Pendekatan Coping Religius Coping Religius .1 Pengertian

a. Deffering, yaitu pendekatan yang dilakukan dimana individu menyerahkan tanggung jawab dalam menyelesaikan masalah pada Tuhan. b. Self directing, yaitu pendekatan yang dilakukan dimana individu merasa Tuhan memberikannya kekuatan atau kemampuan padanya sebagai sumber baginya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. c. Collaborative, yaitu pendekatan yang dilakukan dimana individu merasa Tuhan dapat menjadi pasangannya untuk berbagi tanggung jawab untuk menyelesaikan masalahnya. Menurut Pargament dkk 2005 coping religius memiliki 5 fungsi utama, antara lain: 1. Sebagai pencarian makna dari sebuah kejadian 2. Sebagai pencarian kekuasaan dan kontrol sebuah kejadian 3. Sebagai pencarian kenyamanan dan kedekatan dengan Tuhan 4. Sebagai pencarian keintiman dengan orang lain dan kedekatan dengan Tuhan 5. Sebagai pencarian pencapaian transformasi kehidupan. Agama merupakan bagian dari proses pemahaman dan penerimaan seseorang pada kejadian yang krisis dalam kehidupannya. Agama berfungsi di dalam sebuah coping antara lain dilihat dari penggunaan „siapa‟ misalnya Tuhan, „apa‟ misalnya berdoa, membaca kitab suci, ritual, „kapan‟ misalnya stressor yang akut, stressor yang kronis, „dimana‟ misalnya pada sebuah komunitas atau personal dan „kenapa‟ misalnya untuk mencari makna dalam sebuah coping Pargament dkk, 2005.

2.3.3 Aspek Coping Religius

Pargament dkk 2000 dalam Raiya, 2008 mengidentifikasi dua pola dalam coping religius, antara lain: a. Coping religius positif Yaitu coping religius yang menggambarkan sebuah hubungan yang kuat dengan Tuhan, kepercayaan bahwa sebuah makna yang lebih besar akan ditemukan dan rasa akan keterhubungan secara spiritualitas dalam Raiya, 2008. Coping ini cenderung lebih bermanfaat untuk orang yang mengalami kejadian hidup yang menekan. Ano Vasconcelles 2005 dalam Pargament dkk, 2005 menemukan bahwa coping religius positif berhubungan dengan positive outcomes seperti stress-related growth, pertumbuhan spiritual dan kepuasan hidup yang lebih besar. Selain itu coping religius positif ini juga berhubungan secara negatif dengan negative outcomes seperti depresi, kecemasan, hopelessness dan rasa bersalah. b. Coping religius negatif Yaitu coping religius yang menggambarkan ekspresi hubungan yang kurang kuat dengan Tuhan, pandangan yang tidak menyenangkan tentang dunia, perjuangan untuk mencari dan melestarikan makna kehidupan yang secara general lebih bersifat maladaptif dalam Raiya, 2008. Ano Vasconcelles 2005 menemukan bahwa coping religius negatif berhubungan positif dengan negative outcomes seperti depresi, kecemasan, sifat tidak berperasaan callousness, PTSD dan permasalahan dengan spiritualitas pada sampel orang-orang yang mengalami kejadian negatif. Selain itu coping religius negatif juga memiliki akibat yang berbahaya pada fungsi fisik dalam Pargament dkk, 2005. Kemudian Tarakeshwar Pargament dalam Raiya, 2008 menemukan coping religius positif berhubungan dengan outcome religius yang lebih tinggi misalnya perubahan kedekatan dengan Tuhan dan peningkatan spiritual, sedangkan coping religius negatif memiliki hubungan yang lebih besar pada afek depresif dan outcome religius yang rendah.

2.4 Dukungan Sosial Social Support

2.4.1 Pengertian

Dukungan sosial banyak diartikan dalam beberapa pengertian. Taylor 2009 mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi yang diberikan oleh orang dengan memberikan kasih sayang dan kepedulian, dan merupakan bagian dari komunikasi dan bersifat mutualisme. Dukungan ini bisa didapatkan dari orang tua, pasangan, teman dan komunitas. Selanjutnya Sherbourne Stewart 1991 mendefinisikan dukungan sosial dengan melihat fungsi dari beberapa aspek dukungan sosial yang berbeda emotional support, informational support, tangible support, affectionate support dan positive social interaction tanpa melihat darimana sumber dukungan sosial tersebut berasal. Sarason dkk 2001 mengartikan dukungan sosial dengan membagi dukungan menjadi dukungan informasi, dukungan nyata dan dukungan emosi dalam Diggens, 2003. Gentry Kobasa, Watson dkk, Wills Fegan dalam Sarafino, 1996 mendefinisikan social support sebagai pemberian rasa nyaman,