B. Bidang Pengawasan
Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan dibedakan berdasarkan jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Berdasarkan jalur pendidikan, pendidikan
dibedakan ke dalam jalur: 1 pendidikan formalsekolah, 2 pendidikan nonformal dan 3 pendidikan informal. Berdasarkan jenjang pendidikan,
pendidikan dibedakan ke dalam jenjang: 1 pendidikan dasar, 2 pendidikan menengah dan 3 pendidikan tinggi. Sedangkan berdasarkan jenis
pendidikan, pendidikan dibedakan ke dalam jenis: 1 pendidikan umum, 2 pendidikan kejuruan, 3 pendidikan akademik, 4 pendidikan vokasi, 5
pendidikan profesi, 6 pendidikan keagamaan dan 7 pendidikan khusus. Jalur, jenjang dan jenis pendidikan di atas dapat diwujudkan dalam bentuk
satuan pendidikan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau oleh masyarakat.
Mengacu pada konsep di atas kepengawasan ada pada jalur pendidikan formalsekolah dan ada pada jalur pendidikan nonformal. Pada jalur
pendidikan formal disebut pengawas dan pada jalur pendidikan nonformal disebut penilik. Keduanya mempunyai peran yang sama yakni sebagai
supervisor pendidikan. Dalam naskah ini kepengawasan dimaknai dalam konteks pendidikan formal. Oleh sebab itu dibedakan menjadi: 1 pengawas
TKSD pendidikan dasar, 2 pengawas pendidikan menengah SMP-SMA- SMK. Mengingat pada pendidikan menengah diberlakukan guru mata
pelajaran dan atau bidang studi maka pengawas pada pendidikan menengah dikaitkan dengan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran.
Atas dasar itu, dalam peraturan yang ada sekarang ini, bidang pengawasan dibedakan menjadi empat bidang pengawasan yakni: 1 Bidang pengawasan
TKRA, SDMI-LB, 2 Bidang pengawasan Rumpun Mata Pelajaran, 3 Bidang pengawasan Pendidikan Luar Biasa dan 4 Bidang pengawasan
Bimbingan dan Konseling.
© DEPDIKNAS 2006
13
Gambaran di lapangan, terutama di beberapa daerah, pengawas rumpun mata pelajaran sudah ditinggalkan dan beralih menjadi pengawas sekolahsatuan
pendidikan seperti halnya pengawas TKSD. Dengan kata lain, di SMP- SMA-SMK tidak lagi diberlakukan pengawas rumpun mata pelajaran tetapi
pengawas satuan pendidikan. Oleh karena itu, berkembang wacana perlu adanya pengawas SMP, pengawas SMA dan pengawas SMK. Kecenderungan
ini disebabkan masih belum terpenuhinya pengawas yang memiliki keahlian yang sesuai dengan jumlah rumpunmata pelajaran di SMPSMASMK dan
adanya ketidak sesuaian bidang keahlian pengawas rumpun dengan mata pelajaran yang harus diawasidibinanya di pendidikan menengah. Selain itu,
hampir di semua kabupaten dan kota, pengawas rumpun mata pelajaran masih sangat terbatas jumlahnya, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk
setiap rumpun mata pelajaran, terlebih lagi untuk semua mata pelajaran. Pengawas sekolahsatuan pendidikan berstatus sebagai pejabat fungsional
yang berkedudukan atau ditempatkan di tingkat propinsi, kabupatenkota bahkan di tingkat kecamatan untuk pengawas TKSD. Seiring dengan
berlakunya otonomi daerah maka status kepegawaian pengawas adalah pegawai negeri sipil daerah yang ditempatkan di kabupatenkota atau propinsi.
Ada semacam harapan dari pengawas agar di masa depan status pengawas adalah pegawai pusat yang bisa ditempatkan di LPMP atau di Dinas
Pendidikan Propinsi, Kabupaten dan Kota. Setiap pengawas pada bidang manapun wajib melakukan pembinaan dan
pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah yang ditetapkan. Satu pengawas membina 15 sekolah. Sekalipun ukuran ini bervariasi bergantung
kepada kondisi geografis daerahnya, besar atau jumlah kelasguru di setiap sekolah dan ukuran lainnya. Pengawas TKSD tidak mengenal rumpun mata
pelajaran mengingat guru SD adalah guru kelas, sehingga pengawasan berlaku untuk semua bidang studimata pelajaran yang ada di SD. Tidak
mengherankan apabila pengawas TKSD tugasnya lebih berat, sebab mereka harus menguasai semua bidang studimata pelajaran. Itulah sebabnya
© DEPDIKNAS 2006
14
kualifikasi pengawas TKSD seharusnya minimal Sarjana Pendidikan khususnya S1 PGSD bukan S1 Pendidikan bidang ilmumata pelajaran.
Demikian halnya untuk pengawas SLB berlaku sama dengan pengawas TKSD bahkan sulitnya mencari pengawas SLB yang profesional mengingat
terbatasnya Sarjana Pendidikan dengan keahlian pendidikan khususluar biasa. Jika masih akan dipertahankan pengawas rumpun mata pelajaran, maka
pengawas pendidikan pada pendidikan menengah yakni SMP-SMA dan SMK idealnya ditingkatkan menjadi pengawas mata pelajaran SMP dan SMA dan
pengawas mata Diklat SMK. Mata pelajaran prioritas sekarang antara lain Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi dan
mata Diklat keahlian pada SMK. Dengan demikian pengangkatan pengawas dalam mata pelajaran tersebut semakin diperlukan. Pada tahap berikutnya
baru diperluas dengan pengawas untuk mata-mata pelajaran lainnya. Keahlian atau keilmuan pengawas mata pelajaran harus relevan dengan mata pelajaran
yang dibinanya sehingga pembinaan dan pengembangan mutu pendidikan akan lebih optimal. Kenyataan di lapangan ada beberapa pengawas rumpun
mata pelajaran mengalami kesulitan karena keahliankeilmuan pengawas tidak sesuai dengan mata pelajaran yang harus dibinanya. Sama halnya dengan
bidang pengawasan Bimbingan Konseling. Pengawas Bimbingan Konseling seharusnya minimal Sarjana Pendidikan jurusanprogram studi Bimbingan
Konseling yang sekarang berstatus guru BK di sekolah. Sulitnya mencari guru BK yang profesional menyebabkan langkanya
pengawas bidang ini padahal peranan bimbingan konseling di sekolah pada masa sekarang ini sangat diperlukan. Tidak mengherankan kalau pengawas
BK yang ada sekarang ini sangat beragam keahliannya dan lebih parah lagi mereka tidak dipersiapkan terlebih dahulu melalui pendidikan dan pelatihan
atau penataran yang terpola dan terprogram. Berdasarkan gambaran dan kondisi obyektif di lapangan saat ini, sudah
saatnya dilakukan pembenahan tenaga pengawas mulai dari rekruitmen calon pengawas, tugas pokok dan fungsinya, kompetensi yang dipersyaratkannya,
© DEPDIKNAS 2006
15
pembinaan dan pengembangannya serta penilaian kinerjanya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah yang menjadi binaannya.
BAB III TUGAS POKOK DAN FUNGSI