Analisis Bivariat HASIL PENELITIAN

kanker payudara saat ini semakin banyak menyerang usia remaja YKPJ, 2011. Notoatmodjo 2005 menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pendidikan, usia, minat dan kreatifitas, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan informasi. Pada penelitian ini, lingkungan turut mempengaruhi hasil kuesioner, lingkungan pada saat pengisian kuesioner kurang kondusif yaitu terdapat beberapa responden yang melakukan kerjasama dalam pengisian kuesioner walaupun sudah beberapa kali diperingatkan oleh peneliti. Setelah diberikan pendidikan kesehatan, terjadi peningkatan nilai pengetahuan dari nilai rata-rata 23,97 atau 64,7 menjadi 33,06 atau 89,35. Hasil ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan mengenai SADARI dapat meningkatkan pengetahuan responden. Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan mengenai SADARI maka terbentuknya perilaku dalam pencegahan masalah kesehatan payudara. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal Nursalam, 2008. Peningkatan nilai rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah informasi. Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi fungsi kognitif dan afektif seseorang Notoatmodjo, 2005. Informasi juga bisa didapatkan dari pendidikan formal maupun non formal, contohnya penyuluhan. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode ceramah tanya jawab dan demonstrasi. Pemilihan metode pendidikan kesehatan bergantung pada beberapa faktor, yaitu: karakteristik sasaran atau responden jumlah, sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, waktu dan tempat yang tersedia, dan tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan pendidikan kesehatan tersebut seperti perubahan pengetahuan, sikap, atau praktik responden Nursalam, 2008. Demonstrasi merupakan salah satu metode promosi kesehatan yang sesuai pada tahap perkembangan remaja Efendi, 2009. Syarif 1990 dalam Darmiastuty 2004 mengungkapkan bahwa proses belajar dengan metode demonstrasi ini memicu remaja untuk lebih mendalami pengetahuan yang mereka miliki dengan cara mengaktifkan kembali pengetahuan yang dimiliki, mengolah pengetahuan tersebut kemudian mengorganisasi pengetahuan tersebut sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat tertahan erat dalam sistem penyimpanan dan sulit dilupakan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani 2011 di Surakarta yang menunjukkan bahwa prestasi belajar dengan penerapan metode demonstrasi lebih baik jika dibandingkan dengan penerapan metode ceramah. Anindityas 2012 dalam penelitiannya di SMPN 3 Kandangan Semarang mengemukakan bahwa penggunaan alat peraga phantom dapat mengoptimalkan kualitas belajar siswa. Kerucut Dale dalam Nursalam dan Efendi 2008 menggambarkan bahwa kemampuan responden untuk mengingat kembali materi dalam pendidikan kesehatan menurut teknik dan medianya. Teori ini menyatakan bahwa dengan membaca seseorang akan dapat mengingat 10 dari yang dibacanya seperti dalam bentuk leaflet, slide, booklet, dan sejenisnya. Melihat dan mendengar akan membantu seseorang dalam mengingat apa yang dilihat dan didengarnya seperti melihat demonstrasi, film, dan video sebesar 50. Sedangkan 90 seseorang dapat mengingat apa yang mereka lakukan, biasanya menggunakan media yang mirip dengan objek yang sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata. Berdasarkan analisis teori kerucut Edgar tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah yang disertai demonstrasi phantom sangat efektif untuk membantu remaja putri dalam mengingat kembali materi yang telah diberikan mengenai SADARI. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pendidikan kesehatan yaitu perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal Nursalam, 2008. Health Promotion Model HPM juga menyatakan bahwa kesehatan yang baik berarti keadaan sejahtera secara umum dan holistik, perilaku sehat individu dan keseimbangan, dan pencapaian dalam hidup. Teori ini melihat langkah-langkah di mana seseorang dapat mencapai kesehatan yang lebih baik atau kesehatan yang ideal. Untuk mencapainya, teori ini mempertimbangkan karakteristik dan pengalaman individu Health Promotion Model, 2014. HPM memberikan penekanan atau fokus kepada potensi kesehatan dan kemungkinan perilaku yang mempromosikan kesehatan Bastable, 2004. Penelitian ini juga meningkatkan minat remaja putri untuk mengetahui lebih banyak tentang kesehatan reproduksi khususnya kesehatan payudara. Hal ini dibuktikan dengan lebih dari 50 remaja putri yang hadir mengajukan pertanyaan seputar cara perawatan payudara dan masalah kesehatan payudara setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI. Pernyataan ini sesuai dengan karakteristik perkembangan remaja yang mempunyai rasa ingin tahu yang kuat. Remaja mampu memahami konsep kesehatan dan penyakit, berbagai penyebab kesehatan dan penyakit, pengaruh variabel atas status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Mereka memahami penyakit sebagai suatu proses akibat kelainan fungsi atau tidak berfungsinya satu atau beberapa bagian dari tubuh dan dapat memahami akibat atau prognosis suatu penyakit Bastable, 2004. Remaja juga mampu mengidentifikasi perilaku yang sehat tetapi mungkin menolak untuk mempraktikkannya atau mulai terlibat dalam perilaku berisiko karena mendapat tekanan sosial dari teman sebaya juga adanya perasaan tak terkalahkan Bastable, 2004. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Lingkungan juga mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam menentukan perilaku remaja Papalia, 2001; Santrock, 2007. Periode remaja merupakan perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari kognitif, emosi, maupun fisik Teguh, 2013. Hal inilah yang menyebabkan pendidikan mengenai peningkatan kesehatan serta pencegahan masalah kesehatan sangat penting dilakukan sejak usia remaja.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Waktu penelitian Waktu penelitian yang diberikan oleh pihak sekolah hanya 45 menit sedangkan peneliti membutuhkan waktu satu jam untuk melakukan intervensi karena peneliti berharap agar masing-masing siswi dapat mempraktikan SADARI di depan kelas. Antusias responden sangat baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswi yang bertanya mengenai kesehatan payudara dan SADARI, tetapi karena waktu yang cukup sedikit maka pertanyaan harus dibatasi. 2. Kondisi lingkungan saat pelaksanaan pendidikan kesehatan Dukungan dari pihak sekolah sangat dibutuhkan demi kesuksesan pendidikan kesehatan. Pada penelitian ini, dukungan dari pihak sekolah guru kurang memadai dikarenakan guru yang berwenang untuk menemani peneliti saat pendidikan kesehatan berhalangan hadir. Hal ini mengakibatkan banyaknya responden yang saling bertukar informasi atau bekerjasama saat pengisian kuesioner berlangsung walaupun sudah diperingatkan oleh peneliti dan fasilitator sejak pendidikan kesehatan dimulai.

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan patudara Sendiri (SADARI) Pada Siswi Kelas II Di SMA Negeri 9 Medan

12 74 66

EFEKTIFITAS PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) TERHADAP MOTIVASI KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA REMAJA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

14 61 22

Hubungan Usia Dan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang Periksa Payudara Sendiri (Sadari) di Rt 05 Dan Rt 07 Rw 02 Kelurahan Rempoa Tahun 2010

0 6 107

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADPA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTERI TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMK NEGERI 1 GODEAN YOGYAKARTA

2 10 87

PEMERIKSAAN SADARI pada mahasiswi fakultas

0 0 5

PENGARUH PEER GROUP EDUCATION TENTANG SADARI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MENGENAI SADARI (PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI) DI SMAN 1 GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO

0 0 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

1 0 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMAN 2 NGAGLIK SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SM

0 0 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SADARI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI DALAM PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Sadari Terhadap Sikap Remaja Putri dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri di

0 0 11

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMAN KASIHAN BANTUL

0 0 9