evaluasi analisis tersebut, d menyusun dan membuat instrumen supervisi yang baru sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang baru dan mendasarkan
hasil revisi terhadap instrumen yang lama, e sosialisasi kebijakan- kebijakan baru dalam bidang pendidikan, f pemaparan makalah dari
Korwas atau pengawas senior yang ditunjuk dengan moderator pengawas setingkat di bawahnya, g koordinasi lintas bidang serta pembagian tugas
kepengawasan pada sekolah binaannya masing-masing, h pemetaan ketenagaan pengawas yang baru dan yang akan memasuki usia pensiun, i
membahas persiapan penetapan kandidat pengawas berprestasi untuk memperoleh penghargaan, j menyusun standard pelayanan minimal
SPM dan standard prosedur operasional SPO kepengawasan, k analisis kebutuhan pengawas satuan pendidikan, termasuk pergantian antar
waktu Korwas. Rakor dilaksanakan dan dibiayai oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kota setempat serta diikuti oleh seluruh pengawas dan pejabat
struktural terkait. Hasil Rakor dijadikan landasan atau acuan dalam meningkatkan tugas-tugas kepengawasan. Penjabaran hasil-hasil Rakor
ditindaklanjuti dalam rapat-rapat rutin para pengawas secara berkala.
E. Pembinaan Karir
Pembinaan dan pengembangan karir pengawas dilaksanakan dalam rangka kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya yang di dalamnya melekat
kemampuan professional dan penampilan kinerjanya. Oleh sebab itu, pembinaan dan pengembangan karir pengawas adalah upaya terencana untuk
membantu para pengawas dalam kenaikan pangkat dan jabatannya melalui pengumpulan angka kredit jabatan fungsional. Kenaikan pangkat dan
jabatannya harus mengindikasikan meningkatnya kemampuan professional dan kinerjanya sebagai pengawas profesional.
Pangkat dan jabatan pengawas mengacu pada Keputusan Menteri PAN nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka
kreditnya. Berdasarkan keputusan tersebut jabatan fungsional pengawas bergradasi mulai dari: 1 Pengawas Sekolah Pratama golongan IIIa – IIIb,
© DEPDIKNAS 2006
73
2 Pengawas Sekolah Muda golongan IIIc – IIId, 3 Pengawas Sekolah Madya golongan IVa – IVc, 4 Pengawas Sekolah Utama golongan IVd –
IVe dengan perhitungan angka kredit. Seiring dengan berlakunya PP No 19 tahun 2005, maka ke depan jabatan pengawas bisa disederhanakan menjadi
tiga kategori yakni: 1 pengawas muda, 2 pengawas madya dan 3 pengawas utama. Pengawas pratama tidak diperlukan mengingat semua
pengawas yang diangkat dengan kualifikasi sarjana, diprediksi sudah menduduki pangkatjabatan minimal IIIc. Pembinaan dilakukan agar
kenaikan pangkat dan jabatan pengawas bisa tepat waktu. Artinya Kepala Dinas Pendidikan harus memotivasi para pengawas agar secara terencana
mendesain program kerjanya sehingga setiap pengawas memperoleh kesempatan untuk mengumpulkan bahan-bahan yang mempunyai nilai kredit
untuk kenaikan pangkat dan jabatannya. Program-program pembinaan yang dijelaskan pada berbagai macam program pembinaan profesi di atas, hampir
seluruhnya mempunyai nilai angka kredit. Artinya pembinaan kemampuan profesional seperti dijelaskan di atas pada dasarnya berdampak terhadap
peingkatan karir pengawas. Program lain yang bisa dikembangkan adalah memfasilitasi pengawas satuan
pendidikan untuk melakukan kegiatan penelitiankajianstudi tentang kepengawasan. Hasil kajianpenelitianstudi tersebut ditulis dalam bentuk
laporan penelitian berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah. Untuk itu para pengawas harus memiliki kemampuan
dalam bidang penelitian dan penulisan karya ilmiah. Kemampuan tersebut bisa diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan Diklat khusus tentang penelitian
pendidikan dan penulisan karya ilmiah. Kenyataan di lapangan banyak pengawas yang berpangkatgolongan IVa dan
IVb sulit naik ke jenjang berikutnya disebabkan kurangnya angka kredit yang dimilikinya terutama bidang karya tulis. Oleh sebab itu, perioritas pembinaan
karir pengawas ada pada pengawas madya yakni pengawas yang menduduki
© DEPDIKNAS 2006
74
pangkat IVa dan IVb. Namun demikian tidak berarti pengawas dangan jabatanpangkat lainnya dikesampingkan.
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan profesi pengawas peranan Korwas dan Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia APSI sangat
diperlukan. Untuk itu pemerintah pusat dan daerah perlu memfasilitasi Korwas dan APSI baik dalam hal danaanggaran maupun daya dukung
lainnya. Tidak berlebihan apabila kepada Koordinator Pengawas diberikan tunjangan khusus selain anggaran rutin untuk melakukan pembinaan dan
pengembangan karir pengawas. Adanya blockgrant atau bantuan lainnya untuk pengawas sebaiknya
disalurkan melalui Koordinator Pengawas Korwas dan APSI secara langsung sehingga pembinaan dan pengembangan profesi pengawas bisa berjalan
sebagaimana yang diharapkan.
F. Sumber Daya Pembinaan