Kesadaran Hukum Masyarakat Tentang Perceraian di Pengadilan

sebanyak 52 orang, sementara di Tungkal Ulu yang banyak penduduknya hanya ada 3 orang, kemudian di daerah Batang Asam hanya ada 2 orang saja yang bercerai. Hal ini tidaklah mungkin jika tidak ada perceraian disana, mengingat banyaknya jumlah penduduk yang ada dan kemungkinan besar masyarakat belum mendaftarkan perceraiannya di pengadilan ”. 24

4. Upaya Pembinaan Hukum Pada Masyarakat

Hukum adalah suatu pola kehidupan dalam masyarakat, oleh karena masyarakat itu sendiri menghendaki proses pergaulan hidup yang normal, yang berarti adanya suatu keserasian antara kepentingan-kepentingan hidup berkelompok dengan kepentingan-kepentingan hidup perorangan atau pribadi. Dengan adanya masa transisi yang terjadi pada masyarakat Indonesia pada saat ini adalah suatu pergaulan hidup yang sedang mengalami perubahan-perubahan dalam sistem nilai-nilainya, termasuk di dalamnya sikap dan pola prilaku masyarakat. Sehingga pembinaan dalam bidang hukum harus mampu mengarahkan dan menampung kebutuhan-kebutuhan hukum rakyat yang berkembang kearah modernisasi menurut tingkat kemajuan pembangunan di segala bidang sehingga tercapainya ketertiban dan kepastian hukum. 25 24 Wawancara Pribadi dengan Wakil Ketua Pengadilan Agama Kuala Tungkal H. Dongan, di Pengadilan Agama Kuala Tungkal. 25 Soejono Soekanto, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, Bandung: Penerbit Alumni, 1979, h. 37. Berdasarkan uraian sebelumnya berkaitan dengan kesadaran hukum masyarakat tentang perceraian di depan pengadilan, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut adalah baik, akan tetapi disisi lain kurangnya pengetahuan masyarakat tentang isi dari pada peraturan hukum perceraian dan kurangnya kesadaran hukum pada masyarakat untuk melaksanakan perceraian di pengadilanlah yang kurang baik. Adapun unsur- unsur yang meliputi dalam pembinaan hukum yaitu: a. Hukum tidak merupakan aturan-aturan yang bersifat ad doc, akan tetapi merupakan aturan-aturan umum dan tetap. b. Hukum harus diketahui dan jelas bagi warga masyarakat yang kepentingan-kepentinagannya diatur oleh hukum tersebut. c. Dihindari penerapan peraturan yang bersifat troaktif berlaku surut. d. Hukum tersebut harus dimengerti oleh umum. e. Tidak ada peraturan yang saling bertentangan, baik mengenai satu bidang kehidupan tertentu, maupun untuk berbagai bidang kehidupan. f. Pembentukan hukum harus memperhatikan kemampuan warga masyarakat untuk mematuhi hukum tersebut. g. Perlu dihindarkan terlalu banyaknya dan seringnya frekuensi perubahan-perubahan pada hukum, oleh karena warga masyarakat dapat kehilangan ukuran dan pedoman bagi kegiatan-kegiatannya. h. Adanya korelasi antara hukum dengan pelaksanaan atau penerapan hukum tersebut. i. Hukum mempunyai landasan yuridis, filosofis maupun sosiologis. j. Perlu diusahakan agar hukum tersebut diberi bentuk tertulis. 26 Dari hasil wawancara pribadi dengan masyarakat desa Serdang Jaya, menunjukan bahwa ada beberapa faktor yang melatarbelakanginya pembinaan hukum belum berjalan dengan baik di desa ini, sehingga kesadaran masyarakat terhadap hukum itu sendiri sangatlah kurang. Seperti pada poin b diatas yang menyebutkan bahwa “Hukum harus diketahui dan jelas bagi warga masyarakat yang kepentingan-kepentinagannya diatur oleh hukum tersebut”. Sedangkan dari hasil wawancara dengan masyarakat dapat di ambil kesimpulan bahwa masyarakat hanya sekedar mengetahui saja tentang tata cara bercerai di Pengadilan Agama, tanpa memahami apa maksud tujuan, manfaat dan akibat yang akan terjadi padanya dengan adanya aturan tersebut. Dan mengakibatkan masyarakat menjadi acuh tak acuh terhadap peraturan yang ada dan memilih bercerai di luar pengadilan. Hal ini berdasarkan pernyataan dari Kepala Desa Serdang Jaya, yaitu “kurang pahamnya 26 Soejono Soekanto, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, h. 27. masyarakat terhadap peraturan yang ada, sehingga masyarakat bercerai di luar pengadilan”. 27 Adapun pada poin d yang menyebutkan bahwa “hukum tersebut harus dimengerti oleh umum”. Adanya pernyataan poin d diatas berarti menuntut agar masyarakat patuh dan taat terhadap hukum yang berlaku, maka hal yang harus dilakukan oleh lembaga instansi pemerintahan adalah memberikan pembinaan dan penyuluhan yang baik agar masyarakat paham dan mengerti tentang hukum tersebut. Akan tetapi upaya-upaya pemerintah untuk membinan masyarakat terhadap hukum itu sendiri sangatlah kurang, walaupun pernah dilakukan upaya tersebut namun tidak maksimal dan hanya sesekali saja. Hal ini disampaikan oleh Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Kuala Tungkal, yaitu “Pada tahun 2008 memang pernah ada dilakukan upaya penyuluhan hukum, namun untuk saat ini sudah tidak ada lagi. Adapun hal tersebut berkaitan dengan aspek kegiatan, sedangkan Pengadilan Agama ini tidak ada kegiatan eksekutif seperti itu, karena Pengadilan Agama mempunyai tugas dan wewenang menerima, memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan perkara tertentu bagi orang yang beragama Islam. Adapun upaya yang dilakukan saat ini adalah upaya secara pribadi saja yaitu dengan bersosialisasi 27 Wawancara Pribadi dengan Kepala Desa Serdang Jaya Darmayulis, di Kator Desa.