2.1.4 Pengertian Recovering Addict
2.1.4.1 Recovering Addict
2.1.4.1.1 Adiksi Addiction
MacAndrew 1998 menyatakan bahwa addiction atau adiksi berasal dari bahasa Latin addictus, yang berarti memberikan perintah, sebab pengekangan atau
pengendalian dalam Hewit, 2007. Selanjutnya masih dalam Hewit, APA 1994 memberikan pula definisi addiction sebagai perilaku berlebih dimana individu
memiliki kontrol yang merusak dengan konsekuensi yang berbahaya. BNN 2009 menyatakan bahwa adiksi adalah suatu penyakit bio-psiko-sosial, artinya
melibatkan faktor biologis, psikologis dan sosial. Gejala-gejala yang diberikan adiksi khas serta bersifat kronik lama dan progresif makin memburuk jika tidak
ditolong. Gejala utamanya antara lain: 1. Rasa rindu dan keinginan kuat untuk memakai sehingga bersifat kompulsif
terhadap narkoba atau pengubah suasana hati lain 2. Hilangnya kendali diri terhadap pemakaiannya
3. Tetap memakai walaupun mengetahui akibat buruknya 4. Menyangkal adanya masalah BNN, 2009.
Adiksi bukan terjadi akibat kelemahan moral, walaupun ada hubungannya dengan masalah moral atau kurangnya kemauan dan walaupun ia harus
memutuskan untuk berhenti memakai agar pulih. Namun kemauan saja tidak cukup untuk memulihkannya dari kecanduan. Adiksi mempengaruhi keadaan
jasmani, perilaku dan kehidupan sosialnya. Pengaruh tersebut harus dilihat
sebagai bagian dari penyakit. Penyakit adiksi berlangsung kronis. Namun, penyakit itu dapat dihentikan asalkan pecandu mau berhenti memakai narkoba dan
semua jenis pengubah suasana hati lain. Karena adiksi adalah suatu penyakit, maka sekali seseorang menjadi kecanduan terhadap narkoba, ia tidak akan pernah
dapat kembali pada pemakaian kembali tanpa resiko menjadi ketergantungan sehingga ia harus menghentikan sama sekali pemakaiannya abstinensia total
BNN, 2009. Proses terjadinya ketergantungan adiksi NAPZA:
Bagan 2.2 Proses Terjadinya Ketergantungan Adiksi NAPZA
Proses seseorang menjadi ketergantungan dapat digambarkan seperti seorang yang menembus tembok. Pada tahap pemakaian ia masih dapat
menghentikannya. Jika telah terjadi ketergantungan, ia sulit kembali ke pemakaian sosial, berapa pun ia berusaha, kecuali jika menghentikan sama sekali
pemakaiannya abstinensia BNN, 2009.
2.1.4.1.2 Pemulihan Recovery