Pengetahuan Masyarakat Tentang Peraturan Perudang-undangan

2009 tentang perubahan atas Undang-undang No 7 Tahun 1989. Sedangkan asumsi warga masyarakat kebanyakan mengatakan bahwa melakukan perceraian di Pengadilan Agama itu membutuhkan biaya yang banyak dan prosedurnya sangatlah rumit, selain itu juga membutuhkan waktu lama dan hal inilah yang menyebabkan masyarakat enggan menyelesaikan perkaranya di pengadilan.

2. Alasan Penyebab Terjadinya Perceraian Di Luar Pengadilan

Berdasarkan hasil penelitian penulis, adapun yang menjadi alasan penyebab masyarakat melakukan perceraian di luar pengadilan adalah sebagai berikut: a. Faktor Ekonomi Salah satu pemicu perceraian di luar pengadilan di dominasi oleh faktor ekonomi atau biaya, karena untuk menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Adapun besar kecilnya biaya yang dibutuhkan tergantung pada jauh dekatnya jarak tempat tinggal. Kemudian mengenai biaya perkara di pengadilan telah diatur dalam Pasal 89 sampai dengan Pasal 91 Undang-Undang Peradilan Agama No. 7 Tahun 1989 dan lebih rincinya dijelaskan dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama Buku II Edisi Revisi 2013. Sedangkan mayoritas masyarakat di Kecamatan Betara khususnya Desa Serdang Jaya mempunyai perekonomian pas-pasan, yaitu cukup untuk menghidupi keluarga dan kebutuhan sehari-hari, karena mayoritas mata pencaharian penduduk desa ini adalah pertanian dan perkebunan. Menurut Ketua RT.02 juga mempunyai pendapat yang sama dengan Sudarsono “karena menurut informasi yang didapat dari warganya yang sudah pernah bercerai di pengadilan, biaya yang dibutuhkan berkisar 700-750 ribu baka juga ada yang sampai 4 juta ”. 18 Hal inilah yang dialami oleh Nuryani, dia melakukan cerai di luar Pengadilan Agama karena tidak ada biaya, Nuryani mengatakan bahwa “karena saya tidak ada biaya, jadi saya belum bisa mengurus percer aian ini ke pengadilan”. 19 b. Kurangnya Kesadaran Hukum Kesadaran hukum masyarakat merupakan suatu hal penting adanya guna untuk keberhasilan terlaksananya sebuah peraturan hukum di Indonesia yang dibuat oleh pemerintah untuk masyarakat, akan tetapi apabila tidak melaksanakan perceraiannya di pengadilan sesuai dengan aturan yang ada, maka dapat dikatakan bahwa dalam masyarakat tersebut kurang sadar terhadap peraturan hukum yang ada. Hal ini diungkapkan 18 Wawancara Pribadi dengan Ketua RT.12, 02 dan Lukman, 27-28 Juli 2015. 19 Wawancara Pribadi dengan warga Desa Serdang Jaya Nuryani. oleh Darmayulis selaku Kepala Desa Serdang Jaya, yang mengatakan bahwa “kurangnya pemahaman masyarakat terhadap peraturan yang ada” sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap hukum yang berlaku. 20 c. Jauhnya Jarak Tempuh Jauhnya jarak tempuh ke pengadilan juga menjadi salah satu hambatan bagi masyarakat Kabupaten Tanjab Barat, karena letak pengadilan yang tidak strategis yaitu di daerah Tungkal Ilir yang berbatasan dengan Riau dan juga karena luasnya daerah Tanjab Barat, sehingga menyulitkan bagi masyarakat untuk dapat sampai ke pengadilan. Akan tetapi jarak tempuh pengadilan dengan desa Serdang Jaya tidak begitu jauh yaitu kurang lebih 40 menit. Hal ini diungkapkan oleh H. Dongan, salah satu Hakim Pengadilan Agama Kuala Tungkal, yaitu “jauhnya jarak tempuh Pengadilan Agama dari beberapa daerah, seperti daerah Muarapapale yang mempunyai jarak ampuh kurang lebuh 4-5 jam perjalanan untuk sampai ke Pengadilan 20 Wawancara Pribadi dengan Kepala Desa Serdang Jaya Darmayulis, di Kantor Desa, 1 Juli 2015. Agama”. Dengan jauhnya jarak inilah membuat masyarakat enggan untuk pergi menyelesaikan perkaranya di Pengadilan Agama. 21 d. Pola Pikir Masyarakat Terhadap Pengadilan Agama Dengan pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang kurang terhadap lembaga Pengadilan Agama dan hanya mendengarnya dari cerita orang dan dari mulut kemulut, sehingga mempengaruhi masyarakat yang menimbulkan anggapan bahwa Pengadilan Agama merupakan sebuah lembaga yang menakutkan dan mempersulit perkara perceraian. Sehingga ini sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap Pengadilan Agama. Hal ini disampaikan oleh Ghozi, salah satu Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Kuala Tungkal, yaitu “sebagian masyarakat ingin memudahkan perceraian, karena pola pikir masyarakat terhadap pengadilan sebagai suatu lembaga yang menakutkan dan mempersulit bagi mereka. Sebenarnya pengadilan itu tidak mempersulit, namun memang harus ada proses persidangan yang dilakukan dalam menyelesaikan perkara di pengadilan. Dengan adanya proses hukum yang berjalan itulah menyebabkan masyarakat semakin fobia atau merasa takut terlebih dahulu 21 Wawancara Pribadi dengan Wakil Ketua Pengadilan Agama Kuala Tungkal H. Dongan, di Pengadilan Agama Kuala Tungkal, 16 Juni 2015.