Penentuan Lokasi Penelitian METODOLOGI

BAB III METODOLOGI

3.1 Penentuan Lokasi Penelitian

Pada dasarnya Sumatera Utara sangat kaya akan potensi kepariwisataan. Setiap daerah tingkat dua KabupatenKota di Sumatera Utara memiliki obyek-obyek wiasata yang sebenarnya sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai kawasan pariwisata, baik kawasan pariwisata konvensional maupun kawasan wisata-wisata alternatif yang pada dekade belakangan ini menjadi fokusperhatian para perencana pembangunan kepariwisataan, baik ditingkat nasional maupun internasional. Pengembangan kepariwisataan di Sumatera Utara selama ini sangat disayangkan karena hanya berkonsentarsi pada sedikit daerah tertentu saja, lagi pula sangat monoton karena hanya mengandalkan keindahan panorama alam pegunungan dan danau sebagai daya tarik utamanya. Oleh karena itulah penelitian ini mencoba mengangkat dan menggali potensi kepariwisataan yang berasal dari sumberdaya alam utamanya, sumberdaya manusia, dan sumberdaya budaya secara seimbang untuk harmonis melalui perencanaan pengembangan ekowisata berbasis komunitas di kawasan Tangkahan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara. Dipilihnya kawasan Tangkahan, Kabupaten Langkat sebagai lokasi penelitian didasari oleh pertimbangan profesional, dan dapat ditelusuri secara akademik, yaitu : 1. Tangkahan merupakan sebuah kawasan yang berada di perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser di sisi Sumatera Utara, yang secara administratif masih termasuk ke dalam Wilayah Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Proipinsi Sumatera Utara. Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 Sebagaimana diketahui, pariwisata berbasis alam telah lama berkembang di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, seperti jelajah hutan trekking, arung jeram dan pengamatan satwa liar. Beberapa lokasi yang berada di dalam Kawasan Ekosistem Leuser KEL telah lama berkembang menjadi pusat wisata, seperti Kawasan Bukit Lawang-Bahorok, Gunung Sibayak-Berastagi, Ketambe Lawe Gurah-Kuta Cane, dan Pulau Banyak di Singkil. Oleh karena itu, tiba saatnya sekarang Tangkahan harus dikembangkan pula sebagai salah satu kawasan obyek wisata --wisata alternatif--. 2. Kawasan Tangkahan sangat tepat di jadikan sebagai media pengenalan ekosistem Leuser, serta wahana pendidikan lingkungan dan konservasi bagi masyarakat setempat, wisatawan domestik maupun mancanegara. Sebagaimana diketahui Kawasan Ekosistem Leuser KEL merupakan suatu kawasan pelestarian yang memiliki sumberdaya alam yang kaya dan terdiri dari beberapa ekosistem yang relatif masih utuh dan asli. Sebagai contoh beberapa ekosistem yang masih dalam kawasan KEL seperti : ekosistem hutan rawa air tawar, ekosistem hutan hijau dataran rendah, ekosistem perbukitan, ekosistem hutan pegunungan renah dan ekosistem hutan pegunungan tinggi dengan puncak Leuser pada ketinggian 3119 m di atas permukaan laut. Sementara kawasan Tangkahan yang direncanakan sebagai kawasan pengembangan ekowisata berada pada ketinggian sekitar 200 m di atas permukaan laut dan termasuk dalam kawasan yang di dominasi oleh hutan dipterocarpaceae dataran rendah yang menurut telaah pustaka kawasan hutan hijau dataran rendah ini sangat kaya akan jenis-jenis tumbuhan berbunga, yang pada gilirannya akan mempengaruhi jenis dan komposisi satwa yang hidup di dalamnya. Kawasan Tangkahan sebagai bagiandari KEL dikenal sebagai kawasan yang sangat potensial dari berbagai aspek, kaya dengan keberagaman flora dan fauna, disamping juga memiliki hutan-hutan alami, perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet, jeruk manis, pedesaan dan Haris Sutan Lubis : Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat..., 2006 USU e-Repository © 2008 alamnya yang asri, sungai-sungai, bukit, tebing dan lembah-lembah yang merupakan aset kawasan yang sangat dapat diandalkan. 3. Kawasan Tangkahan sebagai bagian dari KEL memiliki potensi daya tarik obyek wisata yang sangat menggiurkan seperti tiga belas obyek air terjun, dua lokasi gua, tiga obyek air panas, serta letaknya yang indah mempesona dipertemuan dua sungai yaitu sungai Buluh dan sungai Batang Serangan yang kemudian bertemu dengan sungai Musam. Kesemua potensi ini apabila dipadu akan menjadi sumberdaya unggulan yang diyakini mampu mengundang decak kagum wisatawan di antara kemilau jernih air sungai yang mengalir. 4. Kawasan Tangkahan sebagai kawasan ekowisata merupakan kawasan ekosistem Leuser di luar Taman Nasional Gunung Leuser, yang masuk ke dalam wilayah dua desa yaitu desa Namo Sialang dengan jumlah penduduk 5037 jiwa, dan desa Sei Serdang dengan jumlah penduduk 3120 jiwa, yang mayoritas merupakan suku Karo, ditambah suku Batak, Melayu dan Jawa. Potensi kultural yang dimiliki masyarakat setempat melahirkan suasana di kawasan Tangkahan sangat kondusif dan stabil, karena kehidupan beragama antara Islam, Kristen dan Katolik sangat toleran, ditambah ikatan kekeluargaan yang merupakan mata rantai yang tidak terputuskan dalam kehidupan sosial mereka. Gambaran kerukunan hidup dengan prinsip saling tolong-menolong, aktifitas kesenian tradisional, makanan khas tradisional dan pengobatan tradisional, masih dapat dijumpai dikawasan Tangkahan, sangat bisa dijadikan sebagai daya tarik atraksi budaya bagi pengembangan ekowisata.

3.2 Desain Penelitian