b. Pendekatan “Manajement by Objective MBO” Metode ini ditentukan bersama-sama antara penilai dengan
pengawas. Mereka bersama-sama menentukan tujuan dan sasaran pelaksanaan kerja di waktu mendatang. Keunggulan
MBO adalah bahwa perhatian pimpinan dan pengawas difokuskan pada hasil akhir tugas secara eksklusif.
Kelemahannya adalah MBO tidak membantu pimpinan dalam mengamati dan menilai perilaku pengawasnya.
c. Penilaian psikologis Metode ini dilakukan dengan mengadakan wawancara
mendalam, diskusi atau tes psikologi yang akan dinilai. Aspek- aspek yang dinilai antara lain: intelektual, emosi, motivasi, dll.
Instrumen uji kinerja pengawas satuan pendidikan merupakan instrumen khusus yang sudah divalidasi dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
naskah akademik ini.
E. Mekanisme Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pengawas dilaksanakan setiap tahun satu kali yakni pada akhir tahun akademik. Tujuan penilaian kinerja pengawas ini untuk
menentukan kualitas pengawas dalam rangka pembinaan dan pengembangan karirnya. Mekanisme penilaian kinerja pengawas ditempuh melalui tiga
tahapan sebagai berikut:
1. Tahap 1: Uji kinerja dengan inventori untuk menentukan indeks kinerja
pengawas,
2. Tahap 2: Penilaian kinerja dengan tes tertulis: analisis kasus nyata
kepengawasan, penguasaan bidang kepengawasan, dan tes performance dalam bentuk presentasi hasil karya tulis ilmiah dalam forum seminar.
Kemudian ditetapkan kategori kinerja pengawas atas dasar hasil tahap 1 dan tahap 2 yang hasilnya dibedakan menjadi tiga kategori yakni: tidak
layak berindeks 0, layak berindeks 1-3, dan sangat layak berindeks 4 dan 5.
© DEPDIKNAS 2006
54
3. Tahap 3: Menetapkan tindak lanjut hasil penilaian tahap 2, yaitu untuk
menetapkan pembinaan dan pengembangan karir pengawas. Bagi pengawas yang termasuk kategori tidak layak perlu diberikan perlakuan
khusus agar kelak menjadi pengawas kategori layak. Bagi pengawas termasuk kategori layak wajib diberi subsidi dan insentif agar dapat me-
ningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. Bagi pengawas kategori sangat layak diusulkan untuk mendapatkan penghargaan yang diatur
secara tersendiri pada bab penghargaan dan perlindungan. Penilaian kinerja pengawas sebaiknya dilaksanakan oleh Tim Independen
yang diangkat oleh Kepala Dinas Pendidikan KotaKabupaten. Tim terdiri atas seorang dari Pejabat Dinas Pendidikan, seorang dari Asosiasi Pengawas,
seorang dari Akademisi, dan seorang dari Anggota Dewan Pendidikan. Tim bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Kabupaten.
Untuk melaksanakan penilaian kinerja pengawas satuan pendidikan seperti langkah-langkah tersebut dimungkinkan akan ada masalah-
masalah berikut ini. 1. Hallo Efect: yang dimaksudkan adalah bahwa opini seseorang
mengenai orang lain berpengaruh terhadap penilaian yang dilakukannya baik dalam arti yang positif ataupun negatif.
2. Menghindari nilai yang ekstrim: Penilaian demikian sering dihindari karena harus dijelaskan kepada fihak yang mengelola
SDM pembenaran dari sistem itu. Agar tidak harus menjelaskan sistem peringkat yang digunakan penilai cenderung mengambil
jalan tengah, yaitu dengan memberikan nilai yang akan merata. 3. Bersikap lunak dan murah hati: Hal ini biasanya dilakukan dengan
memberikan nilai yang tinggi kepada semua pengawas. Biasanya ini digunakan oleh penilai yang ingin mencari popularitas.
4. Bersikap pelit dan keras: Hal ini dilakukan dengan memberikan nilai yang rendah kepada pengawas, walaupun mungkin ada yang
berprestasi memuaskan dan sebagian lagi kurang memuaskan.
© DEPDIKNAS 2006
55
5. Prasangka pribadi: Hal ini berakibat pada penilaian yang subyektif. Selanjutnya hasil penilaian kinerja pengawas disampaikan oleh tin
penilai independen kepada Kepala Dinas Pendidikan. Selanjutnya Kepala Dinas Pendidikan menetapkan hasil penilaian melalui surat
keputusan tentang kinerja pengawas. Ada tiga jenis keputusan penilaian kinerja pengawas yakni:
1. Bagi pengawas yang tidak layak diputuskan wajib mengikuti pembinaan perlakuan khusus seperti pelatihan khusus, pendampingan, penugasan, dan
lain-lain. 2. Bagi pengawas yang layak diputuskan untuk melaksanakan tugas
kepengawasan secara mandiri, promosi kenaikan jabatan fungsional setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan, promosi kenaikan jabatan
karir pengawas pengawas pratama, muda, madya, utama setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
3. Bagi pengawas yang sangat layak diputuskan untuk melaksanakan tugas membina pengawas baru pratama, mendampingi pengawas yang
termasuk kategori tidak layak, diusulkan menjadi pengawas samapta, serta diusulkan mengikuti seleksi pengawas terbaik tingkat kabupatenkota,
provinsi dan atau nasional dalam rangka pemberian penghargaan. Berdasarkan hasil penilaian kinerja pengawas itu perlu tindak lanjut
dalam bentuk: 1 penetapan indeks kinerja pengawas dan 2 pengembangan profesi pengawas.
Penetapan indeks kinerja pengawas diperoleh dari penghitungan hasil uji kinerja yang berbentuk angka dengan rentang nilai antara 0 – 5. Indeks kinerja
pengawas satuan pendidikan terdiri dari jenjang yaitu: 1. Indeks kinerja 0 nol berarti tidak berprestasi;
2. Indeks kinerja 1 satu berarti sangat rendah; 3. Indeks kinerja 2 dua berarti kinerjanya rendah;
4. Indeks kinerja 3 tiga berarti kinerjanya cukup;
© DEPDIKNAS 2006
56
5. Indeks kinerja 4 empat berarti kinerjanya tinggi; 6. Indeks kinerja 5 lima berarti kinerjanya sangat tinggi atau cemerlang.
Adapun bentuk pengembangan profesi pengawas sebagai lebih lanjut dari kinerja pengawas ada tiga program yakni: 1 program pre-service
education, 2 program in-service education dan 3 program in-service training.
Program pre-service education adalah program pendidikan yang dilakukan pada pendidikan sekolah sebelum peserta didik mendapat
tugas tertentu dalam suatu jabatan. Lembaga penyelenggaraan program pre-service education adalah pendidikan tinggi. Pada bidang ilmu
pendidikan program in-service education diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tenaga kependidikan LPTK baik non gelar
maupun yang bergelar. Program in-service education adalah program pendidikan yang
mengacu pada kemampuan akademik maupun profesional sesudah peserta didik mendapat tugas tertentu dalam suatu jabatan. Bagi mereka
yang sudah memiliki jabatan pengawas dapat berusaha meningkatkan kinerjanya melalui pendidikan lanjut yang berijasah S-1, ke S-2 dan
S-3 pada jurusan tertentu yang relevan. Program in-service training adalah suatu usaha pelatihan yang memberi
kesempatan kepada pengawas, untuk mendapat pengembangan kinerja. Pada umumnya yang paling banyak dilakukan dalam program in-
service training adalah melalui: 1 penataran penyegaran, 2 penataran peningkatan kualifikasi, dan 3 Diklat pengembangan
profesionalisme pengawas satuan pendidikan secara gradual. 1. Penataran penyegaran yaitu usaha pengembangan profesi atau
kompetensi pengawas agar sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, serta menetapkan kinerja pengawas agar
dapat melakukan tugas sehari-hari dengan baik. Sifat penataran ini
© DEPDIKNAS 2006
57
memberi penyegaran sesuai dengan perubahan yang terjadi di masyarakat agar tidak ketinggalan jaman.
2. Penataran peningkatan kualifikasi adalah usaha peningkatan kemampuan pengawas sehingga mereka memperoleh kualifikasi
formal tertentu sertifikasi sesuai dengan standar yang ditentukan. 3. Diklat pengembangan profesionalisme pengawas secara gradual
adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan dan kinerja pengawas satuan pendidikan dalam bidang jenjang fungsional
pengawas sehingga memenuhi persyaratan suatu pangkat atau jabatan tertentu sesuai dengan standar yang ditentukan.
© DEPDIKNAS 2006
58
BAB VII PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR
A. Pentingnya Pembinaan dan Pengembangan Karir
Pengawas satuan pendidikan diangkat dengan tugas melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan atau sekolah yang menjadi binaannya.
Pengawasan satuan pendidikan meliputi pengawasan akademik dan pengawasan manajerial. Pengawasan akademik bertujuan membantu atau membina guru dalam
meningkatkan mutu proses pembelajaran agar diperoleh hasil belajar siswa yang lebih optimal. Sedangkan pengawasan manajerial bertujuan membantu dan membina kepala
sekolah dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan melalui optimalisasi kinerja sekolah. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengawas satuan
pendidikansekolah, diperlukan kemampuan-kemampuan dasar yang dipersyaratkan sebagai pengawas professional. Oleh sebab itu, kompetensi pengawas sekolah perlu
ditingkatkan dan dikembangkan secara bekelanjutan. Tanpa memiliki kompetensi profesional dalam hal kepengawasan, para pengawas akan sulit meningkatkan
kinerjanya sehingga langsung maupun tidak langsung tidak akan berdampak terhadap mutu kinerja sekolah atau satuan pendidikan yang dibinanya.
Pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional pengawas satuan pendidikan harus terus dilakukan agar mereka dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pengawas satuan pendidikan. Pembinaan menjadi tanggung jawab Kepala Dinas Pendidikan setempat.
Pembinaan pengawas satuan pendidikan mencakup pembinaan profesi dan pembinaan karir. Pembinaan profesi diarahkan untuk meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan profesionalnya agar dapat melaksanakan fungsi kepengawasan baik pengawasan akademik maupun pengawasan manajerial. Sedangkan pembinaan karir
pengawas diarahkan untuk meningkatkan pangkat dan jabatan fungsionalnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
© DEPDIKNAS 2006
59