Sanitasi Dan Hygiene Pedagang Buah Potong Terhadap Keberadaan Bakteri Eschericia Coli Di Komplek USU Medan Tahun 2010
SANITASI DAN HYGIENE PEDAGANG BUAH POTONG TERHADAP KEBERADAAN BAKTERIEschericia coli
DI KOMPLEK USU MEDAN TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
ROMEI PANE NIM. 061000118
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(2)
SANITASI DAN HYGIENE PEDAGANG BUAH POTONG TERHADAP KEBERADAAN BAKTERIEschericia coli
DI KOMPLEK USU MEDAN TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
ROMEI PANE NIM. 061000118
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
SANITASI DAN HIGIENE PEDAGANG BUAH POTONG TERHADAP KEBERADAAN BAKTERIEschericia coli
DI KOMPLEK USU MEDAN TAHUN 2010 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
ROMEI PANE NIM. 061000118
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 15 Maret 2011 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji
Ir. Indra Chahaya S, MSi NIP. 19681101 199303 2 005
Penguji I
Ir. Evi Naria, M.Kes_ NIP. 19680320 199303 2 001 Penguji II
Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 19650109 199403 2 002
Penguji III
dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes NIP. 19700219 199802 2 001 Medan, Maret 2011
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Dr. Drs. Surya Utama, MS_ NIP. 19610831 198903 1 001
(4)
ABSTRAK
Buah potong merupakan jenis makanan jajanan berupa buah yang sudah dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil yang dijajakan secara berkeliling. Buah potong ini banyak digemari masyarakat karena harganya yang relatif murah, adapun cara pengolahannya kurang memperhatikan aspek hygiene sanitasi dan disajikan dalam keadaan tidak panas. Dengan kondisi yang demikian kemungkinan besar buah potong tercemar bakteriEschericia coli.
Jenis penelitian yang digunakan bersifat survei deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran hygiene sanitasi dan analisa laboratorium kandungan bakteri
Eschericia colipada buah potong pada awal dijajakan dan sesudah 6 jam dijajakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada prinsip hygiene sanitasi pedagang buah potong yang dijajakan di Komplek USU Medan yang memenuhi syarat adalah pada prinsip pemilihan bahan makanan sedangkan yang tidak memenuhi syarat adalah pada prinsip penyimpanan bahan baku, pengolahan makanan, penyimpanan makanan jadi, pengangkutan makanan dan penyajian makanan. Dari 7 sampel buah potong pada awal dijajakan ditemukan 6 sampel mengandung bakteri Eschericia coli
sedangkan dari 7 sampel yang diperiksa sesudah 6 jam dijajakan ditemukan 6 sampel mengandung bakteriEschericia colidengan jumlah yang meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan para pedagang dalam melakukan penanganan buah potong dengan hygiene dan sanitasi yang baik dan perlu dilakukan pengawasan hygiene sanitasi makanan dari pihak universitas.
(5)
ABSTRACT
Slice fruit is a kind of streets food which sold fruit with that has been cut into a smaller size. It has a cheap price that makes people like very much. The processing procedure is lack of hygiene sanitation aspect and the food served not in hot condition. This condition maybe possible contaminated the slice fruit by Eschericia coli.
The type of research using descriptive survey to perceive as hygiene sanitation and laboratory analyzes Eschericia coli on slice fruit, at the early peddled and peddled after 6 hours.
The results of this research showing the hygiene sanitation principle of the slice fruit seller at USU Medan which comply the agreement were raw food election. whereas as the storage of raw materials, food processing, food storage, food transport and food serving were not comply. From the 7 samples of slice fruit at the early peddled found 6 samples contaminated by Eschericia coli, while the 7 samples were examined after 6 hours peddled found 6 samples contaminated by Eschericia coli with an increased number.
Based on this results, the sellers expected doing the food handling with well hygiene sanitation and for the university, necesarry needed to do controlling hygiene sanitation of food
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Romei Pane
Tempat/ Tanggal Lahir : Garoga Julu/ 04 Mei 1988
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang
Alamat Rumah : Jl. Menteng 7 Gg. Ria No. 18 Medan RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. Tahun 1994 2000 : SD Negeri 173216 Garoga Julu 2. Tahun 2000 2003 : SLTP N 3 Medan
3. Tahun 2003 2006 : SMA RK Katolik Trisakti Medan 4. Tahun 2006 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara RIWAYAT ORGANISASI :
1. Anggota UKM KMK USU UP POMK sejak tahun 2006 hingga sekarang 2. Panitia Natal Oikumene Universitas Sumatera Utara tahun 2007
(7)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Sanitasi dan Hygiene Pedagang Buah Potong Terhadap keberadaan Bakteri Eschericia coli Di Komplek USU Medan Tahun 2010 .
Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dibuat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Strata I pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
3. Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Penguji II dan dr. Devi Nuraini Santi M.Kes selaku Dosen Penguji III
(8)
5. Lita Sri Andayani SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Ratna Tumangena S.Si selaku staf bagian Laboratorium Daerah Kesehatan Medan yang telah banyak membantu dan membimbing penulis ketika mengerjakan penelitian.
8. Pedagang buah potong yang berdagang di Komplek USU Medan yang telah bersedia menjadi responden saya.
9. Kedua orangtuaku yang terkasih, Ayahanda Alm. A. Pane dan Ibunda G. Hasibuan yang telah banyak memberikan doa, dukungan moril dan materi selama penulis mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan ini.
10. Keempat saudaraku yang terkasih yakni Jhonri Pane Amd, Ernawaty Pane Amd, Ennopati Pane ST dan Sudi Baik Pane yang telah banyak memberikan doa dan semangat dalam mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan ini.
11. Sahabat sahabatku terkasih : Eva, Anggi, Maulina, Purnama, Ira, Riris, dan Dahlia yang sudah banyak memberikan doa dan semangat selama menjalani perkuliahan, Terimakasih telah memberi warna dalam hidupku.
12. KK Servant of God (K Adela, K Monic, Nina, Marlina, Vivie dan Wilma) terimakasih telah menjadikan aku jadi bagian dari keluarga kecil ini.
13. Seluruh teman teman mahasiswa angkatan 2006 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya teman teman di
(9)
peminatan Kesehatan Lingkungan yang saling memberi semangat dan dukungan selama perjalanan mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan. 14. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.
Akhir kata semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkatNya kepada kita dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Maret 2011
(10)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ...i
Abstrak...ii
Daftar Riwayat Hidup ...iv
Kata Pengantar ...v
Daftar Isi...viii
Daftar tabel...xi
Daftar Lampiran...xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...5
1.3 Tujuan Penelitian ...5
1.3.1 Tujuan Umum ...5
1.3.2 Tujuan Khusus ...5
1.4 Manfaat Penelitian ...6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Higiene dan sanitasi...7
2.2 Higiene dan Sanitasi Makanan ...8
2.3 Prinsip Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman...9
2.3.1 Pemilihan Bahan Makanan ...9
2.3.2 Penyimpanan Bahan Makanan...11
2.3.3 Pengolahan Bahan Makanan...13
2.3.4 Penyimpanan Makanan Masak ...16
2.3.5 Pengangkutan Makanan ...18
2.3.6 Penyajian/Penjajaan Makanan ...19
2.4 Penyakit yang Ditularkan Melalui Makanan dan Minuman...21
2.5 Eschericia coli ...22
2.5.1 Sifat-SifatE.coli ...22
2.5.2 KlasifikasiE.coliBerdasarkan Virulensinya ...23
2.5.3 E.coliSebagai Indikator Pencemaran ...25
2.6 Buah-buahan ...25
2.6.1 Cara Membuat Buah Potong...26
2.6.2 Manfaat Buah-buahan...27
2.6.3 Cemaran E.colipada Buah...27
2.7 Kerangka Konsep...29
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...30
3.2.1 Lokasi Penelitian...30
(11)
3.3 Sampel Penelitian ...31
3.4 Metode Pengumpulan data...31
3.5 Pelaksanaan Penelitian...31
3.5.1 Bahan dan Peralatan...31
3.5.2 Cara Pengambilan sampel...32
3.5.3 Cara Pelaksanaan Pemeriksaan...33
3.6 Defenisi Operasional...35
3.7 Aspek Pengukuran ...37
3.8 Analisis Data...38
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi lokasi penelitian ...39
4.2 Hasil Penelitian...40
4.2.1 Karakteristik Pedagang Buah Potong ...40
4.2.2 Penerapan 6 Prinsip Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Buah Potong ...42
4.2.2.1 Pemilihan Bahan Makanan ...42
4.2.2.2 Penyimpanan Bahan Baku ...43
4.2.2.3 Pengolahan Bahan Makanan...43
4.2.2.4 Penyimpanan Makanan Jadi ...45
4.2.2.5 Pengangkutan Buah Potong ...46
4.2.2.6 Penyajian Buah Potong...47
4.2.2.7 Hasil Observasi 6 Prinsip Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Buah Potong ...48
4.3 Hasil Pemeriksaan BakteriEschericia coli...49
4.4 Gambaran Antara Pendidikan Pedagang Dengan Sanitasi Dan Hygiene Pedagang Buah potong Di Komplek USU Medan Tahun 2010 ...50
4.5 Gambaran Antara Masa Kerja Pedagang Dengan Sanitasi Dan Hygiene Pedagang Buah potong Di Komplek Kampus USU Medan Tahun 2010 ...51
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Observasi 6 Prinsip Hygiene Sanitasi Pada Buah Potong ...53
5.1.1 Pemilihan Bahan Makanan ...53
5.1.2 Penyimpanan Bahan Makanan...54
5.1.3 Pengolahan Bahan Makanan ...55
5.1.4 Penyimpanan Makanan Jadi...57
5.1.5 Pengakutan Makanan Jadi...58
5.1.6 Penyajian Makanan...58
5.2 Kandungan BakteriEschericia coliPada Buah potong...60
5.3 Gambaran Antara Pendidikan Pedagang Dengan Sanitasi Dan Hygiene Pedagang Buah Potong Di Komplek Kampus USU Medan Tahun 2010 ...63
(12)
5.4 Gambaran Antara Masa Kerja Pedagang Dengan Sanitasi Dan Hygiene Pedagang Buah Potong Di Komplek Kampus USU Medan Tahun 2010 ...64 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ...65 6.2 Saran ...66 DAFTAR PUSTAKA
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Distribusi pedagang Buah Potong Berdasarkan Jenis Kelamin
di Komplek USU Medan Tahun 2011 ...40 4.2 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Golongan Umur
di Komplek USU Medan Tahun 2011 ...40 4.3 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Lama Berdagang
di Komplek USU Medan Tahun 2010 ...41 4.4 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Pendidikan Terakhir
di Komplek USU Medan Tahun 2010 ...41 4.5 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Pemilihan Bahan
Baku Buah Potong Yang Dijajakan di Komplek USU Medan
Tahun 2010 ...42 4.6 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Penyimpanan Bahan
Baku Buah Potong Yang Dijajakan di Komple USU Medan
Tahun 2010 ...43 4.7 Distribusi Pedagang Buah potong Berdasarkan Pengolahan Makanan
Yang Dijajakan di Komplek USU Medan Tahun 2010 ...44 4.8 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Penyimpanan
Makanan Jadi Yang Dijajakan di Komplek USU Medan Tahun 2010 ...46 4.9 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Pengangkutan
Makanan Yang Dijajakan di Komplek USU Medan Tahun 2010...46 4.10 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Penyajian Makanan
Yang Dijajakan di Komplek USU Medan Tahun 2010...47 4.11 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Observasi 6 Prinsip
Hygiene Sanitasi Pedagang Buah Potong Di USU Medan Tahun 2010 ...48 4.12 Hasil Pemeriksaan BakteriEschericia colipada Buah Potong Pada Awal
Dijajakan di Komplek USU Medan Tahun 2010 ...49 4.13 Hasil Pemeriksaan BakteriEschericia colipada Buah Potong Setelah 6 Jam
Dijajakan di Komplek USU Medan Tahun 2010 ...49 4.14 Distribusi Frekuensi Gambaran Pendidikan Pedagang Terhadap
Sanitasi dan Hygiene Pedagang Yang Berdagang Di Komplek
USU Medan Tahun 2010 ...50 4.15 Distribusi Frekuensi Gambaran Masa Kerja Pedagang Terhadap
Sanitasi dan Hygiene Pedagang Yang Berdagang Di Komplek
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Pedagang Buah Potong di Komplek USU Medan Tahun 2010
Lampiran 2 Data Hasil Observasi Hygiene Sanitasi Pedagang Buah Potong di Komplek USU Medan Tahun 2010
Lampiran 3 Dokumentasi pada saat melakukan penelitian
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin di Balai Laboratorium Kesehatan Medan Dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2010
Lampiran 5 Surat Keterangan selesai penelitian dari Balai Laboratorium Kesehatan Medan
Lampiran 6 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan Lampiran 7 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010
(15)
ABSTRAK
Buah potong merupakan jenis makanan jajanan berupa buah yang sudah dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil yang dijajakan secara berkeliling. Buah potong ini banyak digemari masyarakat karena harganya yang relatif murah, adapun cara pengolahannya kurang memperhatikan aspek hygiene sanitasi dan disajikan dalam keadaan tidak panas. Dengan kondisi yang demikian kemungkinan besar buah potong tercemar bakteriEschericia coli.
Jenis penelitian yang digunakan bersifat survei deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran hygiene sanitasi dan analisa laboratorium kandungan bakteri
Eschericia colipada buah potong pada awal dijajakan dan sesudah 6 jam dijajakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada prinsip hygiene sanitasi pedagang buah potong yang dijajakan di Komplek USU Medan yang memenuhi syarat adalah pada prinsip pemilihan bahan makanan sedangkan yang tidak memenuhi syarat adalah pada prinsip penyimpanan bahan baku, pengolahan makanan, penyimpanan makanan jadi, pengangkutan makanan dan penyajian makanan. Dari 7 sampel buah potong pada awal dijajakan ditemukan 6 sampel mengandung bakteri Eschericia coli
sedangkan dari 7 sampel yang diperiksa sesudah 6 jam dijajakan ditemukan 6 sampel mengandung bakteriEschericia colidengan jumlah yang meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan para pedagang dalam melakukan penanganan buah potong dengan hygiene dan sanitasi yang baik dan perlu dilakukan pengawasan hygiene sanitasi makanan dari pihak universitas.
(16)
ABSTRACT
Slice fruit is a kind of streets food which sold fruit with that has been cut into a smaller size. It has a cheap price that makes people like very much. The processing procedure is lack of hygiene sanitation aspect and the food served not in hot condition. This condition maybe possible contaminated the slice fruit by Eschericia coli.
The type of research using descriptive survey to perceive as hygiene sanitation and laboratory analyzes Eschericia coli on slice fruit, at the early peddled and peddled after 6 hours.
The results of this research showing the hygiene sanitation principle of the slice fruit seller at USU Medan which comply the agreement were raw food election. whereas as the storage of raw materials, food processing, food storage, food transport and food serving were not comply. From the 7 samples of slice fruit at the early peddled found 6 samples contaminated by Eschericia coli, while the 7 samples were examined after 6 hours peddled found 6 samples contaminated by Eschericia coli with an increased number.
Based on this results, the sellers expected doing the food handling with well hygiene sanitation and for the university, necesarry needed to do controlling hygiene sanitation of food
(17)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi sekedar mengatasi rasa lapar tetapi semakin kompleks. Konsumen semakin sadar bahwa pangan merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan tubuh (Purnawijayanti, 2001).
Setiap bahan pangan selalu mengandung mikroba yang jumlah dan jenisnya berbeda. Beberapa jenis mikroba yang banyak terdapat dalam bahan pangan adalah bakteri, kapang dan khamir. Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsung dengan sumber-sumber pencemar mikroba seperti tanah, air, udara, debu, saluran pencernaan dan pernafasan manusia ataupun hewan (Nurwanto, 1997).
Makanan yang aman adalah yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan memegang peran penting dalam pembentukan senyawa yang memproduksi bau tidak enak dan menyebabkan makanan menjadi tak layak makan.
(18)
Beberapa mikroorganisme yang mengontaminasi makanan dapat menimbulkan bahaya bagi yang mengonsumsinya (Astawan, 2010).
Bakteri merupakan salah satu zat pencemar yang potensial dalam kerusakan makanan dan minuman. Pada suhu lingkungan yang cocok, satu bakteri akan berkembang biak lebih dari 500.000 sel dalam 7 jam dan dalam 9 jam telah berkembang menjadi 2.000.000 (dua juta) sel, dalam 12 jam sudah menjadi 1.000.000.000 (satu milyar) sel. Kemungkinan menjadi penyebab penyakit sangat besar sekali. Makanan yang masih dijamin aman dikonsumsi paling lama dalam waktu 6 jam, karena setelah itu kondisi makanan sudah tercemar berat (Depkes RI, 2004).
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia (Wikipedia, 2010).
Eschericia coli umumnya diketahui terdapat secara normal dalam alat pencernaan manusia dan hewan. Eschericia coli yang menyebabkan penyakit pada manusia disebut Entero Pathogenic Eschericia coli (EPEC). Ada 2 golongan Eschericia coli
penyebab penyakit pada manusia, golongan pertama disebut Entero Toxigenic Eschericia coli (ETEC) yang mampu menghasilkan enterotoksin dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti kolera. Golongan kedua disebut Entero Invasi Eschericia coli (EIEC), dimana sel-sel Eschericia coli mampu menembus dinding usus dan menimbulkan kolitis (radang usus besar) atau gejala seperti disentri (Nurwanto, 1997). Keberadaannya di luar tubuh manusia menjadi indikator sanitasi
(19)
makanan dan minuman apakah pernah tercemar oleh kotoran manusia atau tidak. KeberadaanEschericia coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya bibit penyakit (patogen) pada pangan (Rahayu, 2007).
Penyakit yang ditularkan melalui makanan dapat menyebabkan penyakit yang ringan dan berat bahkan berakibat kematian diantaranya diakibatkan oleh belum baiknya penerapan hygiene makanan dan sanitasi lingkungan. Besarnya dampak terhadap kesehatan belum diketahui karena hanya sebagian kecil dari kasus-kasus yang akhirnya dilaporkan ke pelayanan kesehatan dan jauh lebih sedikit lagi yang diselidiki. Kasus - kasus yang dilaporkan di negara maju diperkirakan hanya sekitar 5 10 % sedangkan di banyak negara berkembang data kuantitatif yang dapat diandalkan pada umumnya sangat terbatas. Kejadian penyakit yang ditularkan melalui makanan di Indonesia cukup besar, terlihat dari masih tingginya penyakit infeksi seperti tipus, kolera, disentri, dan sebagainya dan dari 90 % kasus keracunan pangan disebabkan oleh kontaminasi mikroba (Fathonah, 2005).
Badan Pusat Pengawasan Obat dan Makanan mencatat bahwa selama tahun 2004 di Indonesia terjadi 82 kasus keracunan makanan yang menyebabkan 6.500 korban sakit dan 29 orang meninggal dunia. Sebanyak 31% kasus keracunan itu disebabkan makanan yang berasal dari jasa boga dan buatan rumah tangga (Antara, 2004 dalam Agustina, 2009).
Berdasarkan penelitian Purnamasari (2009), diketahui bahwa ada perbedaan kandungan Eschericia colipada es krim sebelum 7 jam dijajakan dan sesudah 7 jam dijajakan. Pada awal dijajakan ditemukan 62,5% sampel tidak mengandung
(20)
Eschericia coli namun sesudah 7 jam dijajakan ditemukan bahwa seluruh sampel (100%) terbukti terkontaminasiEschericia colidengan jumlah yang berbeda-beda.
Makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran dan hotel (Depkes RI, 2003). Sekarang ini usaha kecil sangat sering ditemui disekitar kita. Baik yang dijajakan di lingkungan rumah maupun lokasi penjualan tertentu. Pada umumnya makanan jenis seperti ini sangat digemari oleh masyarakat karena harganya yang relatif murah dan mudah untuk dijangkau. Beberapa jenis jajanan keliling adalah buah potong, es jagung, es tebu, cincau, es durian dan beberapa jenis dagangan lainnya yang ada di sekitar kita.
Buah potong merupakan jenis makanan jajanan berupa buah yang sudah dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil yang dijajakan secara berkeliling. Hal inilah yang membuat jenis jajanan ini sangan digemari pembeli karena harganya menjadi lebih murah dari pada harus membeli dalam bentuk utuh ataupun dalam kilogram. Selain itu buah ini menjadi semakin mudah dijangkau karena pada umumnya dijajakan secara berkeliling sehingga mengakibatkan semakin banyak jumlah pedagang buah potong yang beredar di masyarakat. adapun pengolahannya masih menggunakan cara yang sangat tradisional. Pada umumnya pedagang masih kurang memperhatikan aspek hygiene sanitasi pengolahan makanan yang dijualnya sehingga rentan terkontaminasi oleh organisme pathogen. Selain itu buah potong merupakan jenis makanan yang disajikan dalam keadaan tidak panas.
(21)
Berdasarkan hal diatas, maka penulis ingin mengetahui gambaran hygiene sanitasi pedagang buah potong keliling dengan menggunakan standar yang ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan sejalan dengan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
1.2 Perumusan Masalah
Buah potong banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena harganya yang murah dan kandungan gizinya yang baik bagi kesehatan. Namun tidak menutup kemungkinan, buah potong tersebut mengandung mikroorganisme yang justru menyebabkan penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa berasal pada saat pengolahan bahan baku sampai kepada penjajaan. Demikian juga dengan buah potong yang dijajakan di lingkungan kampus USU, kemungkinan juga masih dicurigai mengandung mikroorganisme penyebab penyakit sepertiEschericia coli.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran hygiene sanitasi pengolahan dan kandungan bakteri Eschericia coli dalam buah potong yang dijual di lingkungan kampus USU Medan tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pemilihan bahan baku buah potong 2. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyimpanan bahan buah potong
(22)
3. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pengolahan buah potong 4. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyimpanan buah potong 5. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pengangkutan buah potong 6. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyajian buah potong
7. Untuk mengetahui ada tidaknya Eschericia coli pada buah potong yang akan dijajakan pada saat akan dijajakan
8. Untuk mengetahui kandungan Eschericia colipada buah potong setelah 6 jam dijajakan
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam memilih mengkonsumsi buah potong yang dijajakan oleh pedagang keliling.
2. Sebagai masukan bagi BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan Dinas Kesehatan Kota Medan khususnya bagian kesehatan lingkungan dalam hal pengawasan hygiene sanitasi makanan dan minuman sehingga program yang disusun dan dilaksanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna. 3. Sebagai masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.
(23)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hygiene dan Sanitasi
Menurut Widyawati (2002), hygiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Selain itu menurut Depkes RI (2004), hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dangan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Penanganan makanan secara hygiene bertujuan untuk mengendalikan keberadaan patogen dalam makanan.
Yang dimaksud dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyawati, 2002). Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya, menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).
Pengertian kesehatan menurut UU No. 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Oleh karena itu penting dilakukan tindakan pengendalian terhadap penyakit seperti halnya perilaku hygiene sanitasi yang tentunya akan mempengaruhi kualitas kesehatan.
(24)
2.2 Hygiene dan Sanitasi Makanan
Makanan penting baik untuk pertumbuhan maupun untuk mempertahankan kehidupan. Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membantu dan mengganti jaringan, untuk bekerja dan untuk memelihara pertahanan tubuh terhadap penyakit (Adams, 2001). Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk kesehatan manusia mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit yang diakibatkan oleh makanan. Kasus penyakit bawaan makanan (foodborne disease) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, kebiasaan mengolah makanan secara tradisional, penyimpanan dan penyajian yang tidak bersih dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi (Chandra, 2005). Pada kebanyakan kasus, makanan terkontaminasi bukan secara sengaja tetapi lebih karena kecerobohan atau karena kurang memadainya pendidikan atau pelatihan dalam hal keamanan pangan (Adams, 1999).
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran dan hotel (Depkes RI, 2003). Buah potong merupakan salah satu makanan jajanan yang sedang tersebar luas penjualannya di masyarakat. Memiliki harga yang relatif murah dan memberikan manfaat yang dapat dinikmati konsumen. Umumnya dijual oleh pedagang kaki lima yang rentan terhadap pencemaran secara fisik, kimia, biologi baik dalam tahap pengolahan hingga tahap penjualan. Untuk itulah perlu diperhatikan aspek hygiene dan sanitasinya.
(25)
Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Penanganan makanan jajanan adalah kegiatan yang meliputi pengadaan, penerimaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, pewadahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian makanan atau minuman (Depkes RI, 2003).
2.3 Prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dan prinsip hygiene sanitasi makanan. Prinsip-prinsip ini penting untuk diketahui karena berperan besar sebagai faktor kunci keberhasilan usaha makanan. Suatu usaha makanan yang telah tumbuh dan berkembang dengan baik, jika mengabaikan prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman, besar kemungkinan pada suatu saat akan merugi (Depkes RI, 2004).
2.3.1 Pemilihan Bahan Makanan
Pilihlah bahan makanan yang masih segar, masih utuh, tidak retak atau pecah, terutama makanan yang cepat membusuk seperti daging, telur, ikan, susu, dalam bahan tidak terdapat kotoran, bahan tidak berulat. Bahan makanan sayuran yang tidak ada bolong-bolong patut dicurigai telah tercemar pestisida (Depkes RI, 2004)
(26)
2.3.1.1 Ciri-Ciri Bahan Makanan yang Baik 1. Buah-buahan
a. Keadaan fisiknya baik, isinya penuh, kulit utuh, tidak rusak atau kotor b. Isi masih terbungkus kulit dengan rapi
c. Warna sesuai dengan bawaannya, tidak ada warna tambahan, warna buatan (karbitan) dan warna lain selain warna buah
d. Tidak berbau busuk , bau asam/basi atau bau yang tidak segar lainnya e. Tidak ada cairan lain selain getah aslinya
2. Sayuran
a. Daun, buah atau umbi dalam keadaan segar, utuh dan tidak layu b. Kulit buah atau umbi utuh dan tidak rusak/pecah
c. Tidak ada bekas gigitan hewan, serangga atau manusia d. Tidak ada bagian tubuh yang ternoda atau berubah warnanya e. Bebas dari tanah atau kotoran lainnya
3. Biji-bijian
a. Kering, isi penuh (tidak keriput)
b. Permukaannya baik, tidak ada noda karena rusak, jamur atau kotoran selain warna aslinya
c. Biji tidak berlubang-lubang
d. Tidak tercium bau lain selain bau khas yang bersangkutan
(27)
2.3.1.2 Sumber Bahan-Bahan Makanan yang Baik
Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik perlu diketahui sumber-sumber makanan yang baik. Sumber bahan makanan yang baik sering kali tidak mudah kita temukan karena jaringan perjalanan makanan yang demikian panjang dan melalui jaringan perdangan pangan.
Sumber-sumber bahan makanan yang baik adalah :
1. Pusat penjulan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang dikendalikan dengan baik (swalayan)
2. Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah dengan baik (Depkes RI, 2004)
2.3.2 Penyimpanan Bahan Makanan
Penyimpanan bahan makanan dimaksudkan agar bahan makanan tersebut tidak mudah rusak dan tidak kehilangan nilai gizinya. Pada umumnya semua bahan pangan sebelum disimpan, dibersihkan terlebih dahulu dan dicuci. Lalu setelah itu di bungkus dengan pembungkus yang bersih baru disimpan dalam ruangan yang bersuhu rendah seperti lemari es (Koesmayadi, 2010).
Dalam penyimpanan bahan makanan hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan memenuhi syarat
2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga : a. Mudah untuk mengambilnya
(28)
b. Tidak menjadi tempat bersarang/bersembunyi serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
c. Tidak mudah membusuk dan rusak, untuk bahan-bahan yang mudah membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin
d. Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk riwayat keluar masuk barang dengan sistemFIFO (first in first out)
Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya menurut Depkes RI, 2004 :
1. Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10oC 15oC untuk jenis minuman buah, es krim dan sayur
2. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4oC - 10oC untuk bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah kembali
3. Untuk bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam 4. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 0oC - 4oC
Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 0oC untuk bahan makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam.
2.3.3 Pengolahan Bahan Makanan
Pengolahan makanan dan minuman adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi minuman yang siap saji. Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti kaidah dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan (Depkes RI, 2004)
(29)
2.3.3.1 Penjamah Makanan
Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain (Depkes RI, 2003):
1. Tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya
2. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya) 3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian 4. Memakai celemek dan tutup kepala
5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan
6. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas tangan
7. Tidak sambil merokok, mengaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya)
8. Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan dan atau tanpa menutup mulut dan hidung
9. Tidak menggunakan hiasan emas
10. Tidak bercakap-cakap saat menangani minuman
Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal : 1. Mengolah makanan atau makanan dengan tangan kotor 2. Memasak sambil bermain dengan hewan peliharaan
(30)
4. Dapur, alat masak dan makan yang kotor, dan lain-lain. 2.3.3.2 Persiapan Tempat Pengolahan
Pedagang berkewajiban menyediakan tempat pengolahan makanan atau disebut dapur yang memenuhi standard dan persyaratan hygiene dan sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap makanan.
Beberapa hal yang penting dalam persiapan di dapur adalah (Depkes RI, 2003) : 1. Ventilasi harus cukup baik agar asap dan udara panas dapur keluar dengan
sempurna
2. Lantai, dinding dan ruangan bersih dan terpelihara agar menekan kemungkinan pencemaran terhadap makanan
3. Meja peracikan bersih dan permukaannya kuat/tahan goresan agar bekas irisan tidak masuk ke dalam makanan
4. Tungku dilengkapi dengan alat penangkap asap atau pembuang asap berupa sungkup(hood)atau cerobong asap, agar asap tidak mengotori ruangan 5. Ruangan bebas lalat dan tikus. Lalat dan tikus adalah sumber pencemar yang
cukup potensial pada makanan 2.3.3.3 Peralatan Masak
1. Bahan peralatan
Tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan seperti Cadmium, Plumbum, Zinkum, Cuprum, Stibium, atau Arsenicum. Logam ini beracun yang dapat berakumulasi sebagai penyakit saluran kemih dan kanker
(31)
2. Keutuhan peralatan
Tidak boleh patah, gompel, penyok, tergores atau retak, karena akan menjadi sarang kotoran atau bakteri. Peralatan tidak utuh tidak mungkin dapat dicuci sempurna sehingga dapat menjadi sumber kontaminasi
3. Fungsi
Setiap peralatan mempunyai fungsi tersendiri yang berbeda dan jangan dicampur aduk. Gunakanlah gagang sebagai tanda dalam penggunaan. Contoh : gagang pisau warna biru/hitam digunakan untuk makanan masak, gagang pisau warna merah/kuning digunakan untuk makanan mentah dimana peralatan yang digunakan campur baur akan menimbulkan kontaminasi
4. Letak
Peralatan yang bersih dan siap dipergunakan sudah berada pada tempat masing-masing sehingga memudahkan untuk mencari dan mengambilnya. Peralatan yang dipergunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan harus juga sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi, antara lain (Depkes RI, 2003) :
1. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun
2. Lalu dikeringkan dengan alat pengering/lap yang bersih
3. Kemudian peralatan yang bersih tersebut disimpan ditempat yang bebas dari pencemaran
(32)
4. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang untuk sekali pakai
2.3.4 Penyimpanan Makanan Masak
Kualitas makanan yang telah diolah sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana terdapat titik-titik rawan perkembangan bakteri patogen pada suhu yang sesuai dengan kondisinya. Namun demikian perkembangan bakteri masih ditentukan oleh jenis makanan yang sesuai sebagai media pertumbuhannya. Prinsip dari tehnik penyimpanan ditujukan untuk mencegah pertumbuhan/perkembangan bakteri, mengawetkan makanan dan mengurangi pembusukan (Depkes, 2004).
2.3.4.1 Wadah
Setelah selesai proses pengadaan, penerimaaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, maka akan dilakukan pengemasan atau pewadahan. Makanan jajanan yang disajikan harus dengan wadah yang bersih dan aman bagi kesehatan, dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup pembungkus yang digunakan dan atau tutup makanan jajanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan (Depkes RI, 2003). Pada dasarnya hygiene sanitasi dalam pewadahan mencakup beberapa hal, antara lain :
1. Semua makanan masak mempunyai wadah masing-masing yang terpisah 2. Pemisahan didasarkan pada saat makanan mulai diolah dan jenis makanan 3. Setiap wadah mempunyai tutup, tetap berventilasi yang dapat mengeluarkan
uap air
(33)
2.3.4.2 Suhu
Suhu makanan yang kemungkinan dapat membahayakan yaitu pada suhu penyimpanan 5oC atau lebih rendah dari suhu tersebut dan diatas 60oC (Anonimus, 2001).
1. Makanan kering (goreng-gorengan) disimpan dalam suhu kamar (25o C-30oC)
2. Makanan basah (kuah, sop, gulai) harus segera disajikan pada suhu diatas 60oC
3. Makanan basah yang masih lama disajikan disimpan pada suhu di bawah 10oC
2.3.4.3 Waktu tunggu (holding time)
1. Makanan masak yang baru saja selesai diolah suhunya masih cukup panas yaitu di atas 80oC. Makanan pada suhu demikian masih berada pada kondisi aman
2. Makanan dalam waktu tunggu kurang dari 4 jam biasanya dapat diabaikan suhunya
3. Suhu makanan dalam waktu tunggu yang sudah berada di bawah 60oC segera dihidangkan dan waktu tunggunya semakin singkat
4. Makanan yang disajikan panas harus tetap dipanaskan dalam suhu di atas 60oC
5. Makanan yang disajikan dingin disimpan dalam keadaan dingin pada suhu di bawah 10oC
(34)
6. Makanan yang disimpan pada suhu di bawah 10oC harus dipanaskan kembali (reheating)sebelum disajikan
2.3.5 Pengangkutan Makanan
Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan di dalam mencegah terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masak lebih tinggi resikonya daripada pencemaran pada bahan makanan. Oleh karena itu, titik berat pengendalian yang perlu diperhatikan adalah pada makanan masak. Dalam proses pengangkutan makanan banyak pihak yang terkait mulai dari persiapan, pewadahan, orang, suhu dan kendaraan pengangkutan itu sendiri (Depkes RI, 2004)
2.3.5.1 Pengangkutan Bahan Makanan
Pencemaran makanan selama dalam pengangkutan dapat berupa pencemaran fisik, mikroba maupun kimia. Untuk mencegahnya adalah membuang atau setidaknya mengurangi sumber yang akan menyebabkan pencemaran. Caranya yaitu
( Depkes RI, 2004) :
1. Mengangkut bahan makanan tidak tercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3), seperti pupuk, obat hama atau bahan berbahaya lainnya
2. Kendaraan pengangkut makanan tidak dipergunakan untuk mengangkut bahan lain seperti mengangkut orang, hewan, atau barang-barang
3. Kendaraan yang digunakan harus diperhatikan kebersihannya agar setiap akan digunakan untuk makanan selalu dalam keadaan bersih
4. Hindari pemakaian kendaraan yang telah mengangkut bahan kimia atau pestisida walaupun telah dicuci masih akan terjadi pencemaran
(35)
5. Hindari perlakuan manusia yang menangani makanan pengangkutan seperti perlakuan makanan yang ditumpuk, diinjak, dan dibanting
6. Jika memungkinkan gunakanlah kendaraan pengangkut bahan makanan yang menggunakan alat pendingin sehingga mampu membawa makanan dengan jangkauan lebih jauh, tetapi tentu saja biayanya akan menjadi jauh lebih besar sehingga akan menaikkan harga makanan
2.3.5.2 Pengangkutan Makanan Siap Santap
Makanan siap santap lebih rawan terhadap pencemaran sehingga perlu penanganan yang ekstra hati-hati. Sehingga dalam prinsip pengangkutan makanan siap santap perlu diperhatikan sebagai berikut (Depkes RI, 2004):
1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing
2. Wadah yang digunakan harus utuh, kuat, dan ukurannya memadai dengan makanan yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau bocor 3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap panas
dalam keadaan tertutup sampai di tempat penyajian
4. Kendaraan pengangkut disediakan khusus dan tidak digunakan untuk keperluan mengangkut bahan lain.
2.3.6 Penyajian/Penjajaan Makanan
Proses terakhir adalah penjualan/penjajaan/penyajian makanan. Makanan jajanan yang siap disajikan dan telah lebih dari 6 (enam) jam apabila masih dalam keadaan baik, harus diolah kembali sebelum disajikan. Makanan disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan bersih, sirkulasi udara dapat
(36)
berlangsung, penyaji berpakaian bersih, rapi, menggunakan tutup rambut. Tangan penyaji tidak boleh kontak langsung dengan makanan yang disajikan.
2.3.6.1 Perlengkapan/Sarana penjaja
Untuk meningkatkan mutu dan hygiene sanitasi makanan jajanan disarankan menggunakan perlengkapan/sarana penjaja yang juga memenuhi syarat kesehatan. Makanan jajanan yang dijajakan dengan sarana penjaja konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi makanan dari pencemaran, antara lain (Depkes RI, 2003) :
1. Mudah dibersihkan
2. Harus terlindung dari debu dan pencemaran 3. Tersedia tempat untuk :
a. Air bersih
b. Penyimpanan bahan makanan
c. Penyimpanan makanan jadi/siap disajikan d. Penyimpanan peralatan
e. Tempat cuci (alat, tangan, bahan makanan) 2.3.6.2 Lokasi penjualan
a. Lokasi usaha harus jauh atau minimal 500 meter dari sumber pencemaran
b. Lokasi usaha terhindar dari serangga
c. Lokasi usaha dilengkapi tempat pembuangan sampah yang tertutup d. Lokasi usaha dilengkapi fasilitas pengendali serangga
(37)
e. Dilengkapi fasilitas sanitasi air bersih, tempat penampungan sampah, saluran pembuangan air limbah, jamban dan peturasan.
2.4 Penyakit yang Ditularkan Melalui Makanan dan Minuman
Menurut Adams (1999), food borne disease (penyakit bawaan makanan) terutama disebabkan oleh organisme pathogen menjadi masalah yang serius di semua negara. Diare adalah ciri khas dari sebagian besar penyakit tersebut dan sekitar 70 % dari seluruh kejadian diare mungkin diakibatkan oleh konsumsi makanan dan air yang terkontaminasi. Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme bawaan makanan, terutama bakteri berkaitan dengan gejala-gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, nyeri lambung dan diare. Karena diare adalah gejala klinis yang paling umum pada
food borne disease maka banyak diantara penyakit tersebut yang disebut penyakit diare.
Bagi kebanyakan orang dewasa insiden food borne disease memang tidak menyenangkan, tetapi umumnya ringan dan terbatas pada timbulnya perasaan kurang enak badan seperti gastroenteritis dan biasanya tidak mengancam nyawa. Pengecualian terjadi terutama pada individu yang rentan, seperti lansia atau yang berusia sangat muda, ibu hamil, atau mereka yang sudah sangat sakit atau lemas karena beberapa alasan. Proporsi kelompok yang rentan ini cukup besar dalam populasi dan bagi kebanyakan dari mereka diare bisa mengancam nyawa.
(38)
2.5 Eschericia coli
2.5.1 Sifat SifatEschericia coli
Eschericia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga
koliform fekal. Bakteri koliform lainnya berasal dari hewan dan tanaman mati dan disebut koliform nonfekal (Fardiaz, 2007). Kuman ini berbentuk batang pendek (kokobasil), negatif gram, ukuran 0,4-0,7 µm x 1,4 µm. Sebagian besar bergerak positif dan beberapa strain mempunyai kapsul (Syarurachman, 1993). Bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini selama bertahun-tahun telah dicurigai sebagai penyebab diare sedang sampai gawat yang kadang-kadang timbul pada manusia dan hewan (Wikipedia, 2010).
Eschericia coli yang merupakan group koliform ini mempunyai sifat dapat memfermentasi laktose dan memproduksi asam dan gas pada suhu 37oC maupun suhu 44,5 + 0,5oC dalam waktu 48 jam (Fardiaz, 2007).
Eschericia coli berkembang biak pada suhu 40oC dan bakteri ini akan mati pada suhu 60oC selama 30 menit dan tidak bisa bertahan pada tempat kering dan kena pembasmi kuman, bila dilihat dibawah mikroskop maka kumpulan Eschericia coli
berwarna merah.
Eschericia coli relatif peka panas, segera hancur oleh suhu pasteurisasi dan pemanasan. Sedangkan pada proses pembekuan tidak akan membinasakan bakteri, sehingga bakteri dapat hidup dalam suhu yang rendah dalam jangka waktu yang relatif panjang (Volk & Wheeler, 1984).
(39)
2.5.2 KlasifikasiEschericia coliBerdasarkan Sifat Virulensinya
Menurut Zawetz, Eschericia coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan di seluruh dunia. Eschericia coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat sifat virulensinya dan setiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda, antara lain :
a. Eschericia coli Enteropatogenik(EPEC)adalah penyebab diare penting pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC sebelumnya dikaitkan dengan wabah diare pada anak-anak di negara maju. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil. Faktor yang diperantarai secara kromosom menimbulkan pelekatan yang kuat. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare cair, yang biasanya sembuh sendiri tetapi dapat juga menjadi kronik. Lamanya diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat diobati dengan pemberian antibiotik. b. Eschericia coli Enterotoksigenik (ETEC) adalah penyebab yang sering dari
diare wisatawan dan sangat penting menyebabkan diare pada bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil. Beberapa strain menghasilkan eksotoksin tidak tahan panas (LT). LT merangsang pembentukan antibodi netralisasi dalam serum dan barangkali pada permukaan usus pada orang yang sebelumnya terinfeksi dengan enterotoksigenik Eschericia coli. Orang - orang yang tinggal di daerah pinggiran dimana organisme semacam ini sangat prevalen umumnya memiliki antibodi dan jarang mengalami diare pada pemaparan kembali Eschericia coli
(40)
penghasil LT. Beberapa strain lainnya menghasilkan enterotoksin tahan panas (STa) yang merangsang cairan pada sel epitel usus yang menimbulkan diare yang hebat. Banyak strain positif STa yang juga menghasilkan LT.
c. Eschericia coli Enterohemoragik (EHEC) merupakan bakteri yang sangat berbahaya yang hidup dalam daging mentah. Bakteri ini menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksinya pada sel vero, suatu sel hijau dari monyet hijau Afrika. Terdapat sedikitnya dua bentuk antigenic dari toksin. EHEC berhubungan dengan holitis hemoragik, bentuk diare yang berat dan dengan sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat gagal ginja akut, anemia hemolitik mikroangiopatik, dan trombositopenia. Banyak kasus EHEC dapat dicegah dengan memasak daging sampai matang. Diare ini ditemukan pada manusia, sapi, dan kambing.
d. Eschericia coli Enteroinvasif (EIEC), menimbulkan penyakit yang sangat mirip dengan shigellosis yang paling sering terjadi pada anak-anak di negara berkembang dan pada para wisatawan yang menuju ke negara tersebut. Seperti shiggela. Strain EIEC bersifat nonlaktosa atau melakukan fermentasi laktosa dengan lambat serta bersifat tidak dapat bergerak. EIEC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus.
e. Eschericia coli Enteroagroregatif (EAEC), bakteri ini menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di negara berkembang. Bakteri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia. EAEC menproduksi hemolisin dan ST enterotoksin yang sama dengan ETEC.
(41)
2.5.3 Eschericia coliSebagai Indikator Pencemaran
Eschericia coli sudah lama diketahui sebagai indikator adanya pencemaran tinja manusia pada minuman ataupun makanan. Beberapa alasan mengapaEschericia colidisebut sebagai indikator pencemaran pada tinja dibanding bakteri lainnya adalah (Chandra, 2005) :
a. Jumlah organisme cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200 - 400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air memberi bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.
b. Organisme ini lebih mudah dideteksi melalui metode kultur (walau hanya terdapat 1 kuman dalam 100 cc air) dibanding tipe kuman patogen lainnya. c. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen
lainnya.
d. Organisme ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila koliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan dalam sampel air tersebut di atas walaupun dalam jumlah yang kecil.
2.6 Buah-buahan
Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein dan serat. Selain itu setiap jenis buah mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri seperti rasa yang lezat, aroma yang khas, serta warna dan bentuk yang mengandung nilai-nilai estetis (Syabullah, 1996).
(42)
2.6.1 Cara Membuat Buah Potong
Buah potong merupakan buah yang sudah dipotong dengan ukuran tertentu kemudian buah tersebut dijajakan secara perpotong. Beberapa jenis dari buah-buahan yang biasa dijajakan adalah kedondong, nenas, semangka, melon, ketimun, bengkoang, manisan jambu biji, dan jambu air. Adapun cara membuat buah potong adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan jenis buah-buahan yang dibutuhkan 2. Membersihkan buah-buahan
3. Mengupas buah dan memotongnya menjadi ukuran tertentu
4. Beberapa jenis buah setelah dikupas ada yang direndam ke dalam air gula terlebih dahulu seperti kedondong dan jambu biji
5. Menyusun buah ke dalam sebuah wadah berbentuk kaca untuk dijajakan secara berkeliling
2.6.2 Manfaat Buah-Buahan
Buah-buahan memegang peran penting dalam menunjang kesehatan dan kebugaran tubuh. Manfaat buah-buahan yang utama adalah sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral nabati yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan jasmani dan kesehatan. Selain sebagai sumber vitamin dan mineral, buah-buahan juga mengandung bahan antioksida yang mampu mencegah sel-sel dari proses penuaan atau kematian jaringan. Oleh karena itu apabila kita mengkonsumsi buah-buahan secara teratur, proses penuaan kulit dapat dihambat. Bagi orang yang sedang
(43)
menjalani diet, mengonsumsi buah merupakan cara yang efektif untuk mempertahankan berat badan guna menuju hidup sehat (Ashari, 2006).
Beberapa jenis buah mampu menurunkan kolesterol darah, kadar gula darah, mencegah penyebaran sel kanker. Buah juga sebagai antibiotik, menyembuhkan luka lambung, mengurangi serangan rematik, mencegah karies gigi, diare, menyembuhkan sakit kepala dan lain-lain. Buah-buahan mengandung karoten dan vitamin C yang berperan penting sebagai antioksidan untuk mengatasi serangan radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker. Buah-buahan juga mengandung serat pangan yang tinggi untuk mencegah sembelit, diabetes melitus, kanker kolon, tekanan darah tinggi, dan lain-lain (Astawan, 2010).
2.6.3 CemaranEschericia coli Pada Buah
Buah, sayur dan umbi dapat mengalami kerusakan oleh berbagai jenis mikroba (bakteri, khapang dan khamir). Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kerusakan buah, sayur dan umbi adalah :
1. Jumlah mikroba awal yang mencemari buah, sayur atau umbi 2. Sifat-sifat substrat (faktor intrinsik)
3. Kondisi penyimpanan
4. Mikroba yang dominan pada substrat (Nurwanto, 1997)
Saat penanaman, pemanenan dan penyimpanan, buah-buahan dan sayuran dapat terkontaminasi oleh patogen dari sumber seperti air, tanah dan kotoran hewan. Resiko pencemaran akan semakin tinggi akibat praktik penggunaan kotoran hewan atau manusia sebagai pupuk atau melakukan irigasi dengan air yang tercemar limbah.
(44)
Masalah ini akan semakin buruk dengan pada produk yang tumbuh di tanah atau yang sangat dekat dengan tanah (Djafar, 2007).
Kontaminasi pada buah-buahan dan sayuran dapat dikurangi dengan mencucinya secara benar dengan air bersih. Penggunaan agen desinfeksi seperti hipoklorit dengan air dapat meningkatkan penghancuran mikroorganisme yang berhubungan dengan produk tersebut tetapi hal ini tidak menjamin keamanannya. Permukaan kebanyakan buah tidak halus dan memiliki banyak gerigi kecil dimana mikroorganisme bisa bersembunyi atau tertinggal pada produk tersebut setelah dicuci dengan air bersih. Jika air yang digunakan untuk mencuci buah-buahan tercemar ini tentunya memiliki efek yang berlawanan dan dapat memasukkan kontaminasi yang berbahaya.
Pertumbuhan mikroba pada buah-buahan yang utuh atau tidak cacat akan terbatas karena tanaman tersebut memiliki penghalang antimikroba alamiah dalam bentuk kulit yang melindunginya dari infeksi selama hidup. Setiap kerusakan yang mematahkan lapisan antimikroba ini akan mengakibatkan masuk dan bertumbuhnya mikroba dalam jaringan di bagian lapisan itu sehingga setiap bentuk perlakuan seperti pemotongan, pengirisan, atau pengupasan akan meningkatkan kemampuan pertumbuhan atau pertahanan hidup kontaminan dan risiko penularan foodborne illness(Adams, 1999).
(45)
2.7 Kerangka Konsep
Hygiene sanitasi berdasarkan 6 prinsip : 1. Pemilihan bahan
buah potong 2. Penyimpanan
bahan buah potong 3. Pengolahan buah
potong
4. Penyimpanan buah potong
5. Pengangkutan buah potong
6. Penyajian buah potong Kepmenkes RI No.942/Menkes/ SK/VII/2003 Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat
KandunganE. coli
pada Buah potong : - 1. Pada saat dijajakan - 2. Sesudah 6 jam
dijajakan
-Permenkes RI No. 429/Menkes/PER/ IV/2010 Ada E. coli Tidak ada E. coli Jumlah E. coli Pemeriksaan Laboratorium
(46)
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat survei deskriptif, dengan melihat gambaran hygiene sanitasi dan analisa laboratorium untuk mengetahui kandungan bakteri Eschericia colipada buah potong yang dijajakan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Pengambilan sampel dan observasi terhadap penjual buah potong dilaksanakan di Lingkungan Komplek USU Medan. Alasan memilih lokasi ini
karena :
1. Terdapat banyak pedagang buah potong di lokasi ini 2. Jumlah konsumen yang membeli cukup besar 3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober Maret 2011. 3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang buah potong yang berdagang setiap hari di dalam Komplek USU yang berjumlah 7 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah seluruh pedagang buah potong di Komplek USU Medan yang berjumlah 7 orang. Dari setiap pedagang dilakukan 2 kali pengambilan buah potong yaitu pada awal dijajakan dan sesudah 6 jam dijajakan. Buah potong
(47)
yang diambil adalah pedagang pepaya, semangka, melon dan jambu. Alasan pemilihan buah ini adalah keempat jenis buah ini ada dijajakan oleh semua pedagang dan merupakan jenis buah yang paling banyak disediakan pedagang karena paling banyak diminati konsumen sehingga lebih sering bersentuhan ke tangan pembeli dan penjual.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dari hasil observasi langsung ke lokasi mengggunakan lembaran observasi kepada pedagang buah potong serta data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Medan terhadap buah potong.
3.5 Pelaksanaan Penelitian 3.5.1 Bahan dan Peralatan
A. Bahan (media dan regensia) untuk pemeriksaan sampel 1) Buah potong
2) Garam buffer phosphate pH 7,2
3) Lactose Broth (LB)
4) Brilliant Green Lactose Bile broth (BGLB)
5) Endo agar
6) Gentian violet 7) Lugol 1 %
8) Alkohol 99 %
(48)
B. Peralatan untuk pemeriksaan sampel
1) Autoclave
2) Inkubator 37oC dan 44oC 3) Timbangan
4) Labu erlemeyer 5) Rak tabung reaksi 6) Lampu spritus 7) Spidol
8) Tabung reaksi
9) Petri dish
10) Pipet steril 11) Kawat ose 12) Tabung durham 13) Kapas alkohol 14) Thermometer 3.5.2 Cara Pengambilan Sampel
1) Persiapkan segala sesuatu untuk pengambilan sampel seperti keperluan alat tulis, catatan pada formulir pemeriksaan tentang lokasi pengambilan sampel dan tanggal pengambilan.
2) Memesan buah potong yaitu buah papaya, semangka, jambu dan melon yang diberi wadah bungkusan plastik dari pedagang.
(49)
3) Sampel diberi nomor kode untuk membedakan buah potong dari setiap pedagang yang dibeli
4) Pengiriman dilakukan secepatnya minimal dalam waktu 3 jam harus sudah sampai laboratorium
3.5.3 Cara Pelaksanaan Pemeriksaan
Pemeriksaan Most Probable Number (MPN) (DEPKES RI, 1991). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang telah disiapkan dengan menggunakan metode tabung ganda :
(5 x 10 ml) ; (1 x 1 ml) ; (1 x 0,1 ml). Pemeriksaan tabung ganda terdiri dari :
I. Test pendahuluan(presumptive test)
II. Test penegasan(confirmative test)
I. Test Pendahuluan
Media yang biasa digunakan adalah lactose broth Cara pemeriksaan :
1. Siapakan 7 tabung reaksi yang masing-masing berisi media lactose broth
sebanyak 10 ml. tabung disusun pada rak tabung reaksi, masing-masing tabung diberi tanda :
a. Nomor urut
b. Tanggal pemeriksaan c. Volume
(50)
2. Masing-masing sampel ditimbang sebanyak 25 gram (potong dengan ukuran yang lebih kecil) kemudian dilarutkan dengan Bactopecton water 0,1% kemudian masukkan ke dalam stomachar selama 5 menit sembari diguncang-guncang
3. Dengan pipet steril ambil bahan pemeriksaan yang telah disiapakan yang disebut dengan suspense sampel. Masukkan ke dalam :
Tabung 1 s.d 5 masing-masing sebanyak 10 ml Tabung ke 6 sebanyak 1 ml
Tabung ke 7 sebanyak o,1 ml
Masing-masing tabung tersebut digoyang-goyang agar specimen dan media tercampur
4. Inkubasikan pada suhu 37 oC selama 24 48 jam diperiksa ada tidaknya pembentukan gas pada tabung durham. Catat semua tabung yang menunjukkan peragian lactose (pembentukan gas). Pembentukan gas pada tabung durham pada test pendahuluan dinyatakan test (+)/positif, dan dilanjutkan dengan test penegasan. Bila test negatif berarti koliform negatif dan tidak perlu dilakukan test penegasan
II. Test Penegasan(Confirmative Test)
Media yang digunakan :Brilliant Green Lactose Brooth (BGLB)2 %. Test ini untuk menegaskan hasil positif dari test pendahuluan
(51)
Cara pemeriksaan :
1. Dari tiap-tiap presumptive yang positif, dipindahkan 1 2 ose ke dalam tabung confirmative yang berisi 10 ml BGLB 2 %. Dari masing-masing tabungconfirmativediinokulasikan ke dalam 2 tabung BGLB 2 %
2. Satu seri tabung BGLB 2 % diinkubasikan pada suhu 35 37oC selama 24 48 jam untuk memastikan adanya koliform dan satu seri yang lain diinkubasikan pada suhu 44oC selama 24 48 jam untuk memastikan adanya koliform tinja
3. Pembacaan dilakukan setelah 24 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB yang menunjukkan positif gas
Test penegasan ini merupakan test minimal yang harus dikerjakan untuk pemeriksaan bakteriologi makanan dan minuman
III. Pembacaan hasil test penegasan
Pembacaan hasil dari test penegasan dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang menunjukkan adanya gas baik pada seri tabung yang diinkubasikan pada suhu 44 oC. angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN, makan akan diperoleh index MPN koliform untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 37 oC dan indeks MPNEschericia coliuntuk tabung yang diinkubasi pada suhu 44oC.
(52)
3.6 Defenisi Operasional
1. Buah potong adalah jenis makanan jajanan berupa buah yang sudah dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil.
2. Buah potong setelah 6 jam dijajakan adalah buah potong yang telah dijual pada komsumen selama 6 jam dari waktu pembuatannya
3. Hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan
4. Pemilihan bahan buah potong adalah pemilihan bahan buah-buahan yang masih segar, warna sesuai dengan warna bawaannya bukan karbitan dan dalam keadaan utuh.
5. Penyimpanan bahan buah potong adalah penyimpanan bahan pada tempat khusus yang bersih. Bebas dari serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya. Selain itu penyimpanan pada lemari pendingin untuk mencegah pembusukan.
6. Pengolahan buah potong adalah proses pemotongan buah-buahan dan menjadikan beberapa jenis buah lainnya menjadi manisan sebelum dijajakan. 7. Penyimpanan buah potong adalah penyimpanan buah potong yang sudah jadi
dan menyimpan makanan yang sudah jadi di tempat-tempat yang tidak terjangkau tikus, serangga, binatang pengganggu lainnya.
8. Pengangkutan buah potong adalah pemindahan buah potong dari tempat pengolahan hingga tempat dijajakan.
(53)
9. Penyajian buah potong adalah buah yang sudah dipotong menjadi bagian yang lebih kecil lagi ukurannya disajikan di dalam piring yang dilengkapi dengan sumpit lidi atau dibungkus dengan kantong plastik.
10. Pemeriksaan laboratorium adalah kegiatan yang dilakukan diruangan khusus dengan alat dan cara kerja tertentu dalam hal ini di Laboratorium Kesehatan Medan.
11. Kandungan Eschericia coli dalam buah potong adalah banyaknya Eschericia coliyang ditemukan pada buah potong yang merupakan indikator pencemaran sesuai dengan Permenkes 492/MEMKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Memenuhi syarat apabila 0 per 100 ml sampel (negatif) dan tidak memenuhi syarat apabila > 0 per 100 ml sampel (positif).
3.7 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran adalah melihat gambaran hygiene sanitasi pembuat buah potong yang dijual di lingkungan Komplek USU Medan yang meliputi pemilihan bahan buah potong, penyimpanan bahan buah potong, pengolahan buah potong, penyimpanan buah potong, pengangkutan buah potong dan penyajian buah potong. Jika salah satu pertanyaan dari observasi pada enam tahap hygiene sanitasi tidak sesuai kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan maka makanan jajanan tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan. Jika dalam hasil pemeriksaan diperoleh data yang menunjukkan bahwa terdapat bakteri Eschericia coli dalam buah potong, maka makanan jajanan tersebut
(54)
tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas air Minum.
3.7.1 Observasi
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi berupa pertanyaan yang menyajikan 2 jawaban, yaitu ya dan tidak dan pengukuran menggunakan 2 skor, yaitu :
1. Yang termasuk jawaban Ya, skornya = 1 2. Yang termasuk jawaban Tidak, skornya = 0 3.8 Analisa Data
Data diperoleh dari hasil observasi hygiene sanitasi pembuat buah potong yang telah diolah dan dianalisa secara deskriptif, disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan dengan mengacu pada Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan dan data hasil pemeriksaan laboratorium bakteri Eschericia coli
diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel dengan mengacu Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
(55)
BAB 4
HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Kampus USU Padang Bulan sebagai kampus utama berlokasi di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kampus ini mulai digunakan sejak tahun 1957, sebelumnya beberapa fakultas di lingkungan USU menggunakan sejumlah gedung yang tersebar di Kota Medan termasuk di antaranya berlokasi di Jalan Seram, Jalan Cik Ditiro, Jalan Sempali, dan Jalan Gandhi. Kampus Padang Bulan yang pada awalnya terdapat di pinggiran Kota Medan, kemudiaan dengan perkembangan Kota Medan sehingga sekarang berada di tengah-tengah kota. Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada ditengahnya. USU memiliki 14 fakultas dengan jumlah mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 33.000 orang.
Banyaknya mahasiswa yang sedang melaksanakan studi di kampus USU seiring dengan bertumbuhnya para pedagang, dimana salah satunya adalah munculnya pedagang buah potong. Berdasarkan pengamatan ditemukan 7 pedagang buah potong yang tersebar di Komplek USU Medan. Pedagang berdagang secara menyebar di beberapa tempat yang banyak dilalui mahasiwa seperti Fakultas Ekonomi, perpustakaan Universitas, pajak USU, Sumber serta Lokasi Parkir FKM USU.
(56)
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Karakteristik Pedagang Buah Potong
Karakteristik pedagang buah potong di Komplek USU Medan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Distribudi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Jenis Kelamin di Komplek USU Medan Tahun 2010
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
(%)
1. Laki-Laki 5 71,4
2. Perempuan 2 28,6
Jumlah 7 100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa 5 orang pedagang (71,4%) berjenis kelamin laki-laki dan 2 orang pedagang (28,6%) berjenis kelamin wanita.
Karakteristik pedagang buah potong di Komplek Kampus USU Medan berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Golongan Umur di Komplek USU Medan Tahun 2010
No. Kelompok Umur Jumlah Persentase
(%)
1. 23-28 tahun 1 14,3
2. 29-34 tahun 1 14,3
3. 35-40 tahun 3 42,9
4. 41-46tahun 2 28,6
Jumlah 7 100
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa pedagang dengan golongan umur 23-28 tahun ada 1 pedagang (14,3%), golongan umur 29-34 tahun ada 1 orang (14,3%), golongan umur 35-40 tahun ada 3 orang (42,9%) dan golongan umur 41-46 tahun (28,6%).
(57)
Karakteristik pedagang buah potong di Komplek USU Medan berdasarkan lama berdagang dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Distribudi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Lama Berdagang di Komple USU Medan Tahun 2010
No. Lama Berdagang Jumlah Persentase
(%)
1. 1 tahun 1 14,3
2. 2 tahun 1 14,3
3. 3 tahun 3 42,9
4. 5 tahun 1 14,3
5. 6 tahun 1 14,3
Jumlah 7 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa pedagang yang sudah berdagang selama 3 tahun ada 3 orang (42,9%), pedagang yang berdagang selama 5 tahun ada 1 orang (14,3%) dan pedagang yang paling lama berdagang yaitu 6 tahun ada 1 orang (14,3%).
Karakteristik pedagang buah potong di Komplek USU Medan berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4 Distribudi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Komplek USU Medan Tahun 2010
No. Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
(%)
1. SD 2 28,6
2. SMP 4 57,1
3. SMU/SMK 1 14,3
Jumlah 7 100
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dapat diketahui bahwa pedagang yang berpendidikan Terakhir SD sejumlah 2 pedagang (28,6%), berpendidikan terakhir SMP sejumlah 4 pedagang (57,1%), dan yang berpendidikan terakhir SMU/SMK sejumlah 1 pedagang (14,3%).
(58)
4.2.2 Penerapan Enam Prinsip Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Buah Potong Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada 7 pedagang buah potong yang berdagang di dalam komplek USU Medan dan di rumah pedagang sebagai tempat pembuatan buah potong, diketahui bahwa ke 6 (enam) Prinsip hygiene sanitasi telah dilakukan oleh pedagang buah potong yang berdagang di Komplek USU Medan yang secara rinci disajikan dalam tabel 4.5 hingga tabel 4.11 berikut ini : 42.2.1 Pemilihan Bahan Makanan
Hasil observasi yang dilakukan pada pedagang buah potong dalam pemilihan bahan baku buah potong dapat dilihat dalam tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Pemilihan Bahan Baku Buah Potong Yang Dijajakan Di Komplek Kampus USU Medan Tahun 2010
No. Kriteria Penilaian JlhYa % JlhTidak% 1. Buah yang digunakan dalam keadaan utuh,
segar dan tidak busuk 7 100 0 0
2. Buah masih terbungkus kulit dengan rapi 7 100 0 0 3. Tidak berbau busuk , bau asam/basi atau bau
yang tidak segar lainnya 7 100 0 0
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa kriteria penilaian untuk pemilihan bahan baku buah potong sudah memenuhi syarat kesehatan. Diantaranya sudah semua pembuat buah potong (100%) menggunakan buah yang masih dalam keadaan utuh, segar, tidak busuk, buah masih terbungkus kulit dengan rapi dan tidak tercium bau busuk, asam/basi atau bau yang tidak segar lainnya.
(59)
4.2.2.2 Penyimpanan Bahan Baku
Hasil observasi yang dilakukan mengenai penyimpanan bahan baku buah potong yang dilakukakan oleh pedagang dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Penyimpanan Bahan Baku Buah Potong Yang Dijajakan Di Komplek USU Medan Tahun 2010
No. Kriteria Penilaian JlhYa % JlhTidak% 1. Tempat penyimpanan bahan baku (buah)
dalam keadaan bersih dan kedap air 3 42,9 4 57,1 2. Tempat penyimpanan tidak menjadi tempat
bersarang/bersembunyi serangga, tikus dan
binatang pengganggu lainnya 7 100 0 0
3. Tempat penyimpanan bahan baku buah potong tidak terlihat adanya serangga, tikus
dan binatang pengganggu lainnya 7 100 0 0
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa kriteria penilaian yang memenuhi syarat kesehatan adalah pada tempat penyimpanan bahan baku buah potong tidak terlihat adanya serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya (100%). Sedangkan kriteria penilaian yang tidak memenuhi syarat adalah 57,1% tempat penyimpanan bahan baku tidak dalam keadaan bersih.
4.2.2.3` Pengolahan Bahan Makanan
Hasil observasi yang peneliti lakukan mengenai pengolahan buah potong yang dilakukakan oleh pedagang dapat dilihat dalam tabel 4.7 berikut :
(60)
Tabel 4.7 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Pengolahan Buah Potong Yang Dijajakan Di Komplek USU Medan Tahun 2010
No. Kriteria Penilaian JlhYa % JlhTidak% 1. Mencuci semua buah sebelum dikupas 2 28,6 5 71,4 2. Tidak mencuci buah setelah dikupas 1 14,3 6 85,7 3. Penjamah buah potong selalu menggunakan
sarung tangan 2 28,6 5 71,4
4. Mencuci tangan setiap kali hendak mengolah
buah potong 3 42,9 3 57,1
5. Menggunakan tutup kepala saat mengolah buah
potong 0 0 7 100
6. Menggunakan celemek saat mengolah buah
potong 0 0 7 100
7. Mengenakan pakaian yang rapi dan bersih 6 85,7 1 14,3 8. Tidak menggunakan perhiasan (emas, dll) 7 100 0 0 9. Tidak menangani buah potong saat menderita
batuk dan pilek 6 85,7 1 14,3
10. Tidak bercakap-cakap saat menangani makanan 0 0 7 100 11. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota
badan (telinga, hidung, mulut atau bagian
lainnya) 1 14,3 6 85,7
12. Selalu memelihara kebersihan tangan, rambut, kuku tangan dan kaki setiap mengolah
makanan 5 71,4 2 28,6
13. Tidak batuk atau bersin dihadapan buah potong
dan atau tanpa penutup mulut dan hidung 7 100 0 0 14. Tersedia tempat mencuci tangan dan peralatan 6 85,7 1 14,3 15. Peralatan yang digunakan dicuci dahulu
sebelum digunakan dalam setiap pengolahan 3 42,9 4 57,1 16. Peralatan dicuci dengan air yang mengalir 4 57,1 3 42,9 17. Peralatan yang digunakan dalam keadaan
bersih 4 57,1 3 14,3
18. Peralatan tidak gompel atau retak 6 85,7 1 14,3
19. Tersedia tempat pembuangan sampah tertutup 1 14,3 6 85,7 20. Lantai, dinding dan ruangan bersih untuk
mengurangi pencemaran 4 57,1 3 42,9
21. Bebas vektor (lalat, tikus) 0 0 7 100
22. Tempat peracikan bersih dan permukaannya kuat/tahan goresan agar bekas irisan tidak
(61)
Berdasarkan tabel 4.7, diketahui bahwa kriteria penilaian yang memenuhi syarat kesehatan (100%) adalah penjamah makanan tidak menggunakan perhiasan emas dan tidak batuk atau bersin dihadapan buah potong dan atau tanpa penutup mulut dan hidung.
Kriteria penilaian yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah terdapat 100% penjamah makanan yang tidak menggunakan penutup kepala, tidak menggunakan celemek, bercakap-cakap saat mengolah makanan dan tempat pengolahan tidak bebas vektor. Terdapat 71,4% penjamah makanan mencuci semua buah sebelum dikupas, tidak menggunakan sarung tangan selama mengolah makanan, serta memelihara kebersihan tangan, rambut, kuku tangan dan kaki setiap mengolah makanan. Terdapat 85,7% penjamah makanan mengenakan pakaian yang rapi dan bersih, tidak menangani buah potong saat menderita batuk dan pilek, tersedia tempat mencuci tangan dan peralatan, peralatan tidak gompel atau retak, tidak tersedia tempat pembuangan sampah tertutup. Terdapat 42,9% penjamah makanan yang tidak mencuci tangan setiap kali hendak mengolah buah potong, penjamah makanan tidak mencuci peralatan dengan air yang mengalir, tempat peracikan bersih dan permukaannya kuat dan tahan goresan, serta lantai, dinding, ruangan bersih untuk mengurangi pencemaran.
4.2.2.4 Penyimpanan Makanan Jadi
Hasil observasi yang dilakukan mengenai penyimpanan makanan jadi yang dilakukan oleh pedagang buah potong dapat dilihat dalam tabel 4.8 berikut :
(62)
Tabel 4.8 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Penyimpanan Makanan Jadi Yang Dijajakan Di Komplek USU Medan Tahun 2010 No. Kriteria Penelitian JlhYa % JlhTidak%
1. Menggunakan es batu untuk menjaga
kesegaran buah 6 85,7 1 14,3
2. Tempat dalam keadaan bersih dan baik 5 71,4 2 28,6 3. Wadah yang digunakan harus utuh, kuat, dan
ukurannya memadai dengan makanan yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau bocor
5 71,4 2 28,6
4. Tempat Penyimpanan dalam keadaan tertutup 0 0 7 100 Berdasarkan tabel 4.8, diketahui bahwa terdapat 6 pedagang (85,7%) penjamah makanan menggunakan es batu untuk menjaga kesegaran buah, 5 pedagang (71,4%) penjamah makanan menyimpan makanan dalam keadaan bersih dan baik serta wadah yang digunakan terbuat dari bahan anti karat dan bocor. Dan tidak seorangpun pedagang yang menyimpan makanan dalam keadaan tertutup. 4.2.2.5 Pengangkutan Makanan
Hasil observasi yang dilakukan mengenai pengangkutan buah potong yang dilakukakan oleh pedagang dapat dilihat dalam tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Pengolahan Buah Potong Yang Dijajakan Di Komplek USU Medan Tahun 2010
No. Kriteria Penelitian JlhYa % JlhTidak% 1. Kendaraan pengangkut disediakan khususdan tidak digunakan untuk keperluan
mengangkut bahan lain 7 100 0 0
2. Tersedia tempat khusus untuk mengangkut
makanan jadi 7 100 0 0
3. Kendaraan pengangkut dalam keadaan
(63)
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa kriteria penilaian yang memenuhi syarat kesehatan adalah semua pedagang (100%) memiliki tempat khusus untuk mengangkut makanan jadi. Sedangkan yang tidak memenuhi kriteria penilaian adalah semua pedagang (100%) menggunakan kendaraan pengangkut untuk keperluan mengangkut bahan lain dan terdapat 5 kendaraan pengangkut (71,4%) dalam keadaan bersih
4.2.2.6 Penyajian Buah Potong
Hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai penyajian buah potong yang dilakukakan oleh pedagang dapat dilihat dalam tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10 Distribusi Pedagang Buah Potong Berdasarkan Penyajian Buah Potong Yang Dijajakan Di Komplek USU Medan Tahun 2010
No. Kriteria Penilaian JlhYa % JlhTidak% 1. Alat penjepit buah dan pisau dalam keadaan
bersih 7 100 0 0
2. Tidak menggunakan piring yang sama secara
berulang-ulang 0 0 7 100
3. Piring dalam keadaan bersih 0 0 7 100
4. Menggunakan plastik yang bersih untuk
membungkus buah potong 7 100 0 0
5. Peralatan dicuci setelah 1 kali pemakaian 0 0 7 100
6. Peralatan dicuci dengan air mengalir 0 0 7 100
7. Tangan penyaji tidak kontak langsung dengan
buah potong 7 100 0 0
8. Penyaji berpakaian bersih 7 100 0 0
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa semua pedagang (100 %) menggunakan alat penjepit buah dan pisau dalam keadaan bersih, menggunakan plastik yang bersih untuk membungkus buah potong, tangan penyaji tidak kontak langsung dengan buah potong dan penyaji berpakaian bersih sedangkan kriteria yang tidak memenuhi syarat adalah semua pedagang (100 %) menggunakan piring yang
(1)
Lembar Observasi
Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Buah Potong di Komplek USU Medan Tahun 2010
No. sampel :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Lama berdagang : Pendidikan terakhir :
No. Objek Pengamatan
Kategori Ya Tidak
1. 2. 3.
Pemilihan Bahan Makanan
Buah yang digunakan dalam keadaan utuh, segar dan tidak busuk
Buah masih terbungkus kulit dengan rapi
Tidak berbau busuk, bau asam/basi atau bau yang tidak segar lainnya
4. 5.
Penyimpanan Bahan Makanan
Tempat penyimpanan bahan baku (buah) dalam keadaan bersih dan kedap air
Tempat penyimpanan tidak menjadi tempat
(2)
6. Tempat penyimpanan bahan baku buah tidak terlihat adanya serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya 7.
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Pengolahan Makanan
Mencuci buah sebelum dikupas Tidak mencuci buah setelah dikupas
Penjamah buah potong selalu menggunakan sarung tangan Mencuci tangan setiap kali hendak mengolah buah potong Menggunakan tutup kepala saat mengolah buah potong Menggunakan celemek saat mengolah buah potong Mengenakan pakaian yang rapi dan bersih
Tidak menggunakan perhiasan (emas, dll)
Tidak menangani buah potong saat menderita batuk dan pilek
Tidak batuk atau bersin dihadapan buah potong dan atau tanpa penutup mulut dan hidung
Tidak bercakap-cakap saat menangani makanan
Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya)
Selalu memelihara kebersihan tangan, rambut, kuku tangan dan kaki setiap mengolah makanan
(3)
21. 22. 23. 24. 25.
Peralatan yang digunakan dicuci dahulu sebelum digunakan dalam setiap pengolahan
Peralatan dicuci dengan air yang mengalir Peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih Peralatan tidak gompel atau retak
Tersedia tempat pembuangan sampah tertutup 26.
27. 28.
Lokasi Pengolahan Makanan
Lantai, dinding dan ruangan bersih untuk mengurangi pencemaran
Tempat pengolahan bebas vektor (lalat, tikus)
Tempat peracikan bersih dan permukaannya kuat/tahan goresan agar bekas irisan tidak masuk dalam makanan 29.
30. 31.
32.
Penyimpanan Makanan Jadi
Menggunakan es batu untuk menjaga kesegaran buah Tempat penyimpanan dalam keadaan bersih dan baik Wadah yang digunakan harus utuh, kuat, dan ukurannya memadai dengan makanan yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau bocor
Tempat Penyimpanan dalam keadaan tertutup 33.
Pengangkutan Makanan
(4)
34. 35.
Kendaraan pengangkut dalam keadaan bersih
Menggunakan tempat khusus untuk membawa buah potong 36.
37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.
Penyajian Buah Potong
Alat penjepit buah dan pisau dalam keadaan bersih
Tidak menggunakan piring yang sama secara berulang-ulang
Piring dalam keadaan bersih
Menggunakan plastik yang bersih untuk membungkus buah potong
Peralatan dicuci setelah 1 kali pemakaian Peralatan dicuci dengan air mengalir
Tangan penyaji tidak kontak langsung dengan buah potong Penyaji berpakaian bersih
(5)
Master Data Hasil Observasi Hygiene Sanitasi Pedagang Buah Potong Di Komplek Kampus USU Medan Tahun 2010
KODE JK UMUR UMURK LMDG DIDIK P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
A 1 42 4 3 3 1 1 1 1 1 1 1
B 1 30 2 3 2 1 1 1 0 1 1 0
C 2 40 3 2 1 1 1 1 0 1 1 0
D 1 38 3 3 2 1 1 1 1 1 1 0
E 1 38 3 5 2 1 1 1 0 1 1 1
F 1 23 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0
G 2 45 4 6 1 1 1 1 0 1 1 0
Keterangan :
Ya = 1
Tidak = 0
P1 - P3 = Pertanyaan observasi untuk prinsip pemilihan bahan baku P4 - P6 = Pertanyaan observasi untuk prinsip penyimpanan bahan baku P7 - P28 = Pertanyaan observasi untuk prinsip pengolahan bahan makanan P29 P32 = Pertanyaa observasi untuk prinsip penyimpanan bahan makanan P33 P35 = Pertanyaan observasi untuk prinsip pengangkutan bahan makanan P36 P43 = Pertanyaan observasi untuk prinsip penyajian makanan
TOTHS = Total hygiene sanitasi (1) memenuhi syarat (2) tidak memenuhi syarat
P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23
0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0
0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1
0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1
0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32 P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39
1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1
1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1
0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1
(6)
P40 P41 P42 P43 TOTPLH TOTPLHK TTSMPN TTSMPNK TOT OLAH
TOT
OLAHK TTSMPAN
0 0 1 1 3 1 3 1 15 2 3
0 0 1 1 3 1 2 2 5 2 2
0 0 1 1 3 1 2 2 6 2 2
0 0 1 1 3 1 3 1 9 2 3
0 0 1 1 3 1 2 2 14 2 3
0 0 1 1 3 1 3 1 13 2 3
1 0 1 1 3 1 2 2 10 2 1 5 2 23 2
TTSMPANK TTANGKT TTANGKTK TTSAJI TTSAJIK TOTHS TOTHSK
2 2 2 4 2 30 2
2 1 2 4 2 17 2
2 1 2 4 2 18 2
2 2 2 4 2 24 2
2 2 2 4 2 28 2
2 2 2 4 2 28 2