Peradilan Agama yang sudah diamandemenkan dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989
menyatakan sebagai berikut: 1.
Gugatan cerai diajukan oleh istri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali
apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin penggugat.
2. Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan
perceraian diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat.
3. Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar negeri,
maka gugatan diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada pengadilan
agama Jakarta Pusat. Sedangkan mengenai masalah tempat mengajukan gugatan
kaitannya dengan alasan-alasannya diatur dalam pasal 21 PP Nomor 9 Tahun 1975.
51
2. Akibat
Perkawinan dalam Islam adalah ibadah dan mitsaqan ghalidhan perjanjian pokok. Oleh katena itu, apabila perkawinan putus atau terjadi
perceraian tidak begitu saja selesai urusannya, akan tetapi ada akibat-
51
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, h. 237.
akibat hukum yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang bercerai. Demikian juga, perkawinan yang terputus karena kematian salah satu
pihak, juga menimbulkan konsekuensi hukum tersendiri. Dalam Pasal 38 UU No. 1 Tahun 1974 dinyatakan bahwa
perkawinan dapat putus karena: a kematian, b perceraian, dan c atas keputusan pengadilan. Selanjutnya dalam menurut ketentuan Pasal 41
UUP: 1.
Akibat putusnya perkawinan karena ditinggal mati suami, yaitu: Apabila suami meninggal, maka istri selain menjalin masa
tunggun, maka ia berhak mewarisi harta si suami, dan sekaligus berkewajiban
memelihara anak-anaknya.
Pasal 157
Kompilasi menyatakan: “Harta bersama dibagi menurut ketentuan sebagaimana
tersebut dalam pasal 96 dan 97”. Adapun dalam pasal 96 disebutkan, bahwa:
a. Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi
hak pasangan yang hidup lebih lama. b.
Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang istri atau suaminya hilang, harus ditangguhkan sampai adanya kepastian
matinya yang hakikinya atau mati secara hukum atas dasar putusan Pengadilan Agama.
52
2. Akibat putusnya perkawinan karena percerian, yaitu:
52
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, h. 229.
a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik
anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak-anak, bilamana terjadi perselisihan mengenai pengasuhan anak-anak
pengadilan memberi keputusannya. b.
Bapak bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu bilamana bapak dalam
kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut. Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberi
biaya penghidupan danatau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istrinya.
Ketentuan Pasal 41 UUP tersebut memang masih bersifat global, dan kompilasi merincinya dalam empat kategori yaitu, akibat cerai talak,
cerai gugat, akibat khulu’, dan akibat li’an.
53
1. Akibat talak
Menurut ketentuan Pasal 149 Kompilasi Hukum Islam KHI dinyatakan, bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas
suami wajib: a.
Memberikan mut’ah yang layak kepada bekas istrinya, baik berupa uang atau benda, kecuali bekas istri tersebut qabla al-dukhul.
53
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, h. 223.
b. Memberikan nafkah, maskawin dan kiswah tempat tinggal dan
pakaian kepada bekas istri selam dalam „iddah, kecuali bekas istri te
lah dijatuhi talak ba’in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil.
c. Melunasi mahar yang masih terutang seluruhnya atau separuhh
apabila qabla al-dukhul. d.
Memberikan biaya hadlanah pemeliharan, termasuk di dalamnya biaya pendidikan untuk anak yang belum mencapai umur 21
tahun. 2.
Akibat cerai gugat Akibat perceraian karena cerai gugat diatur dalam Pasal 156