Pertumbuhan Pembiayaan Tinjauan Pustaka

45 diperpanjang sesuai kebutuhan. Seperti untuk pembiayaan likuiditas, piutang, persediaan, dan untuk pembiayaan modal kerja perdagangan. b. Pembiayaan Investasi Merupakan pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk pendirian proyek baru, rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, dan relokasi proyek yang sudah ada. c. Pembiayaan Konsumtif Yang dimaksud dengan pembiayaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan di luar usaha dan umumnya bersifat perorangan. Pembiayaan jenis ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis pakai. d. Pembiayaan Sindikasi Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yan diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan untuk satu proyek pembiayaan tertentu. e. Pembiayaan Berdasarkan Take Over Pembiayaan berdasarkan take over adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take over terhadap transaksi non syariah yang telah berjalan dan dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah. 46

3. Hubungan

Pertumbuhan Pembiayaan terhadap Pembiayaan Bermasalah Bank merupakan suatu unit usaha yang berlandaskan kepercayaan dan dalam kegiatannya selalu diikuti oleh banyak risiko. Untuk mengejar keuntungan yang besar maka bank selalu dihadapkan oleh risiko yang besar pula. Dalam hal kaitannya dengan pembiayaan, semakin tinggi tingkat pembiayaan yang disalurkan maka semakin tinggi pula tingkat profitabilitas suatu bank. Namun konsekuensi logis dari hal tersebut adalah risiko kegagalan pembayaran pembiayaan dari nasabah juga semakin tinggi disamping juga bank akan menanggung pertambahan risiko likuiditas yang akan meningkat pula. Hal ini lah yang diindikasikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Saba et al. 2012:13, di Amerika Serikat. Di mana peningkatan penyaluran pinjaman menyebabkan peningkatan NPL.

G. Ukuran Bank

1. Konsep Ukuran Bank

Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran bank dapat terbagi menjadi 3 kategori yang didasarkan kepada total assets bank yaitu bank besar the largest bank dengan aset sebesar 10 milyar dolar Amerika, bank menengah the middle size bank dengan aset sebesar 100 juta hingga 10 milyar dolar Amerika, dan bank kecil 47 smaller bank dengan aset di bawah 100 juta dolar Amerika Rose, 2002:172. Ukuran bank bank size dalam penelitian ini dilihat dari besarnya total assets yang dimiliki perusahaan. Pada neraca bank, aktiva menunjukkan posisi penggunaan dana. Aktiva asset merupakan sumber daya yang dikuasai oleh suatu perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba. Aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset yang dimiliki maka diharapkan akan semakin besar hasil operasional perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti dengan peningkatan hasil operasi akan semakin meningkatkan kepercayaan dari pihak eksternal terhadap perusahaan. Berdasarkan teori skala efisiensi dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan aset yang besar mampu menghasilkan keuntungan lebih besar apabila diikuti dengan hasil dari aktivitas operasionalnya.

2. Hubungan Ukuran Bank dengan Pembiayaan Bermasalah

Dalam buku Commercial Bank Management, Rose menjelaskan bahwa ukuran bank bisa memengaruhi performa suatu bank 2002:172. Pada sisi penyaluran dananya khususnya bank dengan aset yang besar bank sangat mungkin untuk mendiversivikasikan risiko pembiayaan dibandingkan dengan bank dengan aset menengah dan bank kecil. Semakin besar bank diasumsikan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mendiversifikasikan risiko sehingga seharusnya memiliki 48 pendapatan yang lebih stabil untuk mengurangi risiko. Semakin baiknya kemampuan mendiversifikasikan risiko maka disinyalir dapat menekan tingkat pembiayaan bermasalah. Peluang diversifikasi bank juga terkait dengan kualitas kredit yang menimbulkan hubungan negatif antara diversifikasi dan NPL, karena diversifikasi menurunkan risiko kredit. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Salas dan Saurina 2002:14 yang menemukan bahwa hubungan negatif antara ukuran bank dan NPL.

H. UKM

1. Konsep UKM

Pengertian usaha kecil di Indonesia masih sangat beragam, sebelum dikeluarkannya UU No 91995 setidaknya terdapat lima instansi yang merumuskan usaha kecil dengan caranya masing-masing, kelima Instansi tersebut adalah Biro pusat statistik BPS, Departemen Perindustrian, Bank Indonesia, Departemen Perdagangan dan Kamar dagang dan Industri. Departemen Perindustrian dan Bank Indonesia misalnya, mendefinisikan usaha kecil berdasarkan nilai asetnya. Menurut kedua instansi ini yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang assetnya tidak termasuk tanah dan bangunan bernilai kurang dari Rp 600 juta. Departemen perdagangan membatasi usaha kecil berdasarkan modal kerjanya, yakni usaha dagang yang modal kerjanya bernilai kurang dari Rp 25 juta. 49 Sedangkan KADIN terlebih dahulu membedakan usaha kecil menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah yang bergerak dalam bidang perdagangan, pertanian dan industri. Kelompok kedua adalah yang bergerak dalam bidang konstruksi. Menurut Kadin yang dimaskud dengan usaha kecil untuk kelompok pertama adalah yang memiliki modal kerja kurang dari Rp 150 juta dan memiliki nilai usaha kurang dari Rp 600 juta. Adapun untuk kelompok kedua yang dimaksud dengan usaha kecil adalah yang memiliki modal kerja kurang dari Rp 250 juta dan memiliki nilai usaha kurang dari Rp 1 milyar. Berbeda dari keempat instansi tersebut BPS mengemukakannya untuk usaha kecil sektor industri. Menurut BPS yang dimaksud dengan industri kecil adalah usaha industri yang melibatkan tenaga kerja antara lima sampai 19 orang. Sedangkan yang dimaksud dengan industri rumah tangga adalah usaha industri yang memperkerjakan kurang dari lima orang.

2. Kriteria UKM

Berdasarkan kelima batasan tersebut dapat kita katakan betapa sangat beragamnya pengertian usaha kecil yang berlaku di Indonesia. Tetapi diluar kelima pengertian tersebut pemerintah telah menetapkannya dalam rumusan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 . Menurut UU ini yang dimaksud dengan usaha Mikro, Kecil dan Menengah dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, diantaranya: a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai tukar (kurs) dan inflasi terhadap pembiayaan bermasalah perbankan syariah di Indonesia periode Juli 2010-Desember 2013

9 73 133

Dampak surat edaran Bank Indonesia Nomor 15/40/DKMP Tahun 2013 terhadap pembiayaan kendaraan bermotor pada PT. Bank Syariah Mandiri

1 6 110

Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Sbi Terhadap Kinerja Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Periode Tahun 2009-2011

0 6 98

Pengaruh variabel makro ekonomi terhadap pembiayaan bermasalah sektor industri manufaktur pada perbankan syariah periode

11 101 114

Analisis Pengaruh Inflasi, BI RATE, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Perfoming Financing (NPF) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada Perbankan Syariah di Indonesia (Periode Februari 2011–Maret 201

0 14 180

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Sektor Konstruksi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2012-2015

0 3 99

Analisis pengaruh profitabilitas perbankan syariah, suku bunga bank indonesia dan deposito mudharabah terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2013

0 6 151

ANALISIS PENGARUH DPK, ROA, NPF, BOPO, SUKU BUNGA BANK INDONESIA (BI RATIO) , DAN INFLASI TERHADAP PEMBIAYAAN UMKM PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH (PERIODE 2009-2012)

0 3 129

ANALISIS PENGARUH FDR, NPF, DPK, SUKU BUNGA BANK INDONESIA (BI RATE), DAN INFLASI TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH (PERIODE 2009-2012)

0 3 117

PENGARUH PEMBIAYAAN BERMASALAH, EFISIENSI OPERASIONAL, DAN UKURAN BANK TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2011-2013.

0 2 45