BAB X PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN
A. Pemberhentian
Jabatan pengawas adalah jabatan profesional, sehingga perlu diadakan penilaian, pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Dengan
demikian tidak tertutup kemungkinan adanya pengawas yang tidak memenuhi persyaratan profesional. Bagi pengawas yang tidak memenuhi persyaratan
tersebut, tidak layak untuk dipertahankan selamanya dalam jabatan pengawas. Dengan kata lain tidak tertutup kemungkinan untuk diberhentikan dari
jabatannya sebagai pengawas. Pemberhentian pengawas satuan pendidikan dalam masa tugasnya dilakukan
apabila yang bersangkutan: 1. melanggar kode etik pengawas, dan telah mendapatkan keputusan tetap
dari Dewan Kehormatan Organisasi Profesi Pengawas, 2. tidak memenuhi persyaratan kelayakan sebagai pengawas profesional
walaupun telah diberikan pembinaan, pelatihan, pendampingan secara ber- kelanjutan,
3. mengundurkan diri karena alasan kesehatan atau alasan lainnya yang sah dan dapat dipertanggung jawabkan,
4. pindah atau alih jabatan pada profesi lain baik promosi maupun mutasi berdasarkan ketentuan yang berlaku,
5. cacat fisik dan atau mental sehingga tidak dapat melaksanakan tugas profesinya,
6. meninggal dunia, 7. terlibat tindakan melawan hukum yang diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan pegawai negeri sipil secara simultan. Ketentuan di atas pada hakekatnya sejalan dengan pemberhentian pengawas
sebagai pegawai negeri sipil sebagaimana diatur dalam PP Nomor 32 Tahun 1979. Pemberhentian dapat dibedakan atas:
© DEPDIKNAS 2006
107
1. Pemberhentian atas permintaan sendiri. 2. Pemberhentian karena mencapai batas usia pensiun BUP.
3. Pemberhentian karena adanya penyederhanaan organisasi. 4. Pemberhentian karena tidak cakap jasmani atau rohani.
5. Pemberhentian karena meninggalkan tugas minimal 3 tiga bulan berturut-turut.
6. Pemberhentian karena meninggal dunia atau hilang, dan tidak diketahui penyebabnya selama 3 tiga bulan berturut-turut.
7. Pemberhentian karena melakukan pelanggarantindak pidana penyelewengan
8. Pemberhentian sementara karena alasan-alasan sebagai berikut: a. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan pengawas oleh pemerintah.
b. Mendapat tugas belajar lebih dari enam tahun. c. Terkena hukuman disiplin pegawai dengan tingkat sedang dan berat.
d. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil berdasarkan peraturan yang berlaku.
e. Cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk cuti persalinan ke tiga dan seterusnya.
Untuk pemberhentian pengawas satuan pendidikan karena tidak cakap jasmani atau rohani, kepada pengawas sebagai pegawai negeri sipil, dapat diberikan
hak cuti sebelum diberhentikan dengan klasifikasi sebagai berikut; 1. Cuti sakit diberikan kepada pengawas sebagai pegawai negeri sipil.
2. Setiap pengawas satuan pendidikan yang sakit lebih dari 1 satu atau 2 dua hari harus memberitahukan kepada atasannya baik secara tertulis
maupun dengan pesan melalui orang lain. 3. Pengawas satuan pendidikan yang sakit lebih dari dua hari sampai dengan
empat belas hari harus mengajukan permintaan cuti sakit secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberi cuti sakit dengan melampirkan
surat keterangan dokter pemerintahswasta.
© DEPDIKNAS 2006
108
4. Cuti sakit diberikan paling lama satu tahun dapat ditambah paling lama enam bulan berikutnya. Jika belum sembuh dari penyakitnya, ia harus diuji
kembali kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk Menteri Kesehatan. Jika ternyata dari hasil pemeriksaan dokter dinyatakan tidak ada harapan
sembuh lagi, maka pengawas satuan pendidikan tersebut diberhentikan dengan hormat dan memperoleh hak kepegawaian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. 5. Selain ketentuan di atas pengawas satuan pendidikan dapat diberikan cuti di
luar tanggungan negara. Cuti di luar tanggungan negara diatur dengan ketentuan: a. Cuti di luar tanggungan negara bukan hak pengawas satuan pendidikan sebagai
pegawai negeri sipil, tetapi dapat diberikan untuk kepentingan pribadi yang mendesak, misalnya pengawas satuan pendidikan wanita yang mengikuti
suaminya yang ditugaskan pemerintah ke luar negeri. b. Cuti di luar tanggungan negara ini diberikan kepada pengawas satuan
pendidikan yang telah bekerja secara terus-menerus selama lima tahun. c. Cuti di luar tanggungan negara diberikan paling lama tiga tahun secara
berturut-turut, tetapi kalau belum cukup dapat diperpanjang satu tahun lagi. d. Cuti di luar tanggungan negara baru bagi pengawas satuan pendidikan dapat
dilaksanakan setelah ada persetujuan dari Badan Kepegawaian Daerah BKD. e. Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara pengawas satuan
pendidikan yang bersangkutan tidak mendapat gaji dan tidak diperhitungan masa kerjanya, serta tidak mumpunyai hak untuk kenaikan pangkat.
f. Apabila melebihi ketentuan tersebut di atas, pengawas satuan pendidikan yang bersangkutan diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil karena dianggap
meninggalkan tugas.
B. Pensiun