79
2001. Sebagai hasil dari upaya pengembangan perbankan syariah yang dilaksanakan secara intensif sejak dikeluarkannya UU No. 10 tahun 1998
maka pertumbuhan perbankan syariah relatif pesat sejak tahun 1999. Pada awal tahun 1999 jumlah bank syariah baru terdapat 1 bank umum syariah
dengan 9 kantor cabang serta 76 BPRS. Sementara itu pada tahun 2009 yang merupakan periode awal
penelitian ini, perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sepuluh tahun sejak amandemen UU No. 101998, jumlah
bank syariah di Indonesia meningkat menjadi 6 bank sedangkan jumlah unit usaha syariah sebanyak 25 bank. Membaiknya perekonomian dunia pasca
krisis di tahun 2009 membuat optimisme menghampiri perkembangan perbankan syariah di tanah air.
Pada kuartal ke-II tahun 2010 perkembangan perbankan syariah sempat diwarnai dengan goncangan krisis Yunani, namun tidak terlalu
berdampak signifikan terhadap pertumbuhan bank syariah di Indonesia. Tahun 2010 jumlah bank syariah kembali mengalami perkembangan yang
signifikan dengan jumlah bank umum syariah sebanyak 11 bank. Meskipun jumlah unit usaha syariah mengalami penunrunan namun hal tersebut tidak
mempengaruhi total aset perbankan syariah di Indonesia. Hingga tahun 2010 total aset perbankan syariah di Indonesia adalah sebesar Rp
97.519.000.000.000 meningkat sebesar 47. Pada akhir periode pengamatan yakni tahun 2012, posisi aset perbankan syariah adalah sebesar
Rp 179.871.000.000.000
80
Seperti digambarkan pada bab 1, dijelaskan bahwa jumlah Bank Umum Syariah adalah sebanyak 11 bank dan Unit Usaha Syariah sebanyak
24 unit. Meskipun dalam perkembangannya perbankan syariah selalu “diintai” oleh siklus krisis ekonomi baik di dalam maupun luar negeri
namun perbankan syariah justru mengalami perkembangan yang baik, bahkan industri perbankan syariah disebut-sebut sebagai ”the fastest
growing industry” yang sempat menyentuh angka pertumbuhan aset di atas 40 selama lima tahun berturut-turut.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia yang notabene masih tergolong masa awal perkembangan cenderung belum memiliki tingkat
integrasi dengan sistem keuangan global dan eksposur valas yang dimiliki oleh perbankan syariah di Indonesia pun masih belum signifikan. Hal
tersebut berdampak pada terhindarnya dari dampak langsung krisis global yang terjadi.
Objek penelitian ini adalah bank umum syariah dan unit usaha syariah yang memperoleh ijin operasional dari Bank Indonesia yaitu sebanyak 11
bank umum syariah dan 24 unit usaha syariah.
B. Anaslisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Pengolahan data
pada penelitian
ini dilakukan
dengan menggunakan bantuan pengolahan data SPSS 16 dan Microsoft Excel
2007. Variabel-variabel yang diteliti yaitu terdiri dari variabel independent; Inflasi, BI Rate, Pertumbuhan pembiayaan, dan Ukuran
81
perusahaan. Sedangkan variabel dependennya adalah tingkat Non Performing Financing Sektor UKM. Penjelasan lebih lanjut sebagai
berikut:
a. Infasi
Inflasi merupakan indikator suatu perekonomian suatu negara. Negara yang mampu mengendalikan tingkat inflasi maka akan mampu
mengendalikan masalah makro ekonomi lainnya seperti pengangguran dan kemiskinan. Angka inflasi sebagai salah satu indikator stabilitas
ekonomi selalu menjadi pusat perhatian.Inflasi dapat dikaitkan dengan gejolak ekonomi yang selalu mengitu perjalanan perekonomian suatu
negara yang dinamis. Tekanan inflasi menjadi tinggi dengan adanya kebijakan
pemerintah untuk mengurangi berbagai subsidi guna mendorong pembentukan harga berdasarkan mekanisme pasar. Inflasi merupakan
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum dianggap inflasi.
Di Indonesia tingkat inflasi selalu mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Penyebabnya beragam, mulai dari naiknya harga
minyak dunia dan kegagalan produksi panen petani dalam negeri. Inflasi di Indonesia juga kerap timbul sebagai akibat dari krisis
ekonomi dunia. Penyebabnya adalah dalamnya integrasi sistem keuangan dalam negeri dan luar negeri. Bahkan tak jarang dampak
yang ditimbulkan dari faktor luar negeri justru menghambat
82
perekonomian di Indonesia. Data dari bank Indonesia menggambarkan betapa besar pengaruh luar negeri terhadap perekonomian di
Indonesia. Terutama ketika terjadi krisis ekonomi dunia, tingkat inflasi di Indonesia cenderung mengalami peningkatan.
Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perkembangan inflasi per bulan periode Januari 2009 hingga
Desember 2012. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id. diakses pada tanggal 1 April 2013 pukul 20:45 wib
Tabel 4.1. Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 2009-2012
Bulan Inflasi
2009 2010
2011 2012
Januari 0,07
0,84 0,89
0,76 Februari
0,21 0,30
0,13 0,05
Maret 0,22
-0,14 -0,32
0,07 April
-0,31 0,15
-0,31 0,21
Mei 0,04
0,29 0,12
0,07 Juni
0,11 0,97
0,55 0,62
Juli 0,45
1,57 0,67
0,70 Agustus
0,56 0,76
0,93 0,95
September 1,05
0,44 0,27
0,01 Oktober
0,19 0,06
-0,12 0,16
November -0,03
0,60 0,34
0,07 Desember
0,33 0,92
0,57 0,54
Sumber: Bank Indonesia data diolah Dari tabel 4.1 dapat dilihat perkembangan inflasi di Indonesia pada tahun
2009 hingga tahun 2012 mengalami fluktuatif. Sepanjang tahun pengamatan tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan September tahun 2010 yakni sebesar
1,57, sedangkan yang terendah adalah pada November 2012 sebesar 0,01. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut dapat dilihat dari
grafik berikut:
83
Gambar 4.1. Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia periode 2009-2012
Sumber: Data diolah Berdasarkan gambar 4.1. di atas, Inflasi IHK tahun 2009 mencapai
2,78 yoy, atau lebih rendah dibandingkan dengan sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah sebesar 4,5±1 yoy. Penurunan harga
komoditas global, terutama harga energi, telah membuka peluang bagi Pemerintah untuk menurunkan harga BBM yang diikuti dengan
penurunan tarif angkutan masing-masing 14,1 dan 12,1. Pada tahun 2010, inflasi melesat dari nilai ekspektasi. Inflasi
tertinggi terjadi pada bulan September dengan tingkat inflasi sebesar 1,57. Penyebab awalnya adalah faktor non fundamental seperti anomali
cuaca baik lokal maupun global yang menyebabkan harga pangan melonjak. Komoditas bahan pokok seperti beras dan bumbu-bumbuan
memberi kontribusi kenaikan harga yang sangat besar pada inflasi volatile food selama tahun 2010. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan
-0,5 0,5
1 1,5
2
Ja n
u a
ri M
a re
t M
e i
Ju li
S e
p te
m b
e r
N o
v e
m b
e r
Ja n
u a
ri M
a re
t M
e i
Ju li
S e
p te
m b
e r
N o
v e
m b
e r
Ja n
u a
ri M
a re
t M
e i
Ju li
S e
p te
m b
e r
N o
v e
m b
e r
Ja n
u a
ri M
a re
t M
e i
Ju li
S e
p te
m b
e r
N o
v e
m b
e r