17
tidak, memiliki dampak yang negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari melainkan
dapat dikelola dan dikendalikan. Oleh sebab itu, sebagaimana perbankan pada umumnya, perbankan syariah juga memerlukan serangkaian
prosedur untuk mengelola risiko yang ditimbulkan akibat kegiatan usahanya.
Risiko dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok besar, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis Arifin, 2009:262. Risiko
sistematis adalah risiko yang diakibatkan oleh adanya suatu kondisi tertentu yang bersifat makro, seperti perubahan situasi politik, perubahan
kebijakan ekonomi pemerintah, perubahan situasi pasar, situasi krisis, dan lain sebagainya yang berdampak pada kondisi ekonomi secara
umum. Sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang bersifat unik, yang melekat pada suatu perusahaan atau bisnis tertentu saja. Dalam hal
ini perbankan syariah turut berpotensi menghadapi risiko-risiko tersebut.
2. Jenis-jenis Risiko Bank Syariah
a. Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan muncul akibat adanya kegagalan counterpary dalam memenuhi kewajibannya. Karim 2007: 260 membagi jenis-
jenis resiko pada bank syariah menjadi risiko terkait produk dan risiko terkait korporasi. Risiko yang terkait dengan produk ditimbulkan oleh
jenis produk pada perbankan syariah yang mempunyai karakteristik
18
yang khas yakni pembiayaan Natural Certainty Contracts seperti akad murabahah, ijarah, salam, istishna dan Natural Uncertainty
Contracts mudharabah dan musyarakah. Sementara itu pada risiko terkait pembiayaan korporasi muncul
sebagai akibat dari perubahan kondisi bisnis setelah pembiayaan, komitmen modal yang terlalu berlebihan, dan lemahnya analisis bank.
b. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki oleh bank, penyebabnya adalah karena terjadi
pergerakan variabel pasar berupa suku bunga dan nilai tukar. Menurut Karim 2007:272 risiko pasar terdiri dari empat hal, yaitu risiko
tingkat suku bunga, risiko pertukaran mata uang risiko harga dan risiko likuiditas.
1 Risiko Tingkat Suku Bunga Interest Rate Risk
Risiko tingkat suku bunga merupakan risiko yang harus dihadapi bank dikarenakan terjadinya fluktuasi tingkat suku
bunga. Dalam hal ini, meskipun bank syariah tidak menetapkan suku bunga pada sisi pendanaan dan pembiayaan, namun bank
syariah tidak akan dapat terlepas dari risiko tingkat suku bunga. Hal ini disebabkan pangsa pasar yang disasar oleh bank
syariah tidak hanya nasabah-nasabah yang loyal penuh terhadap sistem syariah.
2 Risiko Pertukaran Mata Uang Foregin Exchange Rate
19
Risiko ini merupakan suatu konsekuensi yang berkaitan dengan adanya pergerakan nilai tukar terhadap rugi laba bank.
Meskipun aktivitas-aktivitas pendanaan bank syariah tidak terpengaruhi fluktuasi kurs secara langsung karena tidak
dibolehkan melakukan transaksi yang bersifat spekulasi, namun bank syariah tidak dapat terlepas dari adanya posisi dalam valuta
asing. Mengingat bank syariah tidak berkenan berspekulasi, maka
transaksi seperti forward, margin trading, option, dan swap tidak boleh dijalankan. Yang diperkenankan adalah untuk
kebutuhan transaksi atau berjaga-jaga dan transaksi tersebut harus dilakukan secara tunai atau spot. Seperti pembayaran
dengan cek, pemindahbukuan, transfer, dan sarana pembayaran tunai lainnya.
c. Risiko Likuiditas
Menurut Arifin 2009:245 risiko likuiditas adalah risiko yang muncul manakala bank tidak mampu memenuhi kebetuhan dana cash
flow dengan segera, dan dengan biaya yang sesuai, baik untuk memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari maupun guna memenuhi
kebutuhan dana yang mendesak. Menurutnya, besar-kecilnya risiko ini
ditentukan oleh: