Pargament menyatakan bahwa agama merupakan hal yang kompleks dan bersifat personal, tidak ada satu definisi yang dengan lengkap menjelaskan dengan
tepat. Namun karena dibutuhkan definisi operasional yang dibutuhkan dalam pengukuran dalam penelitian Pargament memberikan definisi agama adalah
“search for significance inways related to the sacred” pencarian makna atau arti dengan cara yang berhubungan dengan kesakralan dalam Raiya, 2008.
Pargament dkk 2005 menyatakan bahwa coping religius adalah metode coping yang menggunakan pendekatan agama dalam memahami dan berdamai
dengan kejadian hidup yang kritis. Agama dapat berguna dalam penggunaan coping karena dua alasan.
Alasan pertama menurut Laubmeier, Zakowski, Blair 2004, agama menyediakan sistem kepercayaan belief system dan cara berpikir tentang
kejadian yang stressful dengan mempelajari tekanan tersebut dan memungkinkan seseorang mencari arti dari kejadian traumatik yang mereka hadapi. Sedangkan
alasan kedua menurut George dkk 2002, agama dapat menyediakan dukungan sosial dari organisasi keagamaan yaitu dengan cara berbagi mengenai kepercayaan
mereka dalam Taylor, 2009.
2.3.2 Pendekatan Coping Religius
Paragment dkk dalam Pargament dkk, 2005 menjabarkan ada tiga pendekatan coping religius dalam proses penyelesaian masalah, yaitu:
a. Deffering, yaitu pendekatan yang dilakukan dimana individu menyerahkan tanggung jawab dalam menyelesaikan masalah pada Tuhan.
b. Self directing, yaitu pendekatan yang dilakukan dimana individu merasa Tuhan memberikannya kekuatan atau kemampuan padanya sebagai sumber
baginya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. c. Collaborative, yaitu pendekatan yang dilakukan dimana individu merasa
Tuhan dapat menjadi pasangannya untuk berbagi tanggung jawab untuk menyelesaikan masalahnya.
Menurut Pargament dkk 2005 coping religius memiliki 5 fungsi utama, antara lain:
1. Sebagai pencarian makna dari sebuah kejadian 2. Sebagai pencarian kekuasaan dan kontrol sebuah kejadian
3. Sebagai pencarian kenyamanan dan kedekatan dengan Tuhan 4. Sebagai pencarian keintiman dengan orang lain dan kedekatan dengan Tuhan
5. Sebagai pencarian pencapaian transformasi kehidupan. Agama merupakan bagian dari proses pemahaman dan penerimaan
seseorang pada kejadian yang krisis dalam kehidupannya. Agama berfungsi di dalam sebuah coping antara lain dilihat dari penggunaan „siapa‟ misalnya
Tuhan, „apa‟ misalnya berdoa, membaca kitab suci, ritual, „kapan‟ misalnya stressor yang akut, stressor yang kronis, „dimana‟ misalnya pada sebuah
komunitas atau personal dan „kenapa‟ misalnya untuk mencari makna dalam sebuah coping Pargament dkk, 2005.
2.3.3 Aspek Coping Religius
Pargament dkk 2000 dalam Raiya, 2008 mengidentifikasi dua pola dalam coping religius, antara lain:
a. Coping religius positif Yaitu coping religius yang menggambarkan sebuah hubungan yang kuat
dengan Tuhan, kepercayaan bahwa sebuah makna yang lebih besar akan ditemukan dan rasa akan keterhubungan secara spiritualitas dalam Raiya,
2008. Coping ini cenderung lebih bermanfaat untuk orang yang mengalami kejadian hidup yang menekan. Ano Vasconcelles 2005 dalam Pargament
dkk, 2005 menemukan bahwa coping religius positif berhubungan dengan positive outcomes seperti stress-related growth, pertumbuhan spiritual dan
kepuasan hidup yang lebih besar. Selain itu coping religius positif ini juga berhubungan secara negatif dengan negative outcomes seperti depresi,
kecemasan, hopelessness dan rasa bersalah. b. Coping religius negatif
Yaitu coping religius yang menggambarkan ekspresi hubungan yang kurang kuat dengan Tuhan, pandangan yang tidak menyenangkan tentang dunia,
perjuangan untuk mencari dan melestarikan makna kehidupan yang secara general lebih bersifat maladaptif dalam Raiya, 2008. Ano Vasconcelles
2005 menemukan bahwa coping religius negatif berhubungan positif dengan negative outcomes seperti depresi, kecemasan, sifat tidak berperasaan
callousness, PTSD dan permasalahan dengan spiritualitas pada sampel
orang-orang yang mengalami kejadian negatif. Selain itu coping religius negatif juga memiliki akibat yang berbahaya pada fungsi fisik dalam
Pargament dkk, 2005. Kemudian Tarakeshwar Pargament dalam Raiya, 2008 menemukan coping religius positif berhubungan dengan outcome
religius yang lebih tinggi misalnya perubahan kedekatan dengan Tuhan dan peningkatan spiritual, sedangkan coping religius negatif memiliki hubungan
yang lebih besar pada afek depresif dan outcome religius yang rendah.
2.4 Dukungan Sosial Social Support