2.  Pemain musuh mengejar penyerang Pemain  ini  dapat  kembali  mempertahankan  bentengnya  apabila  telah
diselamatkan  temannya,  dengan  cara  menyentuh  tangan  atau  bagian  tubuhnya. Kelompok  pemain  dinyatakan  mendapatkan  nilai  apabila  dapat  menyentuh
basecamp  musuh.  Berakhirnya  pertandingan  ditentukan  oleh  kesepakatan  para pemain. Kelompok  yang kalah akan mendapatkan hukuman,  yaitu menggendong
kelompok  yang  menang  dari  benteng  yang  satu  ke  benteng  lainnya,  jumlah gendongan tergantung kesepakatan.
36
3.  Pemain yang ditawan berada di tempat tawanan
Seorang pemain mendapatkan nilai dengan menyentuh basecamp musuh.
37
36
Ibid.
37
Ibid.
Sedangkan  cara  bermain  permainan  bebentengan  menurut  Sri  mulyani ialah :
1.  Permainan dimulai dengan membuat dua kelompok terlebih dahulu. 2.  Setiap  kelompok  terdiri  dari  empat  sampai  delapan  anak,  baik  putra
maupun putri. 3.  Masing-masing  kelompok  memilih  tiang,  pilar,  ataupun  pohon  yang
disebut sebagai benteng mereka. 4.  Kedua  kelompok  harus  saling  menyerang  atau  mengambil  alih  benteng
lawan  dengan  menyentuh  tiang  atau  pilar  yang  dipilih  oleh  lawan  dan meneriakkan kata “benteng”.
5.  Kemenangan  juga  bisa  diraih  dengan  menawan  seluruh  anggota  lawan dengan lari menyentuh tubuh mereka.
6.  Untuk menentukkan siapa  yang berhak menjadi penawan, ditentukan dari siapa yang paling akhir menyentuh benteng mereka.
38
4. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar
Sadirman,  dalam  bukunya  „interaksi  dan  motivasi  belajar  mengajar’ mengemukakan  beberapa  pengertian  serta  definisi  belajar  menurut  para  ahli.
Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain sebagai berikut :
1 Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.
2 Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves,
to listen, to follow direction ”.
3 Geoch, mengatakan: “ Learning is a change in performance as a result of practice”.
39
Dari  ketiga  definisi  di  atas,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  belajar merupakan kegiatan yang mengarah pada perubahan tingkah laku dan penampilan
melalui berbagai aktivitas. Seperti aktivitas membaca, mengamati, mendengarkan,
38
Sri Mulyani, op.cit., h. 23.
39
Sardiman,  A.  M.,  Interaksi  dan  motivasi  belajar  mengajar,  Jakarta:  PT.Raja  Grafindo Persada,2000, h.20.
dan  meniru.  Proses  atau  kegiatan  belajar  akan  menghasilkan  perubahan  tingkah laku  yang  menyeluruh,  apabila  seseorang  belajar  langsung  dari  pengalaman  atau
mengalaminya sendiri.
40
Selain definisi menurut  para  ahli di  atas, belajar juga dapat  dibedakan ke dalam dua pandangan, pandangan luas dan sempit. Belajar dalam pengertian luas
dapat  diartikan  sebagai  kegiatan  psiko-fisik  dalam  mencapai  keutuhan perkembangan  pribadi  seorang  anak.  Sedangkan  menurut  arti  sempit,  belajar
merupakan upaya penguasaan materi ajar menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya.
41
Pengertian  belajar  dalam  arti  sempit,  biasa  dilakukan  oleh  para  guru  di kelas.  Dimana  guru  mencoba  memberikan  materi  ajar  atau  ilmu  pengetahuan
sebanyak mungkin dan siswa berusaha untuk menerima pelajaran dengan sebaik- baiknya.  Berdasarkan  pengertian  belajar  secara  sempit,  guru  hanyalah  berperan
sebagai  pengajar,  bukan  pendidik.  Kemudian  masyarakat  akan  beranggapan bahwa belajar ialah menghafal. Dan pengertian belajar dalam arti sempit ini dapat
dibuktikan  melalui  kegiatan  yang  siswa  lakukan  menjelang  ujian,  yaitu menghafal.
42
Selain  itu,  belajar  juga  dapat  diartikan  sebagai  kegiatan  untuk  berubah. Bukan hanya berubah dari sudut wawasan dan keilmuannya saja, melainkan juga
dari  beberapa  sudut  lainnya.  Seperti  kecakapan,  keterampilan,  sikap,  pengertian, harga  diri,  minat,  watak,  dan  penyesuaian  diri.  Dan  dapat  disimpulkan,  bahwa
belajar  akan  selalu  menghasilkan  perubahan  bagi  orang-orang  yang  melakukan proses pembelajaran.
43
Terkait  dengan  pengertian  belajar  dalam  arti  sempit,  terdapat  beberapa teori  belajar  yang  berfokus  pada  unsur  kognitif  saja.  Apabila  dijabarkan,  unsur-
unsur  kognitif  dibedakan  menjadi  penataan  fakta,  konsep,  dan  prinsip  yang membentuk  menjadi  suatu  kesatuan  yang  bermakna  bagi  peserta  didik.  Dan
ternyata,  teori  belajar  yang  menekankan  pada  unsur  kognitif,  selama  ini  di
40
Ibid.
41
Ibid., h. 20-21.
42
Ibid., h. 21.
43
Ibid.
kehidupan  nyata  dapat  diterima.  Dengan  beberapa  syarat  tentunya,  yaitu  dapat mempengaruhi perkembangan afeksi seseorang.
44
Pada  akhirnya  konsep  ini  melahirkan  teori  belajar  yang  bertumpu  pada konsep  pembentukan  super  ego.  Konsep  super  ego  merupakan  konsep  belajar
yang  dalam  prosesnya,  belajar  harus  melalui  kegiatan  menirukan.  Selain  itu, belajar  juga  melalui  proses  interaksi  antar  pribadi  seseorang  dengan  pihak  lain,
misalnya  seorang  tokoh  super  ego,  menyangkut  dimensi  sosial.  Yang  perlu ditegaskan  adalah  siapa  pun  yang  menjadi  figur  untuk  ditiru,  si  peniru  akan
mendapatkan pengalaman yang berguna bagi dirinya sendiri.
45
Semakin banyak seorang anak belajar melalui kegiatan peniruan terhadap tokoh,  semakin  banyak  pula  pengalaman  yang  diperolehnya.  Sesuai  dengan
konsep super-ego, maka pengalaman yang diperoleh si subjek didik, akan banyak menyangkut segi moral.
46
Hal  ini  sesuai  dengan  penegasan  Brend  bahwa  struktur  kepribadian individu manusia itu terdiri dari tiga komponen yang dinamakan:  id, ego,
dan super ego. 1 Id lebih menekankan pemenuhan nafsu,
2 super ego lebih bersifat sosial dan moral, 3 ego  akan  menjembatani  antara  keduanya,  terutama  kalau  berkembang
menghadapi lingkungannya, atau dalam aktivitas belajar.
47
Menurut  konsep  belajar  super  ego,  ketika  seseorang  belajar  maka  orang tersebut dapat membina moralitas dirinya sendiri. Hal ini dapat diperoleh melalui
interaksi dengan pribadi-pribadi manusia yang lain.
48
Belajar boleh dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia id-ego-super  ego  dengan  lingkungannya.  Lingkungan  tersebut  dapat  berwujud
pribadi, fakta, konsep, ataupun teori. Menurut Sadirman dalam bukunya, “ proses
interaksi adalah : a proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.
b dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan. ”
49
44
Ibid.
45
Ibid., h. 22.
46
Ibid.
47
Ibid.
48
Ibid.
Proses  internalisasi  sesuatu  ke  dalam  diri  orang  yang  belajar  dilakukan secara  aktif  dengan  segenap  panca  indera.    Setelah  itu  perlu  kiranya  diadakan
kegiatan  lanjutan  dari  proses  internalisasi,  yaitu  proses  sosialisasi.  Proses sosialisasi  merupakan  kegiatan  mensosialisasikan  atau  menginternalisasikan  atau
menularkan  suatu  hal  kepada  pihak  lain.  Dalam  proses  sosialisasi,  orang  yang belajar  pasti  berinteraksi  dengan  orang  lain,  dan  menghasilkan  pengalamannya
sendiri.  Pengalaman  yang  dilalui  oleh  orang  lain,  akan  menyebabkan  proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang.
50
Para  ilmuan  khususnya  para  ahli  psikologi  sering  sekali  mempunyai pendapat dan pandangan yang berbeda-beda terkait dengan pengertian belajar itu
sendiri. Hal ini dapat terjadi karena mereka memberi tekanan dari sudut pandang masing-masing.  Walaupun  terkadang  maksud  yang  dituju  sama,  namun  bahasa
penyampaian  dan  pengungkapan  yang  digunakannya  berbeda.  Pada  akhirnya teori belajar dapat dibedakan menjadi dua pandangan yaitu, pandangan tradisional
dan pandangan modern. Oemar  Hamalik  menjabarkan  dua  pandangan  pengertian  belajar  sebagai
berikut : Belajar menurut pandangan tradisional. Menurut pandangan ini, belajar adalah
usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Pengetahuan mendapat tekanan yang penting, oleh sebab pengetahuan memegang peranan utama dalam hidup
manusia.  Pengetahuan  adalah  kekuasaan.  Siapa  yang  memiliki  banyak pengetahuan maka dia akan mendapat kekuasaan. Siapa yang memiliki banyak
pengetahuan  maka  dia  akan  mendapat  kekuasaan,  dan  sebaliknya  siapa  yang kosong pengetahuannya, atau bodoh maka dia akan dikuasai orang lain. Karena
itu memiliki banyak pengetahuan adalah penting. Itu sebabnya, pandangan ini disebut
pandangan yang
intelektualitas, terlalu
menekankan pada
perkembangan  otak.  Untuk  memperoleh  pengetahuan  maka  siswa  harus mempelajari  berbagai  mata  pelajaran  di  sekolah.  Dalam  hal  ini,
“buku pelajaran”  atau  bahan  bacaan,  menjadi  sumber  pengetahuan  yang  utama.
Sehingga sering ditafsirkan bahwa belajar berarti mempelajari buku bacaan.
51
Belajar  menurut  pandangan  modern.  Menurut  pandangan  ini,  yang  dimaksud dengan  belajar  adalah  proses  perubahan  tingkah  laku  berkat  interaksi  dengan
lingkungan.  Seseorang  dinyatakan  melakukan  kegiatan  belajar  setelah  ia
49
Ibid.
50
Ibid., h. 22-23.
51
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,1994, h.27-28.