada kawasan ini untuk dapat memenuhi kebutuhan pengunjung akan sarana pendukung wisata lainnya. Fasilitas yang disediakan di antaranya adalah pusat informasi pengunjung, lapangan parkir, kedai cenderamata, warung, restoran, taman, dan lapangan terbuka yang dapat digunakan sewaktu-waktu untuk dibuat panggung pertunjukan. Alokasi kedua dari Zona Intensif Primer adalah kawasan Pantai Tujuh dengan luas kurang lebih tujuh hektar dan dapat dikembangkan sebagai Wisata Desa di Desa Kuala Gemoh Lama. Kegiatan dan produk wisata yang bersifat rekrreasi, masal dan cenderung bising akan ditempatkan pada Zona Intensif ini dan tetap dengan pengaturan tertenu. Pengelolaan kawasan ini diharapkan dapat dilakukan bersama- sama antara para pihak yang berkepentingan dalam pengembangan kawasan. Kawasan ini direncanakan menjadi satu-satunya pintu masuk kedalam kawasan Tangkahan dengan satu kali pungutan untuk semua jenis kegiatan. Pengunjung yang telah menentukan pilihan Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 kegiatan wisatanya baru kemudian akan dibesarkan ke lokasi-lokasi yang dipilihnya. Di kawasan ini arus serta jumlah pengunjung yang akan masuk ke zona-zona di dalam kawasan telah ditentukan. Sumberdaya manusia yang diperlukan relatif tidak begitu memrlukan spesifikasi yang khusus. Akan tetapi pembagian peran dari masing-masing pihak yang turut dalam pengelolaan bersama perlu mendapatkan kesepakatan. Dalam upaya mewujudkan pengembangan di zona intensif ini, proses negosiasi mengenai pemakaian lahan dengan pihak PTPN II harus segera dimulai. Pihak PTPN II dan masyarakat masing- masing memilki kepentingan. Disatu sisi masyarakat membutuhkan peningkatan ekonomi melalui pariwisata dengan menggunakan peran serta masyarakat dalam upaya pengurangan dan pencegahan pencurian kelapa sawit. Hal ini tentunya dapat dijadikan isu utama untuk menggalang kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak dan piahk-pihak lainnya. Setelah proses ini berjalan, maka perlu dipikirkan mengenai siapa yang dapatakan mendanai pengembangan di kawasan ini? Pihak yang terkait dengan kedua proses ini ditingkat awal harus segera diidentifikasikan. Strategi pengelolaan dampak pengunjung dapat dilakukan dengan menyebarkan pengunjung pada lokasi-lokasi objek daya tarik serta fasilitas yang akan dikembangkan di kawasan, disamping Pantai Tujuh yang diperuntukkan bagi pengunjung domestik yang lebih bersifat masal. Kawasan ini terletak kurang lebih tiga kilometer dari kawasan Ektensif Primer di lokasi PTPN II, yang dijadikan daya tarik utama kawasan. Selain itu Desa Kuala Gemoh Lama, direkomendasikan untuk dikembangkan menjadi Kawasan Model Pengembangan Wisata Budaya Karo, dimana sembilan rumah yang ada saat ini, dapat dikembangkan dan dikembalikan kepada ciri tradisional Karo serta dapat dikembangkan sebagai “homestay” Akses masuk merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola pariwisata yang berdampak rendah terhadap lingkungan. Sepanjang pengelola mampu melakukan kontrol terhadap akses masuk, maka dipastikan akan mampu memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 disarankan untuk hanya menggunakan satu akses masuk untuk menuju Zona Intensif sekunder serta ekstensif primer dan sekunder. Selain melakukan kontrol akses, salah satu cara guna mengurangi dampak terhadap lingkungan adalah menggunakan sistem reservasi pada pengelolaan di kawasan ekstensif, baik primer maupun sekunder. Perlu diperhatikan pula bagaimana mengatur arus wisatawan yang datang dan memanfaatkan Pusat Pengunjung sebagai staging area atau pusat penerimaan tamu yang berfungsi menyebarkan tamu berdasarkan kemampuan membeli dan keingintahuan pengunjung. Potensi di Zona Semi Intensif dengan luas kawasan kurang lebih 35 hektar terdiri dari akomodasi terbatas, perkebunan karet rakyat dan kebun-kebun lainnya memiliki kekuatan untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata agro. Lokasinya yang relatif datar pun menjadi daya tarik sendiri. Potensi wisata yang dapat dikembangkan adalah wisata agro dan juga pemandian air panas Sei Glugur. Pembuatan jalur wisata dan jalur interpretasi merupakan salah satu prioritas pengembangan. Untuk mengembangkan jalur-jalur wisata agro di kawasan perkebunan rakyat tentunya harus berdasarkan hasil kesepakatan bersama. Salah satu kesepakatan yang perlu dihasilkan adalah mengenai kepemilikan tanah. Sangat diharapkan bahwa di kawasan ini tidak ada lagi penjualan tanah milik masyarakat lokal kepada masyarakat pendatang. Alternatif yang diberikan adalah penyewaan lahan, sehingga masyarakat tetap memiliki lahan tersebut sekaligus mendapatkan pendapatan dari uang sewa. Sarana dan prasarana yang terbatas ditempatkan pada kawasan ini, diutamakan adalah akomodasi di sepanjang Sungai Buluh. Dalam pengembagannya pembatasan jumlah bangunan menjadi sangat penting dalam upaya untuk memberikan keuntungan lebih kepada masyarakat. Jumlah akomodasi dalam kawasan ini tidak melebihi tujuh puluh kamar atau dengan total 140 tempat tidur. Peningkatan jumlahnya pun harus dilakukan secara bertahap dan kemudian melakukan pemantauan pada jumlah lima puluh kamar, terutama dampak yang diakibatkan dari besarnya jumlah pengunjung Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 pada kawasan ekstensif. Jika dalam perkembangannya pasar melebihi kapasitas akomodasi, maka pembangunan akomodasi harus diarahkan pada dua lokasi, yaitu : lokasi desa Kuala Gemoh Lama, dengan memperbaiki dan memodifikasi rumah tradisional serta lokasi rekreasi Pulau Tujuh. Hal ini berguna untuk mengurangi tekanan dan sekaligus menyebarkan keuntungan ke tengah-tengah masyarakat sehingga memberikan keuntungan lebih banyak pada masyarakat. Penambahan sarana dan prasarana tidak disarankan dilakukan pada lahan di sepanjang Sungai Batang Serangan, yang dimiliki masyarakat. Kawasan ini sebaiknya tetap dibiarkan alami dan menjadi pusat kawasan pertanian sebagai pasokan sayur-mayur bagi pemilik akomodasi dan rumah makan. Selain itu dalam pembangunan sarana dan prasana perlu adanya kesepakatan para pihak tentang : - bentuk bangunan - rancangan sistem pengelolaan limbah - rancangan sistem pengelolaan - rancangan sistem energi - rancangan sarana aksesibilitas Peningkatan sumberdaya manusia untuk pengadaanakomodasi dan wisata agro pada zona semi intensif sangat diperlukan, terutama mengenai tingkat pelayanan pada akomodasi dan rumah makan. Sementara tenaga pemanduan bagi wisata agro dapat menjadi prioritas yang berikutnya. Kawasan zona ekstensif primer adalah kawasan di dalam TNGL dan menjadi pusat daya tarik ekowisata dengan luas kawasan kurang lebih 18 hektar. Ekowisata berbasiskan pendidikan diterapkan pada kawasan ini, melalui pembuatan jalur-jalur interpretasi. Pembuatan jalur-jalur interpretasi adalah prioritas, termasuk di dalamnya menentukan titik-titik hal-hal menarik, jalur jelajah hutan berdasarkan tema-tema tertentu, seperti tanaman obat, pengamatan burung dan sebagainya. Juga mendesain sarana yang dibutuhkan, seperti tempat peristirahatan, tempat pengamatan serta membuat buku panduan dan Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 interpretasi dalam kawasan yang memanfaatkan informasi biologi kawasan maupun pengetahuan tradisional masyarakat tentang hutan. Jalur jalan setapak minimal selebar satu meter dan harus dibuat relatif mudah dan dapat dilalui oleh wisatawan dari berbagai umur mulai 10 tahun hingga 60 tahun. Kawasan ini haruslah memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung, karena jalur intepretasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengunjung tentang pentingnya melesterikan sumberdaya alam, khususnya hutan. Jalur ini hanya dikhususkan maksimum berjalan 4 jam dalam satu hari dengan medan yang relatif mudah. Fasilitas yang dikembangkan di kawasan ini hanyalah tanda-tanda petunjuk, tempat pengamatan dan tempat istirahat yang bermanfaat untuk pembelajaran selama dalam hutan dan papan interpretasi serta perkemahan terbatas. Perkemahan terbatas yang dimaksud adalah lahan perkemahan dengan fasilitas MCK, dapau alami, blok-blok perkemahan dengan titik-titik api unggun yang telah di tentukan dan hanya diperuntukkan bagi kurang lebih sepuluh tenda. Perlu peningkatan sumberdaya manusia terutama dalam hal pemanduan dan interpretasi aerta monitoring kawasan. Setiap pengunjung dalam kawasan ini perlu ditemani oleh pemandu. Setiap pemandu maksimum hanya memandu sebanyak enam pengunjung. Hal ini didasarkan pada upaya untuk melibatkan pengunjung lebih aktif dan dapat efektif menerima pesan yang disampaikan interpreter. Selain itu pula untuk menjaga keamanan para pengunjung sendiri, karena satu pemandu hanya berkemampuan melakukan koordinasi dengan sebanyak lima sampai enam orang dalam satu perjalanan di dalam hutan. Pemanduinterpreter perlu dilengkapi dengan alat komunikasi dan pemandu harus terlatih dan memahami ceritera dan daya tarik pada setiap jalur. Pelibatan TNGL dalam pengelolaan kasawan ini menjadi cukup penting, terutama di dalam mengarahkan pembangunan sarana fisik, serta melakukan monitoring dampak yang diakibatkan pengunjung. Potensi Zona Ekstensif Sekunder adalah kawasan di dalam Taman Nasional Gunung Leuser dengan luas kurang lebih 22 hektar. Pesona hutan tropis dengan flora dan faunanya menjadi Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 sumberdaya bagi pengembangan jalur-jalur petualangan di dalam hutan. Kawasan ini direncanakan menjadi kawasan petualangan dan pangamatan satwa liar. Oleh karena itu perlu untuk dibuatkan jalur- jalur trekking, beserta dengan peta jalur dalam kawasan yang akurat. Disamping itu perlu petunjuk jalur pada setiap persimpangan. Zona ini hanya dikembangkan dengan sarana dan prasarana sebatas penyediaan jalur jalan setapak, papan informasi, dan lokasi peristirahatan. Zona ini akan meliputi kawasan dengan jarak tempuh maksimal hingga enam sampai tujuh jam perjalanan dalam satu hari. Daya tarik yang termasuk dalam kawasan ini adalah air terjun, sumber air panas dan goa-goa. Kebutuhan akan sumberdaya manusia harus sejalan dengan pengembangan produk, yaitu kebutuhan akan pemandu yang memiliki pengetahuan dalam interpretasi. Pengetahuan P3K dan search and rescue, mereka diharapkan minimal menguasai pengetahuan umum mengenai apa dan bagaimana perjalan di hutan tropis serta cara hidup di alam bebas. Pemandu perlu dibekali dengan alat komunikasi dan selalu melakukan kontak dengan Pusat pengunjung serta disiapkan dengan peralatan yang memadai. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ekowisata di zona ekstensif sekunder ini adalah kerja sama dengan TNGL, terutama dalam masalah pengembangan sarana dan prasarana serta kepemanduan. Harus ada kesepakatan bersama mengenai fasilitas yang akan dibangun oleh TNGL di kawasan. Disamping itu pengembangan kawasan pun harus dapat meningkatan sumberdaya manusia di TNGL bukan hanya peningkatan di tingkat masyarakat setempat. Kesepakatan bersama juga harus mengenai program-program apa saja yang akan dikembangkan baik yang menyangkut pelatihan maupun sarana dan prasarana. Salah satu prioritas di kawasan ini adalah TNGL melakukan monitoring agar dampak kegiatan pada kawasan yang akan digunakan sebagai core dari produk ekowisata ini dapat diminimalkan. Selain itu Taman Nasional juga diharapakan melakukan upaya perubahan status di kawasan Tangkahan menjadi zona pemanfaatan menjadi lebih cepat. Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 Fasilitas kawasan yang akan disediakan guna mendukung terwujudnya Kawasan Wisata Tangkahan yang nyaman bagi pengunjung, adalah sebagai berikut : a. Gerbang Kawasan b. Pusat Informasi dan Administrasi Kawasan Wisata Tangkahan a. Fasilitas Akomodasi b. Pasar Souvenir c. Restoran dan warung kopi d. Poliklinik e. Musholla f. Dermaga Tubing g. Kantor Pengelola Utilitas Kawasan h. Toilet Umum i. Terminal Kenderaan umum dan pribadi.

5.4 Ekowisata Berbasis Komunitas