76
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah dan Perkembangan Perbankan Syariah
Sistem perbankan syariah mulai dikenal luas di Indonesia pada tahun 1992 dengan momen dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992 yang
memungkinkan bank-bank di Indonesia menjalankan kegiatan operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. Momen perkembangan terus berlanjut
pada saat era reformasi dengan disetujuinya UU No 10 Tahun 1998 yang mengatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang
dioperasikan oleh bank syariah. Di samping itu, kehadiran undang-undang ini juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka
cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri menjadi bank syariah. Menurut Siregar 2002:2 Upaya pengembangan perbankan syariah di
Indonesia tidak semata hanya merupakan konsekuensi dari UU No. 101998 dan UU No. 231999 tetapi juga merupakan bagian dari upaya penyehatan
sistem perbankan yang bertujuan meningkatkan daya tahan perekonomian nasional. Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 membuktikan
bahwa bank yang beroperasi dengan prinsip syariah dapat bertahan di tengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi. Kenyataan
tersebut ditopang oleh karakteristik operasi bank syariah yang melarang
77
bunga riba, transaksi yang bersifat tidak transparan gharar dan spekulatif maysir. Dengan kenyataan tersebut, pengembangan perbankan
syariah diharapkan dapat meningkatkan ketahanan sistem perbankan nasional yang pada gilirannya juga diharapkan dapat meningkatkan
ketahanan ekonomi nasional di masa mendatang. Ketahanan ekonomi nasional yang sedemikian rupa dapat menciptakan perekonomian yang
tangguh, yaitu perekonomian yang pertumbuhan sektor keuangannya sejalan dengan pertumbuhan sektor riil.
Pada tahap awal, landasan hukum bagi pengembangan perbankan syariah adalah UU No. 7 tahun 1992 yang mengizinkan bank untuk
memberikan pinjaman kepada nasabah dengan prinsip bagi hasil. Sejak tahun 1992-1998 dapat dikatakan tidak banyak kemajuan dalam
perkembangan perbankan syariah di Indonesia terutama karena belum ada landasan hukum yang jelas mengenai keberadaan bank syariah. Dengan
lahirnya UU No. 10 tahun 1998 dan UU No. 23 tahun 1999 keberadaan bank syariah diakui secara eksplisit dan memberikan landasan hukum yang
lebih kuat bagi Bank Indonesia dalam pengembangan perbankan syariah. Bank
Muamalat Indonesia
merupakan pioneer
awal yang
membumikan syariah islam pada sektor perbankan di Indonesia. Berawal dari amanat MUNAS IV MUI maka langkah mendirikan Bank Islam di
mulai. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991. Bank Muamalat baru memulai kegiatan
operasinya pada tanggal 1 Mei 1992.
78
2. Perkembangan Kelembagaan dan Indikator Keuangan
Tahun 1992 merupakan tahun yang menggembirakan dalam sejarah perkembangan bank syariah di Indonesia yang ditandai dengan berdirinya
bank syariah pertama yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk BMI. Namun, menurut Siregar 2002:4 dalam periode 1992-1998 tidak terdapat
hal berarti dalam perkembangan bank syariah yang disebabkan oleh beberapa hal:
a. rendahnya pengetahuan dan kesalahpahaman masyarakat mengenai
bank syariah; b.
belum tersedianya ketentuan pelaksana terhadap operasional bank syariah;
c. terbatasnya jaringan kantor perbankan syariah; dan
d. kurangnya sumber daya insani SDI yang memiliki keahlian
perbankan syariah. Perkembangan bank syariah mulai terasa sejak dilakukan amandemen
terhadap UU No. 71992 menjadi UU No. 101998 yang memberikan landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Sebagai tindak lanjut
UU tersebut, Bank Indonesia mulai memberikan perhatian lebih serius terhadap pengembangan perbankan syariah, yaitu pada bulan April 1999
membentuk satuan kerja khusus yang menangani penelitian dan pengembangan bank syariah Tim Penelitian dan Pengembangan Bank
Syariah dibawah Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan yang menjadi cikal bakal Biro Perbankan Syariah yang dibentuk pada 31 Mei
79
2001. Sebagai hasil dari upaya pengembangan perbankan syariah yang dilaksanakan secara intensif sejak dikeluarkannya UU No. 10 tahun 1998
maka pertumbuhan perbankan syariah relatif pesat sejak tahun 1999. Pada awal tahun 1999 jumlah bank syariah baru terdapat 1 bank umum syariah
dengan 9 kantor cabang serta 76 BPRS. Sementara itu pada tahun 2009 yang merupakan periode awal
penelitian ini, perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sepuluh tahun sejak amandemen UU No. 101998, jumlah
bank syariah di Indonesia meningkat menjadi 6 bank sedangkan jumlah unit usaha syariah sebanyak 25 bank. Membaiknya perekonomian dunia pasca
krisis di tahun 2009 membuat optimisme menghampiri perkembangan perbankan syariah di tanah air.
Pada kuartal ke-II tahun 2010 perkembangan perbankan syariah sempat diwarnai dengan goncangan krisis Yunani, namun tidak terlalu
berdampak signifikan terhadap pertumbuhan bank syariah di Indonesia. Tahun 2010 jumlah bank syariah kembali mengalami perkembangan yang
signifikan dengan jumlah bank umum syariah sebanyak 11 bank. Meskipun jumlah unit usaha syariah mengalami penunrunan namun hal tersebut tidak
mempengaruhi total aset perbankan syariah di Indonesia. Hingga tahun 2010 total aset perbankan syariah di Indonesia adalah sebesar Rp
97.519.000.000.000 meningkat sebesar 47. Pada akhir periode pengamatan yakni tahun 2012, posisi aset perbankan syariah adalah sebesar
Rp 179.871.000.000.000