Dalam kompilasi terdapat tambahan alasan terjadinya perceraian yang khusus, berlaku bagi pasangan perkawinan yang memeluk agama
islam, yaitu: a.
Suami melanggar taklik talak. b.
Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.
Tambahan dari Pasal 116 KHI ini relatif penting karena sebelumnya tidak ada. Taklik talak adalah janji atau pernyataan yang
biasanya dibacakan suami setelah akad nikah. Jika suami melanggar “janji” yang telah diucapkan dan istrinya tidak rela lantas mengadu ke
Pengadilan, maka pengadilan atas nama istri akan menjatuhkan talak satu khuluk kepada istri.
47
E. Prosedur dan Akibat Perceraian
1. Prosedur
Sejalan dengan prinsip atau asas Undang-undang Perkawinan untuk mempersulit terjadinya perceraian, maka perceraian hanya dapat
dilakukan di depan sidang Pengadilan, setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak
UUPA, Pasal 56, jo. Pasal 115 KHI.
48
47
Alyasa Abubakar, Ihwal Perceraian Di Indonesia: Perkembangan Pemikiran dari Undang-Undang Perkawinan sampai Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Al-Hikmah dan
DITBINBAPERA Islam, 1999, h. 72.
48
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, h. 233.
Perceraian dalam ikatan perkawinan adalah sesuatu yang dibolehkan oleh ajaran Islam. Apabila sudah ditempuh berbagai cara untuk
mewujudkan kerukunan, kedamaian, dan kebahagiaan, namun harapan dalam tujuan perkawinan tidak akan terwujud atau tercapai sehingga yang
terjadi adalah perceraian. Perceraian diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan pasal 115 Kompilasi Hukum
Islam KHI.
49
a. Cerai Talak Permohonan
Apabila suami yang mengajukan permohonan ke pengadilan untuk menceraikan istrinya, kemudian istri menyetujuinya disebut cerai talak.
Hal ini diatur dalam Pasal 66 UUPA, yaitu: 1.
Seorang suami beragama islam yang akan menceraiakan istrinya mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk mengadaka sidang
guna menyaksikan ikrar talak. 2.
Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
termohon kecuali apabila termohon dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin pemohon.
3. Dalam hal termohon bertempat kediaman di luar negeri, permohonan
diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman pemohon.
49
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafik, 2006, Cet, Ke-1, h. 80.