Mengenai persepsi masyarakat tentang perlu atau tidaknya aturan yang mengatur tentang perkawinan khususnya perceraian pada masyarakat, hampir
semua narasumber menjawab bahwa peraturan tersebut diperlukan. Jadi secara perseptif, masyarakat mengakui nilai manfaat dan maksud tujuan dari
diadakannya undang-undang tersebut. Artinya, dengan adanya UU No. 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan khusunya perceraian adalah merupakan
suatu gagasan yang positif bagi masyarakat guna untuk mencapai ketertiban secara administrasi dan keteraturan masyarakat.
Pada realita yang terjadi di desa Serdang Jaya ditemukan kurangnya sosialisasi penyuluhan hukum tentang perceraian, sehingga membuat
masyarakat menjadi tidak terarah dikarenakan kurang pahamnya masyarakat terhadap prosedur perceraian yang ada, sehingga mengakibatkan masyarakat
semena-mena dalam bercerai. Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang diadakannya peraturan
perundang-undangan baik dari segi maksud, manfaat dan tujuan terutama undang-undang perkawinan.
Oleh karena itu proses adanya pembinaan hukum dan sosialisasi penyuluhan
hukum sangatlah
diperlukan bagi
masyarakat untuk
meminimalisir terjadinya perceraian diluar pengadilan dan diharapkan dapat memperbaiki kesadaran hukum serta persepsi masyarakat terhadap perceraian
yang harusnya dilakukan di depan sidang pengadilan, khususnya masyarakat
desa Serdang Jaya. Karena suatu peraturan hukum harus diketahui dengan jelas bagi warga masyarakat yang kepentingannya diatur oleh hukum dan
hukum juga harus dapat dimengerti oleh umum serta pembentukan sebuah hukum harus memperhatikan kemampuan warga masyarakat untuk mematuhi
hukum tersebut. Poin tersebut sangat berkaitan erat satu dengan yang lainnya dan apabila poin tersebut berjalan dengan baik maka pada akhirnya akan
mengarahkan masyarakat agar sadar dan mau mentari peraturan perundang- undangan yang ada.
93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari permasalahan yang penulis teliti, pada akhirnya penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari kasus perceraian di Desa Serdang Jaya yang diteliti, ditemukan
bahwa motif yang melatarbelakangi terjadinya perceraian adalah karena faktor tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga yang
terdiri dari 4 orang, faktor terjadinya kekerasan jasmani atau KDRT yang dilakukan oleh suami terdapat 2 orang, tidak adanya tanggung
jawab suami terhadap istri terdiri dari 2 orang dan adanya gangguan pihak ketiga perselingkuhan terjadi hanya 1 orang.
2. Adapun mengenai kesadaran hukum dan persepsi masyarakat di Desa
Serdang Jaya tentang perceraian dalam perspektif hukum positif dari perolehan data secara umum, masyarakat mengetahui dengan baik
bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan, akan tetapi kesadaran hukum untuk melaksanakan aturan tersebutlah
yang kurang baik, sehingga masyarakat masih melakukan perceraian di luar pengadilan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan
dan pemahaman masyarakat terhadap maksud, manfaat dan tujuan di bentuknya peraturan perundang-undangan tersebut. Sedangkan
persepsi atau pemahaman masyarakat sendiri mengenai perlu adanya
peraturan yang mengatur tentang perceraian dan pentingnya UU No. Tahun 1974 tentang perkawinan adalah baik, pendapat mereka
menyatakan peraturan tersebut sangatlah penting adanya. Akan tetapi persepsi tersebut menjadi sia-sia adanya, jika masyarakat tidak mau
melaksanakan dan mentaati aturan tersebut. Dapat disimpulkam bahwa ini menunjukkan akan kelemahan sosialisasi dan edukasi pada
masyarakat tentang peraturan-peraturan hukum yang ada khususnya mengenai perceraian dihadapan sidang pengadilan, sehingga ini
menyebabkan kurang baiknya kesadaran hukum pada masyarakat.
B. Saran
Bagi lembaga pemerintahan yang mempunyai wewenang dalam menangani masalah perkawinan khususnya perceraian seperti Pengadilan
Agama, Kementerian Agama, KUA, BP4 dan lainnya yang dapat saling bekerja sama antara satu lembaga dengan lembaga lainnya untuk dapat
menyelenggarakan dan mensosialisasikan undang-undang perkawinan. Untuk mengadakan program-program yang lebih efektif dan efisien untuk
masyarakat yang berkaitan dengan perceraian, seperti mengadakan penyuluhan hukum. Karena dengan adanya penyuluhan hukum tersebut
dapat membantu masyarakat untuk memahami maksud, manfaat dan tujuan dibentuknya peraturan perundang-undangan tersebut, sehingga
dapat meminimalisir terjadinya perceraian di luar sidang pengadilan pada masyarakat.
Dan bagi Pengadilan Agama Kuala Tungkal, agar dapat mengadakan program sidang keliling dan bekerjasama dengan KUA,
PEMDA dan PPN, ini berdasarkan PERMA No. 1 Tahun 2015 tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri dan Pengadilan
AgamaMahkamah Syar’iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan, Buku Nikah, dan Akta Kelahiran. Karena program sidang keliling ini
sangat diperlukan dan juga sangat membantu memudahkan bagi masyarakat yang bertempat tinggal jauh guna menyelesaikan perkara
perceraiannya yang belum didaftarkan di pengadilan. Adapun secara administratif, diperlukannya suatu rumusan tentang
implementasi perundang-undangan yang lebih efisien dan tidak menyulitkan masyarakat untuk mentaatinya. Hal ini berkaitan dengan
biaya administrasi perkara di pengadilan yang memberatkan sebagian masyarakat bila dibandingkan dengan keadaan ekonomi masyarakat yang
berpenghasilan pas-pasan. Maka perlu dipikirkan lagi oleh pemerintah bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan biaya yang
selama ini menjadi beban dan kendala di masyarakat. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menyangkut materi dalam
perundang-undangan, karena materi perundang-undangan yang berlaku harus bisa menyesuaikan dengan perkembangan dan dinamika masyarakat.
Bahkan untuk menegakkan suatu hukum Law Enfeorcement perlu adanya sanksi bagi yang melanggar undang-undang tersebut, sehingga
akan terwujud kepatuhan hukum pada masyarakat.
96
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Alyasa. Ihwal Perceraian Di Indonesia: Perkembangan Pemikiran dari Undang-Undang Perkawinan sampai Kompilasi Hukum Islam,
Jakarta: Al-Hikmah dan DITBINBAPERA Islam, 1999.
Aji, Ahmad Mukri. Maslahat Mursalah: Dalam Dialektika Pemikiran Hukum Islam, Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2011.
Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafik, 2006.
Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian-Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rhineka Cipta, 1996.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Cet. Ke-1.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. Ke-2.
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam Indonesia, “Talak” Ensiklopedia Islam,
Jakarta: PT. Ichar Baru an Hoeve, 1994, Cet. Ke-3. Ghazali, Rahman Abdul. Fiqih Munakahat. Jakarta: Kencana, Cet 4, Oktober
2010. Hakim, Rahmat. Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Ibrahim, Johny. Teori dan Metedologi Penelitian Hukum Normatif. Edisi Revisi, Cet-4, Malang : Bayu Media Publishing, 2008.
Iraqi, Butsainah as-Sayyid al, Menyingkap Tabir Perceraian, Jakarta: Pustaka al- Sofwa, 2005.